tafsir al baqarah 263
tafsir al baqarah 263

Tafsir Surat al-Furqan 63 : Muslim Istimewa Memiliki Sifat Ramah dan Lemah Lembut

Apakah mungkin agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin yang ummatnya memiliki predikat “Khaira ummah” memberi titah untuk berbuat onar, berkata-kata kotor, atau membunuh? Muslim yang baik tentu bercermin kepada Rasulullah dengan segala keramahannya, sifatnya yang pemaaf, dan kata-katanya lemah lembut. Kalaupun harus berperang, seperti Nabi pernah melakukannya, tentu harus dengan dasar legalitas argumen keagamaan yang jelas.

Akhlak terpuji Nabi ini sebenarnya terjemah dari al Qur’an sebagai kitab suci terakhir yang paling sempurna. Semua tafsir ayat-ayat al Qur’an ada pada diri beliau yang dijelaskan dengan perkataan dan praktek hidupnya.

Salah satu ayat al Qur’an yang menjelaskan karakter istimewa orang-orang beriman adalah ayat berikut:

“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “salam” (QS. al Furqan: 63).

Umat Islam yang dijuluki “Khaira ummah” (umat terbaik) digambarkan oleh al Qur’an sebagai manusia yang menyeru kebaikan dengan penuh rahmah dan kasih sayang. Tidak sombong dan lemah lembut.

Dalam tafsir al Wasith Lithanthawi, secara bahasa kata “Haunan” dalam ayat di atas berarti lemah lembut dan anggun. Yakni berjalan dengan santai dan tenang serta tidak buru-buru. Makna seperti ini juga dikatakan oleh Ibnu Katsir merujuk pada ayat “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong” (QS. al Isra’: 37).

Adapun maksud ayat di atas, seperti dijelasak dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, tafsir Wasith dan kitab tafsir yang lain, bukan berjalan seperti orang sakit yang lemah. Berjalan dengan lemah, pelan dan gemulai yang dibuat-buat untuk pamer. Sebab Nabi Adam ketika berjalan seakan sedang turun dari ketinggian. Langkahnya tegap dan tidak terlalu pelan.

Diriwayatkan dari Umar, ia melihat seorang pemuda berjalan pelan-pelan. Umar bertanya, “Kenapa kamu berjalan sangat pelan”? “Apakah kamu sakit”? Pemuda itu menjawab, “Tidak”. Kemudian Umar memukulnya dengan cambuk dan memerintahkan kepadanya supaya berjalan dengan langkah yang kuat.

Dengan demikian, perintah sebenarnya dari ayat di atas adalah orang mukmin harus  memiliki sikap rendah hati, ramah dan anggun. Kata “Salam” berarti bila dicaci dengan kata-kata buruk mereka tidak membalasnya dengan kata-kata yang sama, namun memaafkan. Dan, hamba-hamba Allah yang memiliki sifat istimewa seperti ini tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik.

Mukmin yang baik tidak punya waktu untuk membalas semua cacian yang dialamatkan kepadanya. Hanya memiliki tujuan menjadi seorang hamba yang membawa kedamaian dan keselamatan. Tidak membuat kerusakan di bumi. Baik dengan tingkah kasarnya, ucapannya yang kotor dan sejenisnya.

Dari sini bisa dipahami, orang-orang yang gemar mencaci sejatinya menunjukkan sifat sombongnya di dunia. Sifat yang tidak disenangi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. Sebab penyandingan orang-orang yang rendah hati dengan Tuhan Yang Maha Pengasih menunjukkan kemuliaan sifat-sifat orang tersebut.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …