tsabit 1
tsabit 1

Tsabit bin Qais : Menahan Lapar untuk Berbagi Buka Puasa Bersama Tamu

Lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan dirinya sendiri, meskipun ia sadar bahwa dirinya juga memerlukannya merupakan sifat yang sangat sulit di jumpai. Namun, hal mudah dijumpai dari perilaku para sahabat yang meneladani sikap Rasululah.

Dia adalah Tsabit bin Qais al-Anshari. Tsabit merupakan sahabat Rasulullah yang berasal dari negeri Khazraj yang mengabdikan hidupnya kepada Rasulullah ketika sampai di kota Madinah. Ia juga merupakan salah satu sahabat yang dikenal sebagai pencatat wahyu yang diturunkan untuk Nabi sekaligus juru bicara Rasulullah yang sangai lihai dan fasih berkomunikasi.

Suatu ketika, saat senja turun sebagai pertanda menjelang berbuka puasa, kala itu rumah Tsabit kedatangan tamu. Sang tamu merupakan seorang musafir yang telah kehabisan bekal dalam perjalanannya. Dengan kehidupan Tsabit yang serba pas-pasan, untuk menghormati dan menjamu sang tamu ia merasa kebingungan.

Namun, Rasulullah pernah mengajarkan padanya tentang kesunahan memuliakan tamu. Dengan makanan sederhana yang ia miliki bersama istrinya untuk berbuka, maka iapun menawarkan tamu tersebut untuk berbuka dengan makanan seadanya.

Tidak hanya makanan seadanya, Tsabit menyadari bahwa makanan yang ia miliki tak akan cukup untuk disantap bertiga. Iapun meminta kepada istrinya supaya ketika waktu makan tiba, hendaknya istrinya menyalakan lampu dengan sangat redup. Hal ini bertujuan agar tamu tidak mengetahui bahwa Tsabit dan istrinya hanya berpura-pura menikmati hidangannya.

Sang tamu pun melahap makanan tersebut di kala berbuka. Ia mengira sang tuan rumah juga melakukan hal sama. Padahal keluarga Tsabit hanya pura-pura berbuka untuk menghormati sang tamu.

Dari pengorbanan yang dilakukan Tsabit tersebut, maka Allah menurunkan ayat dalam surat al-Hasyr ayat 9, Allah berfirman: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”

Ketika keesokan harinya Tsabit bertemu dengan Rasulullah saat menghadiri acara majlis. Rasulullah tiba-tiba tersenyum kepadanya kemudian beliau bersabda: “Wahai Tsabit, Allah menghargai pelayananmu terhadap tamumu semalam.”

Tsabit pun tersentak. Tentu saja ia merasa bingung dari mana Rasulullah mengetahui pengalaman yang sudah ia jalani. Namun, Ia merasa sangat gembira atas apa yang telah diucapkan oleh Rasulullah kepadanya.

Islam menjelaskan bahwa tamu memiliki kedudukan yang mulia. Orang yang bertamu dipandang merupakan orang-orang yang mau menyambung tali silaturahmi kepada manusia lainnya. Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Cerita di atas  tentu adalah teladan baik bagi kita di bulan puasa saat ini. Tentu saja banyak dari saudara kita yang sedang melaksanakan puasa tetapi dengan serba kekurangan. Dampak covid-19 tentu memukul perekonomian dan kemampuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Ada sebagian saudara kita yang terjungkal secara ekonomi karena wabah pandemi ini. Pekerjaan telah hilang dan kemampuan ekonomi pun menjadi lumpuh. Mungkin tidak pernah berpikir tentang bagaimana hari raya, memikirkan buat makanan berbuka saja sudah kebingungan.

Semangat puasa untuk menahan diri juga melatih untuk saling berbagi dengan merasakan lapar dan dahaga yang dirasakan mereka yang tidak mampu. Selayaknya teladan mulia tersebut kita tiru dengan selalu berbagi tidak hanya waktu berbuka, tetapi apapun yang bisa diberikan bagi mereka yang membutuhkan uluran kasih.

Mementingkan orang lain dari pada kebutuhan kita sendiri mungkin teramat sulit dilakukan. Namun, setidaknya kita tidak selalu memikirkan diri sendiri sehingga tidak bisa berbagi kepada yang lain di bulan suci ini. 

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …

buka puasa

Kebaikan-kebaikan Menyegerakan Berbuka Puasa

Berbuka puasa merupakan salah satu amalan penting bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa. Rasulullah …