Kisah Nabi Sulaiman berbicara dengan semut ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah an-Naml ayat 18. Begini terjemahannya, “Hingga ketika mereka sampai pada lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai para semut, masuklah kalian semua ke dalam sarangmu, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka semua tidak menyadari.”
Menurut az-Zamaksyari dalam Tafsir al-Kasyaf mengatakan jika imam Abu Hanifah pernah memperdebatkan jenis kelamin semut yang menjadi orator ini. Merujuk pada bentuk bahasanya, Abu Hanifah berpendapat bahwa semut itu berjenis kelamin perempuan. Namun, menurut para ulama lain itu hanya ijtihadnya Abu Hanifah. Karena kalau ditinjau dari segi bahasa, kata namlatun menunjukkan bentuk kata isim wahdah/nomina unitatis, yang bisa bermakna laki-laki.
Imam Shawi dalam kitab Tafsirnya menceritakan bahwa semut yang menjadi orator itu bernama ‘Urja’. Pada mulanya ‘Urja’ melihat rombongan nabi Sulaiman dari jarak tiga mil. Karena semut ‘Urja’ ini tergolong yang memiliki sayap, sehingga segera bisa sampai pada gerombolannya yang sedang berada di luar sarang mereka.
Menurut salah satu sumber, semut itu merupakan salah satu dari sepuluh hewan yang masuk surga bersama buraq Nabi Muhammad, Burung Hud-hud-nya Bilqis, Sapinya nabi Ibrahim, Domba yang mengganti nabi Ismail, Sapi betinanya Bani Israil, Anjingnya ashabul Kahfi, Himarnya ‘Uzair, Untanya nabi Solih, dan Ikan nabi Yunus.
Singkat cerita, ketika nabi Sulaiman mendengar oratornya ‘Urja’, lalu Nabi Sulaiman bertanya, “Kenapa kau perintahkan mereka untuk masuk, apa kau takut aku berbuat zalim? Dan bukankah kau sudah tahu bahwa aku ini seorang raja yang adil?”
Semut ‘Urja’ itu menjawab, “Nabi, tidakkah engkau mendengar dengan jeli kata-kataku? Aku tadi mengatakan “Sedang mereka tidak menyadarinya.” Aku tidak bermaksud engkau menginjak kami secara lahir, tetapi secara batin. Aku khawatir jika para rakyatku tergiur dengan kemewahan yang diberikan kepadamu. Sehingga menjadi cobaan di dunia, dengan mereka sibuk melihat kekayaanmu daripada bertasbih dan zikir kepada Allah.”
Setelah ‘Urja’ itu selesai bicara dengan Sulaiman, ia langsung melesat cepat menuju pada rakyatnya. Lalu ia bertanya, “Apakah kalian punya sesuatu yang bisa dihadiahkan untuk Sulaiman?” “Kami tidak punya apa-apa. Demi Allah, kami hanya punya satu pohon bidara,” jawab para semut. “Bagus. Bawalah kesini,” ujar ‘Urja’. Kemudian Allah menyuruh angin untuk membawa pohon itu. Sehingga ‘Urja’ mampu membawa dengan mulutnya sampai di hadapan Sulaiman.
Ketika hadiah itu sudah sampai, nabi Sulaiman menerimanya dengan baik tanpa memandang bentuk hadiah yang disuguhkan kepadanya. Bahkan ia sangat berterimakasih atas perhatian yang diberikan oleh para semut itu sekaligus terharu atas cinta kasih yang diungkapkan oleh mereka.
Saking bahagianya, hal itu membuatnya tersenyum sampai tertawa. Namun, Nabi Sulaiman tetap menyadari bahwa semua itu adalah pemberian dari Allah yang mengharuskannya menjadi hamba yang terus bersyukur serta membuat kemaslahatan di muka bumi.
Wallahu a’lam.