Hukum Perempuan Shalat Jum’at

Ada dua alasan kenapa perempuan tidak diwajibkan shalat Jum’at. Karena ada hadis yang secara sharih (tegas) tidak mewajibkan dan karena akan terjadi percampuran dengan lawan jenis.

Dalam kitab Nailu al Authar, Imam Nasa’i dan Abu Daud meriwayatkan, “Shalat Jum’at wajib bagi setiap orang Islam secara berjamaah, kecuali budak, wanita, anak kecil dan orang yang sedang sakit”. Imam Nasa’i meriwayatkan hadis ini dari Hafshah, sedangkan Abu Daud dari Thariq bin Syihab.

Keterangan yang sama ditulis dalam kitab al Majmu’ Syarh al Muhaddzab. Tidak wajibnya shalat Jum’at bagi perempuan berdasar pada hadis riwayat sahabat Jabir, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka wajib shalat Jum’at kecuali perempuan, musafir, budak, dan orang sakit”. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

Kalau seandainya perempuan ikut shalat Jum’at apakah dilarang? Untuk menjawab pertanyaan ini harus mencari informasi dari literatur-literatur kitab fikih supaya bisa dipastikan apakah tidak wajibnya perempuan shalat Jum’at secara otomatis juga larangan atau tidak?

Dalam kitab al Muhaddzab dan Bughyatu al Musytarsyidin dijelaskan, bagi golongan yang tidak diwajibkan shalat Jum’at, seperti budak, perempuan dan musafir, boleh melaksanakan shalat Jum’at sebagai ganti shalat dhuhur. Bahkan shalat Jum’at lebih utama dari shalat dhuhur.

Dalam kitab Minhaj al Qawim ada penjelasan, orang yang tidak wajib shalat Jum’at tapi hanya wajib shalat dhuhur saja, seandainya dia shalat Jum’at maka shalat Jum’atnya sah. Dengan kata lain, walaupun tidak wajib shalat Jum’at boleh memilih apakah mau shalat dhuhur atau Jum’at. Bahkan shalat Jum’at lebih utama.

Sudah jelas, perempuan memang tidak diwajibkan shalat Jum’at, cukup shalat dhuhur. Namun bila ikut shalat Jum’at maka sah dan tidak perlu shalat dhuhur lagi. Bahkan shalat Jum’at lebih utama baginya.