jihad
jihad

Berjuang karena Allah atau Amarah?

Kenapa dalam suatu kesempatan Rasulullah mengatakan bahwa jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu? Hawa nafsu merupakan musuh terbesar bagi manusia. Tidak mudah mengendalikan apalagi mengalahkannya. Terkadang orang yang sudah merasa membela Tuhan dan agama pun bisa dikalahkan oleh hawa nafsu.

Kisah ini masyhur yang meriwayatkan tentang Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra sedang berduel dengan orang kafir dalam satu peperangan. Di saat musuh sudah lumpuh dan tinggal melibas batang lehernya, tiba-tiba sang musuh meludahi Sayyidina Ali.

Karena kejadian ini beliau mengurungkan membunuh sang musuh dan memilih tidak melanjutkan pertarungan. Sang musuhpun keheranan dan bertanya kenapa tidak melanjutkan. Sayyidina Ali menegaskan ia khawatir ketika membunuh musuhnya itu semata bukan karena Allah, tetapi akibat dorongan nafsu dan emosi.

Betapa tipisnya ketika dalam peperangan dan pertempuran antara membela kalimat Allah atau karena amarah dalam diri. Betapa kita diingatkan apakah perjuangan ini semata karena Allah atau membela yang lain atau bahkan membela nafsu dan kemarahan kita?

Betapa tipisnya pula antara membela agama Allah dengan sekedar ingin dipanggil mujahid dan ingin dilihat sebagai mati syahid. Kadang orang berteriak membela karena ingin dipandang sebagai pembela agama, bukan karena niat karena Allah.

Kisah ini pernah diceritakan Rasulullah dari dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa’i, Imam Ahmad dan Baihaqi tentan tiga orang muslim yang suci di hadapan manusia namun ketika dihadapkan oleh hukum Allah bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya.

Salah satu dari ketiga itu adalah orang yang dikenal pembela agama. Dia adalah pejuang dan syahid yang yang wafat di medan pertempuran. Karena merasa mati dalam keadaan syahid, iapun merasa dirinya akan mendapatkan ganjaran surga.

Allah bertanya kepadanya “apa yang telah kamu lakukan ketika didunia?” sang mujahid menjawab dengan bangga “aku telah berjuang d ijalanMu, aku telah mati dalam keadaan syahid demi membela agamaMu”. 

Namun sayangnya Allah menyangkal atas pengakuan sang mujahid tersebut. Allah menegaskan “Kau berdusta, sejatinya kau berperang hanya agar dirimu dikenal sebagai manusia yang pemberani. Akupun telah mewujudkan keinginanmu, kau telah disebut-sebut sebagai laki-laki pemberani.”  Akhirnya si mujahidpun mendapatkan balasan neraka oleh Allah.

Membela agama Allah harus semata dilakukan karena Allah, bukan sekedar ketenaran, kemulian di dunia atau sekedar ingin dipanggil mujahid dan pembela agama. Apalagi pembelaan yang dilakukan karena amarah yang membabi buta.

Sungguh membela agama adalah jihad yang membutuhkan tidak hanya kekuatan fisik tetapi kekuatan hati. Hati harus bersih dari amarah, riya’ dan sombong sehingga pembelaan semata dilakukan karena Allah.

Bagikan Artikel ini:

About Farhan

Check Also

tionghoa dan islamisasi nusantara-by AI

Jejak yang Terlupakan: Etnis Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

Seberapa sering kita mendengar nama-nama besar dalam sejarah Islam di Nusantara? Seberapa banyak kita mengingat …

kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Segala Sesuatu Milik Allah : Jangan Campuradukkan Pemikiran Teologis dengan Etika Sosial

Segala sesuatu yang di alam semesta adalah milik Allah. Dialah Pencipta dan Raja segala raja …