khawarij
khawarij

Sejarah Kaum Khawarij: Akar Gerakan Ekstrimisme dalam Islam

Khawarij adalah salah satu sekte/golongan yang lahir di masa akhir pemerintahan Kalifah Ali bin Abi Thalib. Kemunculannya sebagai sebuah gerakan mengubah wajah Islam yang rahmatan lil alamin menjadi agama yang penuh dengan kebencian, bahkan dengan sesama umat Islam.  

Dari kaum khawarij inilah, paham-paham intoleran dan radikal bersumber lalu bermetamorfosis menjadi banyak gerakan dalam sejarah perjalanan umat Islam, bahkan hingga hari ini. Lalu siapakah kaum khawarij itu?

Para sejarawan mendefinisikan khawarij sebagai kelompok yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib pasca terjadinya aribitrase (tahkim) dalam Perang Shiffin.

Sebagaimana diketahui, pada masa Ali bin Abi Thalib memimpin, perpecahan di tubuh umat Islam mencapai puncaknya. Benar bahwa Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat dari khulafaur rasyidun. Secara de jure, ia pemimpin tertinggi umat Islam pada waktu itu. Akan tetapi, secara de facto, ia tidak memiliki pengaruh di Syam. Sebuah wilayah yang lama dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sufyan.

Perseteruan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah semakin panas. Puncak perseteruan tersebut memunculkan perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Shifin. Pada perang tersebut, sesama umat Islam saling mengayunkan pedang. Pendukung Ali dan pendukung Muawiyah saling berperang.

Perang Shiffin berakhir ketika terjadi peristiwa tahkim atau arbitrase antara Ali dan Muawiyah. Arbitrase tersebut menguntungkan-kalau tidak dikatakan memenangkan Muawiyah. Ali kemudian meletakkan jabatan khalifah. Berhentinya Ali sebagai khalifah menandai berakhirnya era khulafaur rasyidun sekaligus menandai berdirinya Dinasti Umayah.

Peristiwa tahkim itulah yang melahirkan kelompok bernama Khawarij. Orang-orang yang tidak setuju Ali menerima tahkim tersebut kemudian keluar dari barisan Ali. Mereka dipimpin oleh Abdullah ibn Wahab al-Rasyibi. Kelompok baru ini berjumlah sebanyak 12.000 orang yang berpusat di Harura.

Mereka lalu memproklamirkan diri sebagai kelompok independen yang berdiri di luar Ali maupun Muawiyah. Bahkan mereka menganggap Ali, Muawiyah dan Amru bin Ash sebagai orang kafir yang darahnya halal untuk ditumpahkan. Alasannya karena ketiga orang tersebut adalah dalang di balik Perang Shiffin yang mengakibatkan banyak muslim meninggal.

Dalam politik, khawarij berpandangan bahwa seseorang yang menjadi khalifah, tidak harus dari bangsa Arab. Bangsa ajam (non Arab) juga memiliki hak menjadi seorang khalifah. Yang paling penting, khawarij tegas mengatakan bahwa seorang khalifah harus dipilih oleh rakyat. Berpijak pada pandangan tersebut, mereka menganggap Ali dan Muawiyah adalah sebuah kesalahan. Sebab, mereka menjadi khalifah bukan dari hasil pemilihan rakyat.

Padangan keagamaan Khawarij amat keras-kalau tidak dikatakan kaku. Mereka memiliki pemahaman bahwa jika seorang muslim tidak shalat, maka wajib dibunuh. Apabila seorang muslim meninggal dunia tanpa bertaubat terlebih dahulu, maka ia akan masuk neraka selamanya. Selain itu, mereka memiliki keyakinan bahwa orang Islam yang tidak menganut ajaran-ajaran mereka, dianggap kafir. Kelompok ini beranggapan bahwa mereka lah yang paling benar dan paling Islami, sementara yang lain tidak.

Setelah menyatakan secara tegas keluar dari barisan Ali dan Muawiyah, kaum khawarij seringkali membuat huru hara dan kekacauan di mana-mana. Ali kemudian menyerbu markas mereka di tepi kanal Nahrwan tahun 659. Ali bersama pasukannya hampir memusnahkan mereka. Akan tetapi, mereka selalu kembali muncul dengan banyak nama. Hitti menyebut, sejak kemunculannya, kaum khawarij menjadi duri bagi kekhilafahan bahkan hingga masa Dinasti Abbasiyah.

Neo Khawarij

Khawarij secara organisasi memang sudah tidak ada lagi. Akan tetapi, secara ideologi, mereka masih terus bersemi. Ideologi khawarij terus ada dengan berbagai nama dalam sejarah perjalanan Islam, hingga hari ini. Pemahaman khawarij yang anti perbedaan dicopy paste oleh banyak organisasi intoleran semi radikal, bahkan oleh kelompok teroris. Organisasi-organisasi tersebut memiliki banyak nama, tapi memiliki ideologi yang sama yaitu ideologi khawarij: menolak perbedaan dan anti keberagaman. Mereka juga dengan gampangnya menuduh umat Islam lainnya sebagai orang yang murtad, bahkan kafir, jika tidak sepaham.

Sejarah khawarij adalah sejarah pedang dan darah. Mereka tidak segan-segan membunuh sesama muslim yang berbeda dengan mereka. Ideologi seperti itulah yang pada akhirnya akan melahirkan generasi islam yang keras dan kaku. Keras terhadap non muslim bahkan dengan sesamanya, dan kaku dalam memahami ajaran agama Islam. Di tangan mereka, Islam yang ramah berubah menjadi Islam marah.

Demikianlah sejarah khawarij, sebuah gerakan yang menjadi akar gerakan ekstrimisme di dalam Islam. Semoga bangsa ini terhindar dari ideologi khawarij yang membawa kerusakan dan kehancuran.

Bagikan Artikel ini:

About Nur Rokhim

Mahasiswa Pasca Sarjana Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga. Aktif di Majalah Bangkit PWNU DIY

Check Also

mawali umayah

Kehidupan Non Muslim Pada Masa Kekhalifahan Umayah

Pada periode kekuasaan Dinasti Umayah (selanjutnya disebut Umayah) yang berpusat di Damaskus, masyarakat terbagi ke …

syariat perang

Detik-detik Hamzah bin Abdul Mutholib Gugur di Medan Perang Uhud

Pada bulan Syawal tahun ke-3 Hijriyah, terjadi pertempuran hebat antara umat Islam dan kaum kafir …