Di mana Allah swt ? Pertanyaan tersebut banyak dijumpai pada buku-buku aqidah karangan Wahaby yang beredar belakangan ini. Pertenyaan itu dibuat sebagai pintu masuk bagaimana nanti paham-paham Wahaby dapat dengan mudah diterima oleh pembaca, khususnya para pelajar. Karena bagi seseorang yang masih labil pengetahuannya, tentu akan mudah menjawab pertanyaan tersebut, yaitu “Allah swt ada di atas”.
Dalam paham Wahaby, Allah swt berada di tempat yang disebut dengan ‘Arsy. Keyakinan tersebut berangkat dari kesalahan dalam memahami beberapa ayat-ayat al Qur’an seperti surat Thaha ayat 5:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya: “ Yang maha rahman beristiwa atas ‘Asry “
Atau surat al A’raf ayat 54:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Artinya: “Sesungguhnya Rabb kalian Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari kemudian beristiwa’ atas ‘Arsy”
Dan ayat-ayat lain yang serupa dengan kedua ayat tersebut.
Dalam pemahaman Wahaby, kata “istawa” memiliki makna “berdiam” atau “duduk”. Jika ayat tersebut diartikan menggunakan pemahaman Wahaby, maka “Arrahmanu alal arsyistawa” bermakna “yang maha rahman berdiam atau duduk di ‘Arsy”. Begitu juga “istawa alal ‘Arsy” akan bermakna “kemudian Allah swt berdiam atau duduk di Arsy”.
Diantara ulama Wahaby yang mengatakan bahwa Allah swt bertempat dan duduk di ‘Arsy adalah ibn Taimiyah. Dalam kitab kumpulan fatwa-fatwanya, ia mengatakan: “Apabila duduknya mayyit di kuburan tidak sama dengan duduknya badan manusia hidup, maka apa saja yang datang dari Nabi saw dengan lafadz qu’ud dan julus (duduk) pada Allah seperti haditsnya Ja’far bin Abi Thalib ra dan hadits Umar bin Khattab ra, dan selain keduanya, maka lebih-lebih tidak boleh menyamakan Allah dg sifat-sifat tubuhnya hamba”[1]
Pemahaman yang demikian sungguh tidak dapat diterima baik secara akal ataupun nash. Seseorang yang waras akal fikiran dan kemanusiaannya pasti akan menolak kepada mensifati Allah swt dengan berada di tempat. Sebab tempat adalah makhluk. Jika Allah swt bertempat, berarti keberadaan tempat tersebut bersamaan dengan adanya Allah swt. atau boleh jadi lebih dahulu dari Allah swt. Jelas yang demikian merupakan penghinaan bagi Allah swt dan mustahil bagi Allah swt. Karena Allah swt berfirman:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin[1452]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”(QS. Al Hadid: 5)
Menurut Allah swt tidak ada yang lebih dahulu dari Allah swt dari apapun. Tidak ada permulaan apapun selain Allah swt. sehingga jika diklaim bahwa Allah swt sebelum menciptakan alam sudah ada tempat, berarti ada dzat lain yang juga tidak ada permulaan.
Pernyataan Allah swt ada di suatu tempat pun juga tidak bisa dibenarkan secara nash. Nabi saw bersabda:
وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ
Artinya: “Engkau maha dzahir, maka tidak ada di atas mu seseuatu, dan engkau maha bathin, maka tidak ada sesuatu apapun di bawahmu” HR. Muslim
Berdasarkan hadits ini, sebagian ahlul hadits sebagaimana dikutip oleh imam al Baihaqi dalam kitab al Asma’ wa al Shifah, mengatakan: Manakala di atasnya tidak ada dan di bawahnya juga tidak ada, berarti Allah swt tidak berada di tempat apapun[2].
Sebab itu, sejak generasi ulama Salaf, tidak ada seorang ummat Islam pun yang berkeyakinan bahwa dzat Allah swt berada di suatu tempat, baik ‘Arsy atau pun lainnya.
Jadi demikian jika ada pertanyaan dimana Allah swt. maka jawabannya adalah Allah swt ada tanpa tempat. Karena kalimat itu yang diajarkan para generasi ummat terbaik, yaitu ulama salafusshalih.
Wallahua’lam
[1] Ibn Taimiyah, Majmu’ al Fatawa, Juz 5, Hal 527
[2] Al Baihaqy, al Asma’ wa al Sifah, Juz 2, Hal 289
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah