Media sosial sekarang sedang ramai memperbincangkan berkibarnya bendera LGBT di monas, Jakarta Pusat pada 20 Mei 2023 kemaren. Kejadian berkibarnya bendera LGBT tersebut merupakan aksi peringatan Women’s March Jakarta.
Women’s March merupakan aksi perayaan perempuan dan sekutunya yang diinisiasi oleh kelompok Feminis Jakarta. Pada perkembangannya, Women’s March Jakarta menjadi gerakan aksi kelompok perempuan dan kelompok minoritas gender dan seksual untuk menuntut perubahan kebijakan yang berdampak pada kelompok perempuan dan kelompok minoritas.
Tentu kehadiran LGBT tidak bisa ditelorir, tetapi orangnya tidak pula harus didiskriminasi dan ditindas. Perlu pendampingan atas perilaku mereka yang sudah menyimpang jauh. Perilaku itu tentu bukan takdir, tetapi pilihan yang salah dalam hubungan sosial.
Dalam Islam, pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah dengan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 1, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak….”
Namun, ada beberapa manusia yang menyalahi kodrat tersebut dengan berpasangan sesama jenisnya, maka cepat atau lambat mereka akan mendapati murka dari Allah. Peringatan itu secara gamlang telah ditegaskan Allah dalam Al-Quran.
Ingatkah kalian tentang kisah kaum Nabi Luth yakni kisah kaum Sodom yang membuat murka Allah sehingga mereka mendapat hukuman bencana, jasad mereka membatu dengan tujuan sebagai pengingat manusia jangan kita meniru apa yang telah dilakukan oleh kaum tersebut.
Allah berfirman dalam surat al-Araf ayat 80-81, “Dan (Kami juga telah mengutus) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.”
Ayat di atas, menggambarkan teguran Nabi Luth terhadap kaumnya yang melakukan tindakan tercela yang dibenci Allah, hingga perbuatan tersebut disifati sebagai al-fahisyah atau perbuatan keji atau perilaku homoseksual.
Lantas jika memang perilaku menyimpang ini sangat membuat Allah marah hingga menurunkan azab yang pedih bagi kaum sodom, adakah cara bagi kita supaya kaum LGBT ini dapat disembuhkan?
Kurang lebih sekitar 50 tahun lalu, terdapat laporan bahwa gay dapat disembuhkan. Seorang profesor dan psikiater dari Universitas Pennsylvania melakukan psikoterapi selama 4–8 tahun pada kaum gay. Hasilnya, pasien mulai meninggalkan kelakuan dan pakaian yang feminin. Mereka juga mulai berkencan dengan wanita dan menikah.
Alasan inilah mengapa kita tidak boleh membenci manusia lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Tapi yang kita benci adalah perilaku mereka.
Mereka merupakan kaum minoritas, yang sudah sepantasnya kita sebagai sesama manusia tetap merangkul mereka dan memberikan jalan keluar terbaik bagi mereka supaya mereka mampu kembali kepada kodrat mereka masing-masing. Selain itu pentingnya wawasan bahwa perilaku LGBT ini mampu memicu penyakit menular kelamin di antaranya penyakit AIDS yang hingga kini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah