Kita semua sudah tahu bahwa kehidupan ini adalah perjalanan yang kedepannya tidak bisa ditebak dengan pasti. Kadang kita berada dalam kondisi menyenangkan dan membahagiakan. Terkadang kita berada dalam kondisi terpuruk. Tapi kesemuanya itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang MahaEsa bagi orang-orang yang mau merenungkannya. Karena sejatinya kesenangan dan kesedihan sama-sama memberikan kita dua konsekuensi, dosa atau pahala.
Kesenangan berpotensi untuk membawa kita terjerumus dalam dosa atau mendapatkan pahala. Kesedihan pun akan seperti itu. Itu semua tergantung perilaku kita dalam menyikapi atau merespon hal itu.
Telah diceritakan dalam kitab Mukasyafat al-Qulub karya Imam Ghazali bahwa suatu saat Nabi Zakariya a.s. melarikan diri dari kejaran orang-orang Yahudi yang tengah mengikuti jejaknya. Ketika mereka mulai mendekatinya, ia melihat sebuah pohon. Nabi Zakariya a.s. berkata pada pohon itu: “Wahai Pohon, masukkan aku dalam dirimu!” Pohon tersebut pun terbelah dan Nabi Zakariya a.s. memasukinya dan pohon itu menutupi Nabi Zakariya a.s. Kemudian Iblis memberikan petunjuk pada orang-orang Yahudi tersebut untuk membawa gergaji dan memotong pohon tersebut menjadi dua bagian sehingga Nabi Zakariya nanti bisa meninggal. Akhirnya orang-orang Yahudi mau melakukan apa yang diperintahkan Iblis.
Saat gergaji itu sampai pada otanya Nabi Zakariya a.s., maka Nabi Zakariya berteriak “AAH”. Tiba-tiba ada yang berkata padanya: “Hai Zakariya! Sesungguhnya Allah berkata padamu: “Kenapa engkau tidak sabar terhadap ujian? Kau berkata “AAH”. Seandainya kau berkata “AAH” sekali lagi, akan kuhapus namamu dari daftar kenabian.” Nabi Zakariya dengan sekuat tenaga merapatkan kedua bibirnya dan bersabar terhadap peristiwa yang sedang menimpanya hingga orang-orang Yahudi membelahnya menjadi dua.
Konon hal itu terjadi karena Nabi Zakariya berlindung pada pohon dan tidak berlindung pada Allah. Hal itulah yang menyebabkan kehancuran pada dirinya. Hal ini pernah terjadi pada Nabi Musa a.s. ketika sakit gigi.
Saat pertama kali Nabi Musa a.s. sakit gigi, ia mengadu kepada Allah swt. Dan Allah memerintahkan Nabi Musa a.s. untuk mengambil sejenis daun dan meletakkan di giginya. Sakit gigi yang dideritanya pun sembuh. Suatu ketika sakit gigi Nabi Musa kambuh. Ia langsung mengambil sejenis daun yang pernah ditunjukkan Allah swt. sebelumnya dan meletakkannya di giginya. Tapi sakit giginya tidak sembuh. Akhirnya Nabi Musa mengadu pada Allah swt. tentang hal itu.
Allah swt. memberitahu Nabi Musa a.s. bahwa hal itu terjadi karena saat pertama kali sakit, Nabi Musa langsung menuju Allah swt. dan Allah swt. menyembuhkannya. Namun pada sakit yang kedua kalinya Nabi Musa a.s. langsung mengambil daun tanpa menuju pada Allah swt. Padahal Allah swt lah Dzat Yang MahaPenyembuh.
Kedua kisah tersebut menunjukkan bahwa Allah sangat menyayangi para nabi-nabinya sehingga langsung menegur untuk menjadi pelajaran bagi umat manusia. Maka seharusnya kita bisa bersabar dengan apa yang menimpa kita. Karena ujian dan cobaan yang paling berat adalah ujian para nabi dan para wali.
Rasulullah saw. pernah berkata: “ Barang siapa yang sakit pada malam hari dan ia sabar serta rela (ridlo) terhadap takdir Allah swt, maka dosa-dosanya keluar seperti hari ia dilahirkan ibunya. Jadi kalau kalian sakit jangan berangan-angan sehat”
Syaikh Dlohhak berkata: “Barang siapa yang tidak mendapatkan ujian, kekhawatiran, ataupun musibah selama puluh malam, maka dia tidak mempunyai kebaikan di sisi Allah swt.” Na’udzu billahi min dzalik
Sayyidina Mu’adz bin Jabal r.a. pernah berkata mengenai ujian dan cobaan: “Saat Allah menguji hambanya yang mukmin dengan sakit, Allah berkata pada malaikat di sisi kiri: “Angkat penamu! (jangan tulis sesuatu)” dan berkata pada malaikat di sisi kanan: “Tulislah untuk hambaku ini amal yang paling bagus”
Begitulah keutamaan sakit dan sabar. Mari kita latih diri kita untuk selalu mengingat kepada Allah, berlindung padaNya dan menuju padaNya sebelum kita berusaha dalam mengobati atau menyelesaikan permasalahan kita. Karena sesungguhnya Allah lah Dzat yang MahaPenyembuh.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah