umar bin khattab
umar bin khattab

Ketika Khalifah Umar Hanya Diam Ketika Dimarahi Sang Istri

Umar bin Khattab merupakan sahabat Rasulullah yang terkenal dengan sikap keras dan tegas. Beliau memiliki julukan al-Faruq yang berarti orang yang mengetahui hal yang bathil dan yang haq. Tidak hanya mengetahui atau membedakan. Umarpun mampu memerangi segala jenis kebathilan yang ada di depan matanya. Beliau juga dikenal sebagai khalifah kedua yang tegas dan pemberani.

Namun meski dikenal dengan keras dan tegasnya, tidak disangka, Umar merupakan seorang suami yang memiliki hati yang lembut. Beliau sosok sahabat yang benar-benar meneladani Rasulullah. Karena alasan inilah, sikap Umar bin Khattab banyak menjadi pedoman atau rujukan dalam hidup berumah tangga. 

Dikisahkan dari Umar bin Khattab, Rasulullah bersabda “Sebaik-baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” 

Pada suatu hari seorang lelaki bernama Abu Dzar al-Ghifari datang ke rumah Umar bin Khaththab. Saat itu beliau menjabat sebagai khalifah yang mampu menjadi penasihat bagi kaumnya. Tujuan Abu Dzar al-Ghifari datang menemui Umar ialah karena ia merasa frustasi akan sikap istrinya. 

Tak tahan dengan perlakuan istrinya, iapun bermaksud untuk menceraikan istrinya. Namun meski begitu, ia tak mau mengambil keputusan yang salah. Oleh karena itu, iapun datang menemui Umar yang memiliki julukan al-Faruq. 

Ketika hendak megetuk pintu, Abu mendengar suara yang bersumber dari kediaman Umar bin Khattab. Tanpa berniat menguping, namun saat itu terdengan keras suara teriakan istri Umar bin Khaththab yang sedang marah-marah kepadanya. 

Namun yang membuat Abu heran, mengapa ia tak mendengar sama sekali suara Umar membantah istrinya. Mendengar suara kerasnya istri Umar, membuatnya putus asa dan mencoba mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan khalifah. 

Iapun bergumam, “Jika Khalifah saja bernasib seperti itu, bagaimana dengan aku yang hanya seorang rakyat saja.” Namun belum jauh lelaki itu melangkah kakinya untuk pulang, ternyata Umar keluar den melihatnya pergi, maka dipanggillah Abu untuk menanyakan perihal kedatangannya. 

Umar bertanya, “Apakah keperluanmu datang ke rumahku?” Abupun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, maksud kedatanganku untuk mengadukan sikap istriku yang selalu marah-marah kepadaku. Namun belum sampai aku mengadu, aku telah mendengar sikap yang serupa dari istrimu, sehingga kuputuskan untuk pulang saja dengan dalih kalau sikap Amirul Mukminin terhadap istrinya seperti itu, kenapa aku tidak berbuat yang sama?” 

Dengan senyuman Khalifah Umar berkata kepada Abu bahwa ia menghormati istrinya karena beliau menyabarkan diri karena ia merasa berhutang budi kepada istrinya. Umar menuturkan bahwa seorang istri sudah bekerja memasak, mencuci baju, serta mengasuh, mendidik anak-anaknya dengan baik dan sering kali istriku berusaha menyenangkan hatiku. 

Karena budinya yang teramat besar kepada keluarga, maka aku pun harus bersabar atas kemarahan istriku. Abu Dzar al-Ghifari pun bertanya kepada Ummar, “Wahai Amirul Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?.” 

Umarpun menjawab “Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja,” 

Semoga kita sebagai suami ataupun sebagai istri mampu menjadi teladan yang baik untuk anak-anak kita. Hendaknya seorang istri tetap menghormati suaminya yang bekerja keras untuk kehidupan keluarganya, begitu pula suami tetap harus menghormati istri yang juga berperan sebagai pendidik yang baik untuk keturunannya. 

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …