shalat taubat
shalat taubat

Jangan Putus Asa Ketika Berdosa, Berbaik Sangkalah Kepada Tuhan

Setiap insan tidak lepas dari kesalahan, kecuali para para Rasul dan Nabi yang selalu dijaga dan disucikan hati mereka dari segala kemaksiatan. Karena itulah, manusia tidak perlu berputus asa dan berprasangka buruk terhadap Tuhan. kesadaran merasa bersalah dan keinginan untuk memperbaiki merupakan jalan memperbaiki kesalahan dan dosa.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Anas RA. Bahwa Nabi bersabda: “Semua anak Adam itu pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang berbuat kesalahan adalah tobat”. (HR. Tirmidzi). Ampunan dapat membantu manusia untuk mengejar ketingalan dalam urusan-urusan kehidupan. Setelah jatuh ke dalam kesalahan-kesalan dan kemaksiatan, tobat berfungsi membantu manusia agar tidak stagnan dalam perasaan berdosa berlebihan, minder dan putus asa dari segala rahmat.

Dalam kondisi seperti ini, sangat penting bagi manusia untuk berpegang teguh pada Agama untuk memperbaiki jiwa kemanusiaan.  Agama menganjurkan untuk Istighfar (meminta ampunan) atas dosa-dosanya. Nabi memberikan nasehat sebagaimana beliau menjadi perantara untuk membantu seseorang dalam kesalahan dengan penuh pendekatan rahmat dan mempermudah.

Banyak sekali sirah Nabi yang menceritakan terhadap pengertian di atas, contoh lain misal-nya sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Yang dikeluarkan oleh Imam Bukhori dan Muslim. Abu Hurairah berkata: “Pada suatu saat kita bersama Nabi, saat ada laki-laki datang, lalu berkata: Wahai Rasulullah… celaka saya, lalu Rasulullah bertanya: ada apa denganmu? Kemudian laki-laki menjawab: saya telah bersetubuh dengan istriku, sedangkan aku sedang puasa, lalu Rasulullah bertanya: Apakah kamu punya budak yang dapat dimerdekakan?, Laki-laki tadi menjawab: “Tidak”, lalu Rasulullah bertanya: Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?, laki-laki menjawab: “Tidak”, Rasulullah bertanya lagi: Apakah kamu punya makanan untuk enam puluh orang miskin, laki-laki menjawab: “Tidak”, lalu Nabi diam, saat kami seperti itu juga, Nabi datang dengan membawa keranjang berisi kurma Lalu Nabi bersabda: ”Ambillah kurma ini untuk kamu sedekahkan.” Orang itu menjawab lagi, ”Adakah orang yang lebih miskin dariku? Tidak lagi orang yang lebih membutuhkan di barat atau timur kecuali aku.” Maka Nabi SAW tertawa hingga terlihat giginya lalu bersabda:  ”Bawalah kurma ini dan beri makan keluargamu.”.

Sahabat ini datang kepada Nabi dan merasa mendapatkan musibah yang dapat membinasakannya dan belum mendapatkan solusinya. Lalu Nabi membantu untuk menenangkan dirinya dan memberikan solusi permasalahannya. Nabi memberikan edukasi bagaimana cara-cara menebus dosa-dosa yang telah dilakukan, namun tidak satupun bermacam-macam tebusan yang disampaikan bisa dilakukan, sampai pada memberikan makanan kepada enam puluh fakir miskin.

Sangat jelas sekali penjelasan yang disampaikan Nabi, bahwa hukuman dan tebusan harus dilakukan orang-orang yang berbuat kesalahan dan dosa untuk membersihkan dirinya, dan Nabi membantunya untuk mendapatkan ampunan. Oleh karena itu dalam tobat diajarkan untuk menyesal kembali melakukan kesalahan-kesalahan.

Kejadian ini terjadi pada sahabat Nabi yang melakukan penyesalan dan tidak ada keinginan untuk mengulangi lagi, sehingga Nabi tertawa saat sahabat ini diberitahu beberapa cara menebus kesalahannya namun tidak mampu semuanya. Bahkan saat Nabi mengambil satu keranjang kurma, ternyata tidak ada yang lebih miskin darinya. Lalu Nabi menyerahkan keranjang berisi kurma tersebut untuk diberikan kepada keluarganya.

Setelah kita kaji beberapa tata cara penebusan kesalahan dan dosa, semuanya kembali untuk kemaslahatan masyarakat. Nabi dengan kelapangan dan toleransinya dapat mempermudah kepada ummat-nya, sehingga ummat-nya merasakan ketenangan dan mendapat ampunan, serta menjalani kehidupan dengan hati yang lapang tidak was-was atupun kuatir.

Beginilah Islam mengajarkan kepada kita semua, saat kita melakukan kesalahan-kesalahan agar cepat-cepat bertobat kepada Allah dan menyesal atas kesalahan dan dosa yang dilakukan. Allah SWT senang kepada hamba-Nya yang kembali bertobat atas kesalahannya, meskipun kesalahan, dosa dan ketaatan itu tidak ada kemadlaratan dan kemanfaatan bagi Allah SWT. Bahkan kebahagian, syukur, dan Ridla-Nya kembali kepada hamba-hamba Nya.

Dari hadits diatas juga bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi mendidik kita untuk bertoleransi, baik pada diri sendiri ataupun kepada orang lain, serta menasehati kita untuk cepat-cepat bertobat atas kesalahan dan kemaksiatan. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang mendapatkan ampunan-Nya.

Wallahu A’lam

Bagikan Artikel ini:

About Achmad Amiruddin Lc

Check Also

tahun baru islam

Tadabbur Makna Hijrah di Tahun Baru 1442 H; Belajar pada Sejarah dan Tidak Mendistorsi Sejarah

Memperingati Tahun Baru Islam sekaligus mengenang sejarah hijrah. Karena itu sebuah keniscayaan kita belajar terhadap sejarah dengan baik agar tidak terjadi distorsi sejarah

cinta tanah air

Cinta Tanah Air adalah Fitrah Manusia yang Tidak Bertentangan dengan Syariat

Dalam forum intelektual islam Dr. Muhammad Salim Abu ‘Ashi, mantan Dekan Pasca Sarjana Al-Azhar Asy-Syarif, menyampaikan, bahwa cinta tanah air adalah fitrah manusia, tradisi umum, dan ada nilai syari’at-nya.