Pada tulisan berikut akan diulas tafsir al-baqarah ayat 6-7. Secara garis besar ayat ini menerangkan tentang ciri dan sifat orang kafir.
Mungkin ada yang bertanya kenapa menafsirkan ayat itu tidak dengan asumsi kita sendiri?. Padahal kita dianugerahkan akal, kenapa tidak bisa menginterpretasikan sendiri suatu ayat atau surah Alquran ?.
Tentunya penulis mengikuti Qawāid at-Tafsīr (kaidah-kaidah tafsir) yang sudah dipraktekkan dan disepakati oleh para ulama terdahulu dan bersambung kepada Rasulullah Saw. Menafsirkan ayat atau surah Alquran dengan tharīqah at-tafsīr (jalan tafsir) dengan pendekatan-pendekatan (al-manāhij) dan metode-metode (at-thuruq) agar sampai kepada makna Alquran.
Pada tulisan kali ini, penulis mengajak pembaca setia “Islam Kaffah” mengungkap makna dan hakikat ayat 6 sampai 7 dalam surah al-Baqarah. Allah Swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” [Q.S. al-Baqarah: 6]
Para Imam qirā’at, ada perbedaan bacaan membaca lafadz ‘alaihim aandzartahum. Riwayat Imam Hamzah, lafadz ‘alaihim dibaca ‘alaihum. Sedangkan riwayat Imam Warsy menghubungkan Mīm Jama’ dengan Wāw Sukūn apabila huruf hidupnya berupa Hamzah Qatha’. Contoh: عَلَيْهِمُوا أَأَنْذَرْتَهُمْ (‘alaihimū aandzartahum), diberlakukan hukum Mad Munfashil.
Lafadz inna alladzīnaa kafarū dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Adzīm, Ibnu Katsir memaknai bahwa orang kafir adalah orang-orang yang menutup perkara yang ḥaq serta menjegalnya. Semisal ayat yang lain, Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat (azab) Tuhanmu, tidaklah akan beriman. meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.” [Q.S. Yunus: 96-97]
Ibnu Abbas mengartikan “inna alladzīnaa kafarū” ialah kafir terhadap kitab yang diturunkan kepadamu, sekalipun mereka mengatakan “Sesungguhnya kami telah beriman kepada kitab yang diturunkan kepada kami sebelummu”.
Kemudian lafadz “sawāun ‘alaihim aandzartahum am lam tundzirhum lā yu’minūn”, bahwasanya mereka telah kafir terhadap kitab yang ada di tangan mereka. Orang kafir ingkar terhadap perjanjian yang telah ditetapkan atas diri mereka. Jadi, kesimpulannya mereka kafir terhadap kitab yang telah diturunkan (Alquran), juga kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi sebelumnya. Mana mungkin mereka mau mendengar peringatan dan larangan dari Alquran, sedangkan mereka sendiri telah kafir terhadap kitab-kitabnya sendiri.
Selanjutnya ayat ketujuh yang berbunyi:
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” [Q.S. al-Baqarah: 7]
As-Saddi memaknai lafadz “khatamallāhu” ialah “Allah mengunci mati”. Sedangkan menurut Qatadah, ayat ini bermakna “setan telah menguasai mereka, mengingat mereka taat kepada setan, maka Allah mengunci mati kalbu dan pendengaran mereka. Mereka tidak dapat melihat jalan hidayah, tak dapat mendengar, memahami, serta memikirkannya”.
Al-Qurthubi mengatakan, para ulama sepakat bahwa Allah Swt. menyifati diri-Nya berlaku mengunci mati dan mengelak hati orang-orang kafir sebagai balasan atas kekufuran mereka.
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Miṣbāḥ, menyimpulkan pendapat para ulama dan menguraikan lima macam kekufuran yaitu:
- Kufr Juḥūd yang pertama adalah mereka yang tidak mengakui wujud Allah, seperti orang-orang ateis dan orang-orang komunis.
- Kufr Juḥūd yang kedua ialah mereka yang mengetahui kebenaran tetapi menolaknya, seperti iri dan dengki kepada pembawa kebenaran itu.
- Kufr Ni’mah dalam arti tidak mensyukuri nikmat Allah, seperti yang diisyaratkan pada firman Allah Q.S. Ibrāhīm ayat 7.
- Kufr dengan meninggalkan atau tidak mengerjakan tuntunan agama kendati tetap percaya. Seperti firman Allah pada surah al-Baqarah ayat 85.
- Kufr Barā’ah, yaitu dalam arti tidak merestui dan berlepas diri. Seperti firman-Nya dalam surah al-Mumtaḥanah ayat 4.
Oleh karena itu sifat orang kafir antara lain; mengingkari ayat-ayat Allah, dan mendustakan Alquran serta mendustakan Nabi Muhammad Saw., (sama saja bagi mereka diberi peringatan atau tidak).
Hati mereka tidak terpengaruh oleh peringatan sebab hati mereka terkunci, tidak dapat dicapai oleh nūr ilāhi, iman tidak akan ada, lantaran mereka bersikap buta terhadap kebenaran dan ayat-ayat Allah sehingga efek hidayah dan nasihat tidak dapat tembus ke sana (hati).
Mereka menelantarkan sarana-sarana pengetahuan, tidak memandang alam sekitar dan tidak berpikir serta tidak mempergunakan indra pendengaran dan penglihatan, sehingga mereka melihat kebenaran tetapi tidak mengikutinya, mereka mendengarnya tetapi tidak memahaminya. Maka balasan mereka adalah siksa yang teramat pedih yang takkan terputus selamanya akibat mereka mendustakan ayat-ayat Allah Swt.
Wallāhu a’lam .. .
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah