membahagiakan anak
membahagiakan anak

Empat Hadiah Orang Tua untuk Kebahagiaan Anak

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (al-Kahfi: 46).

Anak merupakan anugrah dari Allah yang diberikan kepada umatnya. Bagi orang tua pastinya mereka menginginkan putra-putrinya untuk menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Banyak dari orang tua yang menempuh berbagai macam cara dalam mendidik anaknya.

Kadang sebagai orang tua, kita masih merasa kurang membahagiakan anak. Tanpa sadar justru kita terpacu untuk memberikan segalanya yang justru dapat mendidik anak menjadi manja dan tidak mandiri. Sesungguhnya mendidik anak dan memberikan kebahagian kepada anak tidak selalu dengan kuantitas materi yang melimpah.

Anak adalah perhiasan yang harus dijaga. Seperti halnya dengan harta, salah menjaga dan mengelola justru akan menjadi hal yang membawa keburukan. Karena itulah, berilah sesuatu yang akan mempunyai dampak ke masa depan anak yang lebih baik.

Ada beberapa hadiah berharga yang dapat membahagiakan anak. Inilah beberapa pesan ulama dalam memberikan hadiah kebahagiaan kepada anak.

Pertama, memberikan harta yang halal untuk anak.

Merupakan bentuk pendidikan orang tua kepada anak adalah dengan memberikan asupan yang halal kepada sang anak. Karena itulah sumber kebaikannya sementara makanan yang haram adalah faktor yang menyebabkan buruknya pribadi sang anak.

Memang sebuah kewajiban bagi orang tua untuk memberikan nafkah bagi anaknya. Bahkan dalam syariat Islam telah menjelaskan bahwa mencari nafkah untuk keluarga merupakan sebuah amalan yang mulai dan akan menghasilkan suatu pahala. Jangan sampai karena kita belum memiliki keluasan untuk memenuhi kebutuhan anak, kemudian kita tergiur pada praktek-praktek yang akan merusak rejeki dan juga akhlak anak kita.

Harus kita sadari segala sesuatu yang haram akan berpengaruh kepada diri anak. Karena sesuatu yang jelek akan berdampak yang jelek pula, bisa jadi sang anak nanti akan menjadi anak nakal yang tidak berbakti kepada orang tua yang justru malah akan menjadi boomerang yang akan merugikan orang tua.

Kedua, Puasa hari kelahiran anak.

Puasa merupakan sesuatu yang baik untuk di kerjakan, begitu juga puasa di hari kelahiran anak namun jangan dijadikan hari kelahiran itu sebagai hari raya hari raya. Puasa hari kelahiran, sejauh ini belum banyak ditemukan dalam kitab-kitab Fikih yang menyatakan sunah. Tapi puasa di hari kelahiran juga bukan berarti diharamkan, sebab masih bisa dikategorikan puasa sunah secara umum.

Dengan cara berpuasa di hari kelahiran anak juga bisa dilihat dari rasa syukur kita akan anugrah yang telah di berikan Akkah kepada kita sebagai orang tua. Maka sah-sah saja kita mensyukuri di hari tersebut dengan puasa secara Mutlaq.

Seperti tertulis dalam hadist yang disampaikan oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali, “… Akan tetapi hari-hari yang ada kejadian dari nikmat Allah kepada hambanya, jika dilakukan puasa oleh sebagian orang sebagai bentuk syukur tanpa menjadikan sebagai perayaan, maka bagus. Selaras dengan dalil ketika Nabi berpuasa di hari Asyura yang dikabarkan oleh Yahudi dengan puasanya Nabi Musa karena bentuk syukur. Dan dengan sabda Nabi saat ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab: “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan diberikan wahyu kepadaku” (Ibnu Rajab, Fath Al-Bari 1/88).

Ketiga, memberikan pendidikan yang baik.

Ketika anak masih berada dalam kandungan, seorang ibu harus rajin mengajarkan akhlak yang positif pada anaknya. Dan setelah seorang anak lahir orang tua penting untuk memberikan pengetahuan yang baik dan juga mensekolahkan di tempat yang sesuai dengan karakter si anak tersebut. Orang tua juga bertanggungjawab dalam memberikan guru yang baik supaya pendidikan anak dapat terjamin.

Tindakan ini merupakan manifestasi dari kepedulian orang tua terhadap anak dalam mendidiknya, yang dimulai dari kandungan hingga ia mulai beranjak dewasa. Pendidikan pada anak harus dilakukan secara berkesinambungan atau tanpa henti. 

Keempat, selalu mendoakan anaknya setiap kali selesai mengerjakan shalat.

Selain kebiasaan dan pola pendidikan yang baik, satu hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah doa. Doa merupakan kekuatan luar biasa dalam menuntun kita mendidik anak. Dalam mendidik anak, ternyata terdapat amalan yang biasa dia kerjakan setiap selesai habis shalat. Berikut doanya, “Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yunin waj’alna lilmuttaqina imama.”

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami, dan keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Bagikan Artikel ini:

About Indah Fauziah

Check Also

hukum tanam benang

Hukum Tanam Benang untuk Kecantikan, Bolehkah?

Dunia kecantikan tak henti-hentinya berinovasi dengan berbagai metode yang membuat para kaum hawa semakin bisa …

kdrt

KDRT Harus Didiamkan karena Aib Pasangan?

Dalam berumah tangga pasti kita tidak akan terlepas dari masalah yang melibatkan konflik antar pasangan. …