mengadu kepada khalik
mengadu kepada khalik

Mengadulah kepada Khalik, bukan Sekedar Mengandalkan Makhluk

Terkadang karena kemampuan dan kepemilikan yang dimiliki, manusia sering lupa dan dilanda sombong. Seolah dengan yang dimiliki dan dikuasai bisa menyelesaikan persoalan. Ia menjadi merasa besar dan kuasa. Ia pun lupa bahwa ada Dzat yang mengendalikan segalanya.

Memang ada sarana ketika manusia ingin menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Namun, pada akhirnya penyelesaian akhir ada di tangan sang Khalik, bukan makhluk. Berikhtiar dengan mengandalkan makhluk adalah sunnatullah, tetapi pada akhirnya Allah yang menentukan segalanya.

Prinsip ini bisa dipelajari dari kisah Nabiyullah Musa, Rasul yang bergelar Ulul Azmi. Keistimewaan Nabi Musa tentu tidak bisa diragukan sebagai Nabi yang dikasih kesempatan untuk melihat langsung Allah. Deretan keistimewaannya tidak bisa pula menyembunyikan diri sebagai manusia biasa. Bahkan sakit gigi pun melihatkan dirinya yang lemah.

Berawal dari Nabi Musa yang menderita sakit gigi. Sakit yang beliau rasakan sangatlah membuatnya merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang beliau rasakan bukan hanya ketika beliau mengunyah makanan saja, namun sekujur tubuhnya terasa kurang nyaman, tidurpun beliau merasa cukup terganggu.

Karena merasa tidak tahan dengan penyakit yang dideritanya, akhirnya Nabi Musa memutuskan untuk mengadukan rasa sakit giginya tersebut kepada Allah. Dalam Kitab Nuruzh Zholam (نور الظلام) Syarh Aqidatul Awam dikisahkan tentang Nabi Musa yang mengadu kepada Allah mengenai giginya yang sedang sakit.

Allahpun berfirman, “Ambillah rumput falani dan letakkanlah di gigimu yang sakit.” Mendapat perintah tersebut, Nabi Musapun bergegas mencari rumput tersebut dan meletakkannya di atas gigi. Maka, atas ijin Allah, rasa sakit yang diderita Nabi Musa akhirnya hilang. Semenjak pulih dari sakit gigi, Nabi Musapun bisa merasakan tidur nyenyak kembali.

Namun tak berselang berapa lama, sakit gigi yang di derita Nabi Musa dirasakan kembali. Tanpa mengadu lagi kepada Allah, Nabi Musapun kembali mengambil rumput falani yang dulu telah dianjurkan Allah kepadanya. Nabi Musa begitu yakin, bahwa rumput itulah yang berkhasiat menyembuhkan sakit giginya.

Namun sayangnya di luar dugaan, rasa sakit yang di derita oleh Nabi Musa justru semakin parah dirasa. Dilihatlah kembali rumput tersebut dan memastikannya bahwa itu adalah rumput yang sama yang sempat beliau ambil dulu.

Beliaupun akhirnya meminta pertolongan kepada Allah. Kemudian, Nabi Musa bermunajat kepada Allah SWT. “Tuhanku, bukankah Engkau memerintahkanku dan menunjukkan kepadaku untuk ini?” Allahpun berfirman, “Wahai Musa! Aku adalah yang menyembuhkan dan menyehatkanmu. Aku adalah yang memberikan bahaya dan manfaat. Pada waktu pertama, engkau melakukan karena Aku, sehingga Kuhilangkan penyakitmu. Sedangkan sekarang ini, engkau melakukannya bukan karena Aku, melainkan karena rumput itu.”

Dari kisah di atas bisa kita petik pesan yang terkandug didalamnya. Apapun yang menyembuhkan penyakit bukanlah obat yang kita minum atau yang kita gunakan. Obat tersebut hanyalah perantara yang di gunakan Allah.

Pelajaran penting dari kisah tersebut bahwa iktiar adalah perintah Allah. Manusia tidak cukup mengadu untuk bisa sembuh dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Allah mengajarkan untuk melakukan ikhtiar dengan mencari rumput. Namun, semata mengandalkan ikhtiar dengan melupakan kuasa Tuhan adalah sebuah kesalahan.

Allah memberikan ilustrasi tentang rumput sebagai bentuk ikhtiar, tetapi jangan dilupakan bahwa di balik ikhtiar ada kuasa yang tidak bisa dilupakan. Rumput adalah makhluk yang diciptakan oleh Sang Khalik. Dan kuasa yang sesungguhnya bukan di makhluk, tetapi kepada Khalik. Jangan pernah mangadu masalah hanya dengan mengandalkan makhluk.

 

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …