“Amal adalah bentuk-bentuk raga kosong yang tegak. Sedangkan jiwa darinya adalah adanya keikhlasan di dalamnya,” (Ibnu Athaillah, Al-Hikam).
Beribadah dan beramal baik merupakan salah satu yang perlu dikerjakan bagi setiap umat Islam. Semua umat berlomba-lomba dalam kebaikan untuk meraih pahala. Namun, penting diingat, bukan hanya beramal saja, yang perlu diperhatikan adalah pentingnya rasa ikhlas yang harus juga tertanam dalam diri setiap umat muslim dalam menjalankan amal ibadah yang di tujukan kepada Allah.
Dalam al-Quran tertuliskan bahwa, “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadah (kurban)ku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am 6: 162).
Ayat di atas menunjukkan bahwa keutamaan dalam beribadah haruslah menunjukkan cinta kita kepada Allah dengan cara mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, dan menunjukkan pendekatan diri kepada Allah baik dengan hati, lisan, anggota badan maupun dengan harta.
Ikhlas sendiri diartikan sebagai amal ibadah yang semata-mata dilakukan demi mengharapkan Ridho Allah semata. Tanpa adanya rasa Ikhlas, maka setiap ibadah yang dilakukan setiap umat pastilah menjadi sia-sia.
Salah seorang ulama besar bernama Syekh As-Syarqawi menjelaskan tentang beberapa ragam ikhlas manusia dalam beribadah, ada tiga jenis atau golongan ikhlas beramal yang dilakukan manusia.
1. Keikhlasan Ibad
Bentuk keikhlasan ibad yaitu umat muslim yang melakukan amal perbuatannya dikarenakan Allah, namun iapun mengharapkan imbalan diakhiratnya kelak agar diberi bagian-bagian di kehidupan akhiratnya. Seperti meminta dijauhkan dari siksa api neraka dan termasuk sebagai penghuni di dalam surga dengan menikmati berbagai macam kelezatannya.
Disadari mereka memang melakukan amal perbuatan dengan pamrih, tujuan pamrih mereka untuk keselamatan kehidupan mereka setelah kematian. Sikap ikhlas model ini akan mampu meyelamatkan dirinya dari penyakit riya’ atas amal yang dilakukannya.
2. Keikhlasan Muhibbin
Bagi seorang hamba yang memiliki tingkat keikhlasan muhibbin, maka orang tersebut akan melakukan ibadah tanpa memiliki tujuan apapun selain hanya sikap bakti kepada Allah. Seseorang yang memiliki tingkatan ikhlas seperti ini tak terpikir olehnya balasan atas amal yang ia kerjakan.
Kelompok muhibbin ini akan mampu membersihkan setiap amalannya dari perhatian manusia lainnya, karena para kelompok ini melakukan semua amalannya tidak didasari untuk mencari perhatian manusia baik berwujud kecintaan, pujian, harta dan sebagainya. Alasan mereka beramal juga bukan untuk tujuan mendapatkan pahala dan keselamatan dari siksa api neraka. Namun sebagai bentuk kecintaannya terhadap Allah.
3. Keikhlasan Arifin
Seseorang yang termasuk dalam golongan ini mampu menggerakkan dirinya untuk beramal sebagai bentuk kesaksian mereka atas keesaaan Allah. Dalam menjalankan amalan ibadahnya, kelompok arifin akan lebih mampu menggerakkan dan meredakan perilaku buruk mereka.
Yang mereka sadari ialah tidak ada kekuatan dan daya pada diri mereka melainkan bersumber dari Allah. Apapun amalan yang mereka lakukan dapat terlaksana karena kekuatan Allah. Bukan kekuatan yang berasal dalam diri mereka sendiri.
Karena itulah, umat Islam patut melakukan intropeksi diri tidak hanya sebatas berapa banyak amal yang dikerjakan, tetapi kualitas amalnya. Kualitas amal ditentukan oleh unsur ikhlas dalam diri. Sejauhmana tingkatan ikhlas kita?