muslim india diskriminasi
muslim india diskriminasi

Lockdown Corona, Pemerintah India Kembali Diskreditkan Umat Islam

New Delhi – India telah melakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona atau COVID-19. Namun, upaya itu berbuntut dengan kembali terulangnya diskriminasi terhadap Islam. Alhasil lockdown Corona telah menimbulkan kembali Islamophobia.

Itu dibuktikan dengan serangkaian serangan anti-Muslim menyebar ke seantero India setelah Kementerian Kesehatan India berulang kali menyalahkan tablig akbar sebagai pemicu penyebaran virus Corona. Para pejabat partai penguasa juga menyinggung soal “bom manusia” dan “jihad Corona” yang ditujukan kepada minoritas Muslim.

Seorang pemuda muslim yang membagikan makanan kepada orang miskin diserang dengan tongkat kriket. Muslim lain dipukuli, hampir digantung, di luar lingkungan mereka atau diserang di masjid, dicap sebagai penyebar virus.

Di negara bagian Punjab, pengeras suara di kuil Sikh menyiarkan pesan yang memberi tahu orang-orang untuk tidak membeli susu dari peternak sapi perah Muslim karena terinfeksi virus Corona.

Ujaran kebencian juga menyebar di dunia maya. Video yang diduga hoaks muncul mengimbau Muslim tidak memakai masker, tidak mempraktikkan jaga jarak sosial, sama sekali tidak perlu khawatir dengan virus, seolah-olah para pembuat video ingin warga muslim terinfeksi dan sakit.

Diskriminasi terhadap kelompok Muslim di India setahun terakhir menjadi titik terendah. Mulai dari tindakan keras terhadap Kashmir, wilayah mayoritas muslim, hingga undang-undang kewarganegaraan baru yang secara terang-terangan mendiskriminasi umat Islam.

Klaim pemerintah kemudian memperburuk segalanya. Satu gerakan keagamaan muslim telah diidentifikasi bertanggung jawab atas sebagian besar dari 8.000 lebih kasus virus Corona.

Para pejabat India memperkirakan pekan lalu lebih dari sepertiga kasus terkait dengan kelompok Jamaah Tablig, yang mengadakan tablig akbar di India pada Maret. Pertemuan serupa di Malaysia dan Pakistan juga menyebabkan wabah.

“Pemerintah terpaksa memanggil jemaah ini,” kata Vikas Swarup, seorang pejabat senior di Kementerian Luar Negeri India, dilansir dari The New York Times, Senin (13/4).

Jemaah Tablig memiliki kantor pusat di kawasan Nizamuddin West di Delhi. Kelompok ini adalah salah satu organisasi berbasis agama terbesar di dunia, dengan puluhan juta anggota.

Pemerintah India melacak siapa saja yang pernah menghadiri tablig akbar tersebut. Petugas polisi bermasker menyegel markas di semua sisi. Mereka juga berpatroli di daerah itu dengan mengokang senapan serbu.

Virus dan gelombang kebencian baru telah mengubah segalanya. Mohammed Haider, yang mengelola sebuah kedai susu, salah satu dari sedikit bisnis yang diizinkan untuk tetap buka di bawah aturan lockdown India, mengatakan, “Ketakutan melingkupi kami, dari semua sudut.”

“Orang-orang hanya perlu alasan kecil untuk memukul kami atau untuk menghukum mati kami,” katanya.

Ketua Islamic Center India, Khalid Rasheed menyayangkan tindakan pemerintah yang menyalahkan komunitas muslim.

“Jika Anda memaparkan kasus berdasarkan agama seseorang di konferensi pers Anda,” katanya, “itu menciptakan perpecahan yang besar.” “Virus Corona bisa mati. Tetapi virus kebencian akan sulit untuk dihilangkan ketika ini berakhir,” ujarnya dikutip dari laman Merdeka.com.

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …