puasa nisfu syaban1
puasa nisfu syaban1

Rahasia Nisfu Sya’ban: Malam Bertabur Ampunan

Dalam adagium umat Islam, Nisfu Sya’ban dijadikan ajang untuk berburu pahala dan ampunan, mereka yakini malam ini penuh rahasia.

Seperti apa rahasianya? Kita awali dari hadits Nabi

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ لِي أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قُلْتُ ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ

Telah menceritakan kepada kami Yazid Ibn Harun dia berkata; telah mengabarkan kepada kami Al Hajaj Ibn Arthah dari Yahya Ibn Abi Katsir dari ‘Urwah dari ‘Aisyah berkata; “Pada suatu malam saya pernah kehilangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu saya keluar dan ternyata beliau sedang di Baqi’, mengangkat pandangannya ke langit seraya bersabda kepadaku: ‘Apakah engkau takut, Allah akan menzhalimi mu dan Rasul-Nya? ‘Aisyah berkata; “Saya berkata; ‘Saya mengira engkau mendatangi sebagian isteri-isteriMu.” Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya Allah Azzawajalla turun di pertengahan malam ke langit dunia di bulan Sya’ban, lalu ia memberikan ampunan sejumlah bulu kambing atau anjing’.” HR: Ahmad:24825

Yang menarik dari sabda ini adalah bahwa, ampunan Allah akan diberikan kepada umat dengan sejumlah bulu bulu yang menempel di tubuh kambing atau anjing. Ungkapan majas yang sangat indah. Siapakah yang mampu dan sudi menghitung bulu kambing atau anjing?! Kalaupun toh ada, dengan cara manual, pasti membutuhkan waktu dan ketelatenan yang sangat luar biasa. Artinya, hanya satu, dua jiwa saja yang akan menyadari betapa Nisfu Sya’ban menyimpan banyak rahasia di dalamnya.

Alkisah.  Muhammad Ibn Abdillah al-Zahidi memulai ceritanya, sahabat karibku, Abu Hafas  al-Kabir meninggal dunia. Sebagai seorang sahabatnya, aku mengikuti tuntas prosesi pemakamannya, namun sejak itu, delapan bulan aku tak pernah lagi menziarahi kuburannnya. maka, segeralah terbersit dalam hatiku, untuk berziarah ke makamnya. malam hari, sebelum berangkat menuju kuburnya, aku bermimpi. Dalam mimpiku, terlihat  olehku Abu Hafas  al-Kabir, kulitnya hitam legam. Wajahnya pucat pasi. Aku ucapkan salam kepadanya, tetapi dia tidak menggubrisnya. Merasakan prihal yang aneh, aku bertanya kepadanya, wahai sahabatku, kenapa engkau tidak menghiraukan salamku? Membalas salam itu rangkaian dari kebajikan ibadah, sementara aku, saat ini, terhalang untuk melakukannya. Jawab Abu Hafas  al-Kabir.

Kenapa kulitmu hitam legam dan wajahmu pucat pasi? Bukankah engkau adalah lelaki berkulit kuning langsat dan berwajah bugar ganteng?! Semenjak aku meninggal dunia, dan aku mulai ditinggal sendirian dalam kuburanku, datanglah seorang Malaikat, berdiri tepat diubun ubunku. Dia mulai menghitung-hitung semua dosa dosa  dan amal amal buruk hidupku. Dia menyebutku dengan panggilan lelaki yang malang, sembari memukulku dengan sebilah tongkat yang terbuat dari besi membara. Tak ayal, tubuhku remuk redam, hangus terbakar. Kemudian Malaikat itu bertanya kepadaku: “ apakah kamu tidak merasa malu kepada Allah?

Lantas, dia merengkuhku kuat kuat. Hingga persendian dan tulang belulangku gemeretak patah. Siksaan itu senantiasa kualami hingga bulan Sya’ban menjelang. Tiba tiba saja, aku mendengar suara penuh pesona kewibawaan. “Hentikan Engkau menyiksa laki laki itu !” karena laki laki itu  mengisi malam malam Sya’ban dengan buliran tasbih berdzikir, dan menghiasi hari hari Sya’ban dengan puasa tak berbusa. tegur suara itu. Dengan serta merta, Malaikat itu menunduk patuh. Abu Hafas  al-Kabir mengakhiri ceritanya. Sejak saat itulah, (bulan Sya’ban) Allah menghentikan penyikasaanku lantaran aku mengisi malam dan hari hari Sya’ban dengan kebajikan ibadah. Bahkan aku dijanjikan akan menjadi salah satu penghuni Sorga. Dzurrah al-Nashihin, 208

Semudah itukah mendapatkan ampunan?! Tidak !!! bukan mudah, tapi sangat sulit. Menjadi mudah karena dimudahkan oleh Allah. Seseorang yang dibuka dan dihidupkan  hatinya oleh Allah, maka hal yang sukar menjadi tertakar dalam ikrar. Sebaliknya, bila hati tertutup dan mati, jangankan melakukan kebajikan ibadah di bulan Sya’ban, menyakini kekeramatan bulan Sya’ban saja tak sudi. Maka yang mudah, menjadi tak tertadah. Selamat berburu ampunan di bulan Sya’ban yang bertabur ampunan.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …