tafsir
tafsir alquran

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 28-29: Kafir Menampik Iman Hingga Proses Penciptaan Bumi dan Langit

Kajian sebelumnya kita membahas perumpamaan Allah kepada orang-orang yang tidak menggambarkan Islam secara kāffah dengan perumpamaan hina. Kali ini kajian tafsir masuk dalam babak tanda atau bukti kekuasaan Allah. Dalam ayat 28 dan 29 dari surah al-Baqarah ini, orang kafir diperlihatkan nikmat Allah yaitu kehidupan dan bukti adanya bumi serta langit, namun mereka masih menampik akan hal itu.

Allah Swt berfirman:

 كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” [Q.S. al-Baqarah: 28]

Ada yang mengatakan bahwa lafadz kaifa adalah lafadz istifhām (pertanyaan). Sebenarnya tidak demikian, tetapi merupakan penetapan dan kecaman. Maksud ayat ini: Bagaimana bisa kalian mengingkari nikmat-nikmat-Nya atas kalian, padahal ini merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah?.

Manṣur bin Zażan Al-Wasiṭi, seorang tabi’in yang dimuliakan menakwilkan ayat ini. Ia berkata “Dengan ungkapan ini, Allah mengecam mereka dengan kecaman yang amat keras, sebab kematian dan benda mati tidak pernah memprotes terhadap Penciptanya. Justru protes datang dari makhluk yang bernyawa.” Dapat dipahami bahwa orang kafir memprotes mengingkari apa yang ditunjukkan oleh Allah Swt.

Ibnu Katsir berpendapat Allah membuktikan keberadaan dan kekuasaan-Nya, untuk itu Allah berfirman, “Kaifa takfurūna billāhi”, yang artinya ‘mengapa kalian mengingkari keberadaan Allah, atau mengapa kalian menyembah selain-Nya?’. Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan tafsiran kalimat “wa kuntum amwātan fa ayākum” yaitu berarti ‘padahal kalian tadinya tidak ada, lalu Allah menciptakan kalian ke alam wujud’.

Beberapa riwayat mengatakan ayat ini memang mengkondisikan sifat orang kafir yang tidak percaya kepada Allah. Dengan adanya kita “hidup” lalu akan menuju suatu keadaan yang dinamakan “kematian”, tentunya ada żat yang melakukan proses-proses itu. Lalu,  masihkah kita mengingkari atas kekuasaan Allah?. 

Proses Penciptaan Bumi dan Langit

Setelah fakta keberadaan dan kekuasaan Allah kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka. Ayat selanjutnya adalah bukti lain kekuasaan-Nya dengan adanya bumi dan langit. Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [Q.S. al-Baqarah: 29]

Para Imam Qira’at membaca lafadz اسْتَوَى dengan cara dua versi. Versi pertama yakni bacaan yang masyhur dengan fathah. Versi kedua dengan cara membaca imālah. Cara membaca dengan imālah merupakan logat penduduk Najed (Arab Saudi).

Berkenaan dengan ayat ke-29 surah al-Baqarah ini, ada perbedaan pendapat tentang lebih dahulu penciptaan langit atau lebih dahulu penciptaan bumi. Namun, kali ini kita bandingkan teori-teori penciptaan bumi dan langit oleh ilmuwan barat dan ayat-ayat Alquran yang mengimplikasikan teori-teori tersebut.

Kita tahu seorang yang bernama Georges Lemaître. Ia dikenal sebagai pelopor teori Big Bang, yakni alam semesta berawal dari ukuran yang kecil dengan keadaan yang sangat panas dan sangat padat. Alam semesta menjadi mengembang secara terus menerus sampai saat ini.

Kemudian “Steady State Theory” atau teori keadaan tetap yang digagas oleh para ahli astrofisika Universitas Cambridge di tahun 1948-an. Menyatakan bahwa alam semesta ini akan selalu sama kapanpun dan dimanapun. Tetapi, teori ini tertolak karena melanggar hukum dasar fisika mengenai kekekalan zat.

Ada beberapa ayat Alquran yang berimplikasi ayat al-Baqarah diatas. Ayat-ayat yang menjelaskan secara rinci proses konstruksi bumi dan langit. Seperti di surah Fuṣṣilat ayat 9-12 dan surah an-Nāzi’āt ayat 27-33. Yang kesimpulannya adalah Allah memulai ciptaan-Nya dengan mewujudkan bumi, lalu menciptakan tujuh lapis langit. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm. Demikianlah, cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru bagian atasnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ketika Allah berkehendak, Dia mengeluarkan asap dari air dibawah Arsy Allah. Lalu asap (gas) itu membumbung keatas kemudian dinamakanlah samā (langit). Air yang tadi dikeringkan menjadi bumi dan dijadikan tujuh lapis dalam dua hari, yaitu hari Ahad dan Senin.

Kemudian pada hari Selasa dan Rabu, Allah menciptakan gunung, pepohonan di bumi, dan makanan maupun keperluan bagi penghuninya. Di hari Kamis dan Jumat, gas atau uap dari air tadi dijadikan oleh Allah langit tujuh lapis.  

Wallahu a’lam…

Bagikan Artikel ini:

About Mubarok ibn al-Bashari

Mahasiswa Pasca Sarjana UNUSIA

Check Also

palestina israel

Tafsir Surah al-Isra’ Ayat 4-5: Kezaliman Bani Israel dan Janji Allah Bagi Palestina

Peristiwa yang sangat tidak manusiawi terjadi kepada saudara-saudara kita di Palestina. Di saat melaksanakan kekhusyukan …

al-quran

Jika Salah Tafsir Surah al-Fath Ayat 29: Keraslah Terhadap Sifat Kafir

Surah al-Fath turun saat peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian Hudaibiyah merupakan peristiwa yang begitu fenomenal. Dimana …