Tidak hanya sebagai Rasul, Muhammad di Madinah adalah pemimpin negara yang mengelola Madinah yang sangat beragam. Kesibukan sebagai Nabi dan Pemimpin tentu saja sangat tinggi. Tidak mengherankan jika Nabi mempunyai banyak sahabat setia yang bertugas dalam melayani keseharian Nabi.
Adapun beberapa nama sahabat Rasulullah yang pernah mengabadikan dirinya secara suka rela untuk melayani Rasulullah. Dalam karyanya Usudul Ghabah fi Ma’rifatis Shahabah karangan Ibnu Asir, menyebutkan bahwa Anas bin Malik, putra Ummu Sulaim, menjadi sekertaris pribadi Rasulullah selama sekitar 10 tahun.
Fenomena merapihkan sandal banyak dilakukan di kalangan santri, tindakan ini merupakan salah satu bentuk santri memulaikan guru atau kiai yang telah memngajarinya banyak ilmu. Fenomena tersebut terinspirasi dari sahabat nabi Abdullah bin Mas’ud. Ia terbiasa memakaikan dan mencopot kedua sandal Rasulullah ketika hendak bepergian. Sehingga ia mendapat julukan shahibu na’laih.
Uqbah bin Amir juga memiliki julukan khusus, yaitu shahibu baghlatihi. Sahabat Rasul yang satu ini memiliki tugas menuntun bigal yang dinaiki Rasulullah saat bepergian, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi dalam Tahdzibul Asma wal Lughat. Bigal merupakan hasil dari peranakan kuda dan keledai.
Di kalangan perempuan ada Rabi’ah bin Ka’ab merupakan salah satu Ashhabus Shuffah yang setia melayani Nabi Muhammad. Karena keterbatasan teknologi kala itu, sehingga belum ditemukan pompa air, maka Rabi’ahlah yang biasa membantu Rasulullah dalam mengambilkan air wudu.
Tidak hanya di kalangan muslim saja, namun Rasulullah juga memiliki pelayan non muslim. Ia adalah Abdul Quddus yang berasal dari bangsa Yahudi. Menurut riwayat, Abdul Quddus adalah pelayan Rasulullah yang bertugas menyiapkan sisir untuk Rasulullah.
Karena diketahui Abdul Quddus berasal dari bangsa Yahudi, maka Iapun dipaksa oleh kaumnya untuk memunguti rambut Rasulullah yang rontok. Karena saat itu Abdul Quddus masih belia, tanpa pikir panjang iapun melaksanakan perintah orang-orang Yahudi tersebut.
Namun ternyata belakangan diketahui bahwa Labid bin Al-A’sham menyalahgunakan rambut Rasulullah untuk menyihir Rasulullah. Atas kuasa Allah, sihir tersebut tidak mempan mencelakai Rasulullah.
Beberapa hari setelahnya tersiar kabar bahwa Abdul Quddus jatuh sakit. Rasulullah kemudian menjenguknya. Meski Abdul Quddus merupakan seorang keturunan Yahudi, namun tidak menjadi halangan bagi Rasulullah untuk berbuat baik dan menjenguknya saat sakit.
Rasulullah mendekati pelayannya tersebut derta duduk di dekat kepala Abdul Quddus. Lantas, Rasulullah menawarkan kepada pelayannya tersebut untuk bertaubat dan mengikuti ajaran yang disampaikannya. Karena sikap serta perhatian Rasulullah tersebut membuat pelayannya tersebut mau memeluk agama Islam. Kisah ini dikisahkan oleh Anas bin Malik:
“Sesungguhnya, seorang anak Yahudi yang biasa melayani Nabi shallallahu alaihi wa sallam menderita sakit. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam membesuknya, kemudian dia duduk di sisi kepalanya. Lalu berkata, ‘Masuk Islamlah.” Sang anak memandangi bapaknya yang ada di sisi kepalanya. Maka sang bapak berkata kepadanya, “Taatilah Abal Qasim shallallahu alaihi wa sallam.” Maka anak tersebut masuk Islam. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka.” (HR. Bukhari, no. 1356).
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah tampaknya toleransi dan kemurahan yang dimiliki Rasulullah. Setiap perilaku Beliau selalu mencerminkan kasih sayang kepada semua mahluk Allah. Beliau menginginkan agar semua umat di bumi ini mendapatkan kebaikan serta memperingatkan mereka akan keburukan.
Rasulullah tidak ragu untuk menjenguk anak Yahudi itu di rumahnya tanpa berfikir akan petaka yang akan Beliau hadapi ketika bertamu di lingkungan yang sama sekali tidak menginginkan kehadirannya. Selain itu kita dapat melihat bahwa hubungan sosial Rasulullah dengan non-Muslim terjalin dengan sangat baik. Jikalau kita dapati riwayat-riwayat hadis yang berkenaan dengan pertikaian antara umat Muslim dan non-Muslim pada masa lalu itu bukan dikarenakan faktor perbedaan agama, tetapi lebih karena serangan yang dapat mengancam eksistensi komunitas Madinah dan Islam.
Imam Santoso
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah