kebencian
kebencian

Kebencian dapat Memutus Kebaikan dan Keberkahan

Allah SWT. Berfirman: 1. Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. 2. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). 3. Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah). (Qs: Al-Kautsar 1-3).

Meskipun kita tidak dibebani untuk mengkaji Surah dan Asbabun Nuzul diatas, Surah ini berada di antara kita dan orang-orang yang benci pada Agama sampai hari kiamat kelak, orang-orang yang benci kepada kita karena beribadah shalat kepada Allah, berkurban untuk-Nya, dan memberkan makan Fakir & Miskin. Yang membedakan antara kita adalah kebencian yang ber-implikasi terputus dari kebaikan dan kebenaran.

Kalam Ilahi memberikan petunjuk kepada manusia untuk melakukan kebenaran dan jalan yang lurus, janganlah bersedih. Meskipun ada yang mengklaim Islam dan pemeluknya, bahwa Agama Islam tidak mengajarkan cinta dan kasih sayang, bahkan ada yang menyematkan Agama teroris. Dahulu orang-orang Musyrik menyakiti Rasulullah dengan hal yang sama, mereka menginginkan kesedihan masuk kedalam hati-nya dengan perkataan mereka, lalu Allah SWT. Memberikan petunjuk bahwa musuh-nya terputus dari kebaikan dan keberkahan.

Dan saat Rasulullah mau berkurban beliau mendatangkan dua kambing yang bertanduk indah, lalu beliau membaca : “Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang orang yang menyekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagiNya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang orang yang berserah diri. Ya Allah dari-Mu dan untuk-Mu kurban dari Muhammad dan Umatnya dengan menyebut nama Allah, Allahu Akbar, lalu disembelih. (HR. Abu Daud Fi Sunanihi).

Lalu hewan sembelihan diperuntukkan hanya kepada Allah SWT. semata, dan ber ikrar dengan Agama Ibrahim AS., serta mengukuhkan bahwa segala amal ibadah hanya ditujukan kepada Allah, hewan kurban yang disembelih sebagai ejawantah pendekatan diri kepada-Nya. Dengan kata lain, kita meminta izin kepada Allah dalam penyembelihan hewan, agar kita dapat mengambil kemanfaatan untuk dimakan dan sebagai hadiah.

Alangkah baiknya tidak menentang kepada Allah, karena bukanlah fungsi akal menentang kepada sang pencipta, akal hanya sebatas berupaya memahami hukum Allah; bahwa ketidakmampuan kita memahami sebagian hukum karena keterbatasan akal yang kita miliki, dan meyakini itu semua dari Allah, serta beserah diri kepada-Nya. Demikianlah yang seharusnya dilakukan akal yang sehat. Sebagai mana dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami’. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS: Ali Imran 07).

Dan meminta ilmu dan faham dari Allah adalah kesibukan Malaikat. Sebagaimana yang diucapkan mereka dalam firman-Nya: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS: Al-Baqarah 32).

Ketahuilah! Apa yang disampaikan Nabi SAW. Kepada kita adalah untuk membatasi dan sampainya diri dengan barometer yang dititahkan oleh Tuhan kepada para Nabi-Nya sebagai petunjuk kepada makhluk-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya: ” Allah lah yang menurunkan kitab-kitab dengan membawa kebenaran yang tiada keraguan sedikitpun padanya, dan Allah menurunkan keadilan untuk dijadikan patokan hukum di antara manusia dengan objektif. Dan bisa jadi hari Kiamat yang mereka dustakan itu sudah dekat, dan telah dimaklumi bahwa setiap yang akan datang itu dekat.” (QS: Asy-Syura 17).

Dalam teks surah ini Allah tidak mengatakan diturunkan kepada para Nabi-Nya; bahwa kitab yang diturunkan membawa pesan kebenaran dan sebagai barometer, dengan kata lain, Kitab tersebut diturunkan kepada semua umat manusia, tidak turunkan kepada orang tertentu baik itu Nabi ataupun Wali, keduanya adalah contoh hikmah yang mampu berjalan di jalan yang lurus diantara melampaui batas dan kelalaian.

Sebagaimana dalam firman-Nya: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS: Al-Baqarah 269).

Al-Qur’an sebagai teori dan barometer amal. Dan hilang-nya barometer mengingatkan kita dengan perkataan sebagian orang  bodoh yang mengatakan: bahwa dia menginginkan ibadah haji dilaksakan setiap hari dan semua bulan adalah bulan-bulan haji, kita berpendapat bahwa meraka sok tahu dengan sesuatu yang tidak diketahui. tidak sah manusia mengutarakan intelektualnya yang tidak benar, kebodohannya menguasai tafsir Al-Qur’an, akan memunculkan rasa kagum yang luar biasa, akan membuat tertawa dan menangis.

Bahwa pemisah antara kebebasan riset imiah untuk mencapai kebenaran pengetahuan, dan batasan penggunaan untuk capaian memelihara ketetapan ilmiah dan meramaikan eksistensi adalah perkara yang kabur atau campur baur pada halayak manusia; oleh karena itu kita harus bisa mengatkan.

Konglusi dari tulisan diatas bisa disimpulkan, bahwa kebencian kepada siapapun akan memutus kebaikan dan keberkahan, baik kepada non muslim ataupun kepada sesama muslim, karena Islam mengajarkan Rahmatan Lil ‘Alamiin, dan kita tidak mudah kaget dan merasa heran dengan hasil produksi akal tanpa ada barometer yang jelas, bahkan kita wajib saling mengingatkan apabila ada yang keluar dari batas-batas hukum syari’ah untuk meng-implementasikan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Semoga kita dijauhkan dari kebencian dan dimudahkan memahami sumber-sumber Agama. Amin…

Wallahu A’lam

(Disarikan dari tulisan Prof. Doktor Ali Jum’ah)

Bagikan Artikel ini:

About Achmad Amiruddin Lc

Check Also

shalat taubat

Jangan Putus Asa Ketika Berdosa, Berbaik Sangkalah Kepada Tuhan

Setiap insan tidak lepas dari kesalahan, kecuali para para Rasul dan Nabi yang selalu dijaga …

tahun baru islam

Tadabbur Makna Hijrah di Tahun Baru 1442 H; Belajar pada Sejarah dan Tidak Mendistorsi Sejarah

Memperingati Tahun Baru Islam sekaligus mengenang sejarah hijrah. Karena itu sebuah keniscayaan kita belajar terhadap sejarah dengan baik agar tidak terjadi distorsi sejarah