doa penutup
doa penutup

Inilah Doa atau Bacaan Penutup Acara yang Sering Dibaca Para Sahabat Rasulullah

 

وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, terutama yang hidup di daerah pedesaan pasti sangat familiar dengan surat al-Ashr. Ya, surat yang terdiri dari 3 ayat ini sering dijadikan doa atau bacaan penutup hampir di setiap acara apapun yang dihadiri banyak orang. Baik di akhir pelajaran sekolah formal, madrasah diniyah, tahlilan, majelis taklim, lamaran dan lain sebagainya.

Dilihat dari ayat-ayat surat al-Ashr, memanglah cocok dilafalkan ketika akhir sebuah acara. Mengingat isinya untuk mengetahui sangat pentingnya waktu dalam hidup. Selain itu, di surat al-Ashr ini, setiap orang yang melafalkan diingatkan untuk beriman, beramal saleh dan saling menasehati untuk selalu beribadah kepada Allah. Hal-hal di atas itulah yang mungkin menjadi sebab kenapa surat al-Ashr dipilih dan dibiasakan menjadi doa dan bacaan penutup acara.

Selain faktor ringkas suratnya dan isinya yang luhur, ternyata memang kebiasaan seperti itu sudah ada sejak zaman rasulullah SAW. Berarti para ulama di Indonesia, kiai dan ustadz di desa mengajarkan kepada masyarakat bahwa surat al-Ashr bisa digunakan sebagai doa atau bacaan penutup acara itu bersumber langsung dari rasulullah SAW.

Sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Izzuddin bin al-Atsir Abi al-Hasan Ali bin Muhammad al-Jazariy (w. 630 h) dalam kitabnya Asidu al-Ghabah fi Ma’rifati ash-Shabah, saat menulis biografi Abdullah bin Hishni atau Abu al-Madinah ad-Daramiy mengatakan:

أخبرنا أبو موسى إجازة، أخبرنا أبو علي، أخبرنا  أبو نعيم، أخبرنا الطبراني، حدثنا محمد بن هشام  المشتملي، حدثنا عبيد الله بن عائشة، حدثنا حماد بن ثابت عن أبي مدينة الدرامي . وكانت له صحبة . قال : كان الرجلان من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم إذا التقيا لم يتفرقا حتى يقرأ أحدهما على الآخر ” والعصر ” إلى آخرها ثم يسلم أحدهما على لآخر.

 

“Telah mengabarkan (hadits) kepada kami, Abu Musa dengan Ijazah, telah mengabarkan (hadits) kepada kami Abu Ali, telah mengabarkan (hadits) kepada kami Abu Nu’im, telah mengabarkan (hadits) kepada kami ath-Thabraniy, telah meriwayatkan (hadits) kepada kami Muhammad bin Hisyam al-Musytamiliy, telah meriwayatkan (hadits) kepada kami Ubaidillah bin Aisyah, telah meriwayatkan (hadits) kepada kami Hammad bin Tsabit dari Abi Madinah. Dua sahabat Rasulullah ﷺ. Ketika keduanya bertemu, sebelum keduanya berpisah, salah satu di antaranya membaca Surat “Al-Ashr” hingga akhir Surat kemudian mereka berjabat tangan seraya mengucapakan salam satu pada lainnya.”

Keterangan di atas, walaupun dilakukan oleh para sahabat, bukan oleh rasulullah SAW pribadi, namun ini sudah menjadi rujukan sahih. Mengingat, tak mungkin apa yang biasa dilakukan para sahabatnya, rasulullah SAW tak mengetahuinya. Pasti beliau tahu akan hal itu. Menjadi kebiasaan kala itu, jelas karena rasulullah membolehkannya, artinya menganggap baik hal tersebut. Penjelasan ini juga dijumpai dalam kitab al-Mushannaf karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-‘Absiy al-Kufiy (w. 235 h).

Selain keterangan di atas, Al-Hafidz Ismail bin Katsir (w. 774 h) dalam Tafsir al-Qur’ani al-Adzim dan Syaikh Muhammad al-Thahir bin Muhammad bin Muhammad al-Thahir bin ‘Asyur at-Tunisiy (w. 1393 h) dalam at-Tahrir wa at-Tanwir (Tahrir al-Ma’na as-Sadid wa Tanwiru al-Aqli al-Jadid min Tafsiri al-Kitab al-Majid) menambahkan:

وقد كان أصحاب رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) اتخذوها شعاراً لهم في ملتقاهم . روى الطبراني بسنده إلى عبيد الله بن عبد الله بن الحُصين الأنصاري ( من التابعين ) أنه قال : ( كان الرجلان من أصحاب رسول الله إذا التقيا لم يفترقا إلاّ على أن يقرأ أحدهما على الآخر سورة العصر إلى آخرها ثم يسلم أحدهما على الآخر ( أي سلام التفرق وهو سنة أيضاً مثل سلام القُدوم ) .وعن الشافعي : لو تدبر الناس هذه السورة لوسعتهم . وفي رواية عنه : لو لم ينزل إلى الناس إلا هي لكفتهم . وقال غيره : إنها شملت جميع علوم القرآن .

“Para sahabat Rusulullah ﷺ, menjadikan Surat al-Ashr sebagai syi’ar (slogan) setiap kali mengakhiri suatu pertemuan, mereka menutupnya dengan Surat Al-Ashr sebagaimana hadits yang diriwayatkan at-Tabraniy dengan sanad yang bersambung pada Ubaidillah bin Abdullah bin Hushain al-Anshariy (kalangan Tabi’in) bahwa beliau kata: Dua sahabat Rasulullah ﷺ. Ketika keduanya bertemu, sebelum keduanya berpisah, salah satu di antaranya membaca Surat “Al-Ashr” hingga akhir Surat kemudian mereka berjabat tangan seraya mengucapakan salam satu pada lainnya.” (mengucapkan salam perpisahan itu sunah seperti mengucap salam saat perjumpaan). Dan terdapat riwayat dari Imam as-Syafi’i: “Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) Surat ini, niscaya Surat ini akan mencukupkan baginya.” Dalam ungkapan lain dari Imam as-Syafi’i, mengatakan: “Seandainya tidak diturunkan pada manusia kecuali ia (Surat al-Ashr) niscaya sudah mencukupi (untuk pedoman) bagi mereka.”

Bahkan ulama  yang lain mengatakan: “Surat al-Ashr mencakup seluruh ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an”.

Wallaahu A’lamu

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …