puasa di media sosial
puasa di media sosial

Fikih Puasa untuk Milenial (7) : Berpuasa di tengah Kebisingan Media Sosial

Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang tepat bagi umat muslim untuk berlomba-lomba dalam meraih kebaikan, keberkahan dan ampunan. Pada tulisan sebelumnya sudah diterangkan bagaimana berpuasa jangan hanya focus pada yang membatalkan puasa, tetapi juga hal yang dapat menghilangkan pahala puasa.

Salah satu yang pantas dikontrol agar tidak melayang pahala puasa kita adalah menjaga lisan. Di era teknologi yang sudah berkembang seperti sekarang ini, kategori lisan bukan hanya hal yang vocal-verbal, tetapi tulisan yang mewakili lisan. Media internet memang banyak memudahkan seseorang dalam mencari informasi, namun ada sisi buruk dari internet yang bisa kita akses dengan mudah.

Sebenarnya mengurangi kegiatan di dunia maya dan fokus mengejar dimensi spiritual di bulan Ramadan ini akan lebih baik. Namun bila sulit meninggalkan dunia maya, setidaknya kita jadikan dunia maya sebagai tempat menggali informasi yang islami yang pastinya bermanfaat bagi kita. Jika kita tak mampu menghindari dunia maya setidaknya kita melakukan beberapa hal di bawah ini supaya pahala ibadah puasa kita tidak terkurangi.

Pertama, puasa dari konten yang kontroversial, apalagi yang amoral.

Selain memperbanyak viewers, terdapat alasan kenapa sekarang banyak sekali orang membuat konten yang kontroversial, bahkan amoral. Seolah yang viral adalah yang memang tidak normal. Penduduk Indonesia cenderung lebih menyukai hal yang berbau kontroversial, atau yang mengujar kebencian dibandingkan konten positif.

Konten yang seperti ini akan mampu memancing kemarahan si pembaca atau orang yang melihat, karena tujuan dari konten ini memang untuk memancing kemarahan. Karena itulah, hal yang paling penting supaya amarah kita tidak terpancing atau terprovokasi , salah satunya dengan cara tidak melihat dan membaca konten tersebut. Berpuasalah dari konten yang kontroversial tersebut.

Kedua, puasa dari kepo postingan orang lain di sosmed.

Kegiatan berselancar di media sosial akan membuat kita kepo kehidupan orang lain, misalnya apa yang dilakukannya hari ini, dan aktivitas lainnya. Berawal dari kepo, biasanya orang akan terpancing untuk ghibah arau bahkan fitnah yang pastinya mampu merusak ibadah puasa kita. Boleh saja kita berselancar di social media, tapi bukalah konten-konten yang bermanfaat dan mampu memperkuat ibadah kita di bulan Ramadan.

Ketiga, puasa dari pamer ibadah di social media.

Seseorang yang berniat pamer atau berniat ingin di puji orang lain, maka orang tersebut tergolong orang yang riya’. Penyakit riya’ mampu menghilangkan pahala ibadah puasa. Maka jika di media sosial orang beribadah lalu pamer dengan tujuannya agar diagungkan orang, atau agar dianggap hebat dan pintar, maka sesungguhnya pahala orang tersebut akan hilang.

Rasulullah bersabda, “orang yang riya itu ibaratnya orang menanam sesuatu atau menaruh air di atas batu di tengah padang pasir lalu diterpa angin, hilang tak berbekas.”

Namun jika foto atau video saat beribadah diniatkan untuk mengajak pada sebuah kebaikan, sebatas edukasi, atau bernilai dakwah dan syiar, maka diperbolehkan.

Semua hal memang tergantung dari niat dari diri kita, tak ada salahnya memposting sebuah kebaikan terutama ketika waktu Ramadan. Namun, pastikan kita tidak melakukannya secara berlebihan. Karena tidak semua orang dapat menerima niat kebaikan kita, justru terkadang hal tersebut mengganggu kenyamanan orang lain.

Bagikan Artikel ini:

About Sefti Lutfiana

Mahasiswa universitas negeri jember Fak. Hukum

Check Also

pendidikan seks

Pendidikan Seksual bagi Anak Menurut Islam

Pendidikan seks menjadi topik yang sering kali menjadi kontroversi dan tabu dalam masyarakat Indonesia. Persoalannya …

kesehatan puasa

Menjaga Harmoni antara Kesehatan Jasmani dan Rohani : Belajar dari Praktek Berpuasa

 Perbincangan mengenai kesehatan jasmani dan rohani seringkali menimbulkan beragam pandangan. Namun, seharusnya kita tidak melihatnya …