Kita tahu bersama bahwa orang yang mengumandangkan adzan disebut muadzin. Tugas muadzin jelas, untuk mengundang atau mengingatkan shalat umat Islam saat masuk waktunya tiba. Membahas mengenai muadzin, pasti kita hanya tahu orang yang menjadi muadzin di zaman rasulullah SAW itu Bilal bin Rabbah.
Pengetahuan kita tentang ini ternyata kurang tepat. Karena tercatat dalam sejarah, ada setidaknya 4 orang sahabat yang pernah menjadi muadzin di zaman rasulullah SAW. Sebelum kita membahas nama-nama sahabat yang menjadi muadzin di zaman rasulullah SAW, alangkah baiknya kita tahu awal mula disyariatkannya adzan untuk menandakan waktu shalat.
Dalam sejarah, ibadah shalat sudah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu. Maka ketika Muhammad SAW pertama kali diangkat menjadi nabi, beliau shalat 2 rakaat dalam 2 waktu, yakni pagi dan sore hari setiap hari. Barulah ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj, nabi SAW secara resmi diperintahkan oleh Allah SAW untuk melaksanakan ibadah shalat bagi umat Islam.
Setelah perintah itu, umat Islam di Mekkah berkumpul di waktu-waktu yang diperkirakan untuk melaksanakan shalat. Jadi belum ada yang menyeru mereka untuk berkumpul guna melaksanakan shalat. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun kesatu rasulullah SAW dan para sahabatnya hijrah ke Madinah, mereka berfikir teknis, bagaimana cara yang efisien untuk memanggil umat Islam untuk shalat. Karena pada waktu itu umat Islam bertambah banyak, sehingga harus ada langkah baru agar umat Islam tahu bahwa ini sudah masuk waktu shalat.
Pembahasan teknis tata cara memanggil dan mengingatkan shalat untuk umat Islam ada pada satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim. Sahabat Abdullah bin Umar RA mengatakan,
كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي بِالصَّلاَةِ فَقَالَ رَسُولُ الله يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ
“Dulu, kaum muslimin saat datang ke Madinah, mereka berkumpul. Mereka memperkirakan waktu shalat tanpa ada yang menyeru. Hingga suatu hari, mereka berbincang-bincang tentang hal itu. Ada yang mengatakan, ‘Gunakan saja lonceng seperti lonceng Nashara’. Dan yang lain menyatakan ‘Gunakan saja terompet seperti terompet Yahudi’. Umar berkata, ‘Tidakkah kalian mengangkat seseorang untuk menyeru shalat?’ Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Wahai, Bilal. Berdirilah dan serulah untuk shalat’.”
Setelah diskusi selesai, yang diakhiri dengan perintah rasulullah SAW kepada Bilal untuk menyeru umat Islam melaksanakan shalat, maka hari itulah dimulainya syariat adzan sampai hari kiamat. Di masa hidupnya rasulullah SAW atau 9 tahun umat Islam hidup bersama beliau, setidaknya ada 4 orang sahabat yang merasakan menjadi muadzinnya rasulullah SAW. Berikut 4 muadzin di zaman rasulullah SAW,
Bilal bin Rabah
Terlihat jelas dalam hadist di atas, bahwa sahabat yang pertama kali diperintahkan untuk adzan yakni Bilal bin Rabah. Walaupun dulunya seorang budak, tapi Bilal tergolong sahabat yang pertama kali masuk Islam setelah dimerdekakan oleh Abu Bakar. Ia hampir selalu mengumandangkan adzan semasa nabi SAW hidup, beberpa kali di masa Abu Bakar dan sekali di zaman Umar bin Khatab.
Ibnu Ummi Maktum
Nama lengkapnya yakni Amr bin Qays bin Zaidah bin al-Asham. Ia diberi hidayah Allah untuk memeluk Islam saat rasulullah SAW masih di Mekah. Betapapun ia memiliki kekurangan yakni tak bisa melihat alias buta, namun Ibnu Ummi Maktum tergolong orang sangat beriman kepada nabi SAW. Buktinya ialah salah satu orang yang pertama kali menyambut instruksi nabi SAW hijrah ke Madinah.
Dengan kekurangan yang dimilikinya, nabi SAW ketika akan berangkat perang sering memerintahkan Ibnu Ummi Maktum untuk menunggu pasukan Islam di kota Madinah untuk mengimami shalat. Sebagaimana penuturan dari Ibnu Ishaq dari al-Barra, ia berkata, “Yang pertama datang kepada kami adalah Mush’ab bin Umair. Kemudian datang Ibnu Ummi Maktum. Rasulullah mengangkatnya sebagai pemimpin Madinah apabila pergi berperang. Ia mengimami masyarakat.” (al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Juz: 4 Hal: 495).
Selain mendapatkan perintah mengimami shalat penduduk Madinah saat pasukan Islam berperang, Ibnu Ummi Maktum juga berkesempatan menjadi muadzin di zaman rasulullah SAW bersama Bilal secara bergantian. Itupun atas perintah rasulullah SAW.
Abu Mahdzurah
Nama lengkapnya ialah Aus bin Mughirah al-Jumahi. Ia tak menyangka adzan yang ia niatkan untuk mengejek adzannya Bilal bin Rabbah di atas Ka’bah menjadikan dirinya beriman kepada nabi SAW. Peristiwa tersebut terjadi saat penaklukan kota Mekkah.
Cerita keimanannya bermula saat Mekkah ditaklukan oleh pasukan Islam pada 8 hijriyah. Penduduk Mekkah saat itu tidak dihabisi oleh pasukan Islam. Mereka diperintah oleh nabi SAW berkumpul di sekitar Ka’bah untuk menerima Islam dan bersyahadat bersama. Ketika berkumpul itulah Bilal bin Rabbah diperintah rasulullah SAW naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan adzan.
Banyak dari pemuda Quraisy ketika itu masih belum lapang dada dan seolah-olah mereka tetap ingin melawan. Mereka lalu mengejek adzannya Bilal dengan cara meniru-nirukan yang bersifat menghina. Salah satu pemuda yang melakukannya yakni Abu Mahdzurah al-Jumahi. Ketika itu ia berusia 16 tahun dan sudah terkenal di Mekkah dengan suara merdunya.
Setelah kejadian itu, ia dipanggil dan diperintah duduk oleh rasulullah SAW. Abu Mahdzurah mengira bahwa ia akan dihukum, bahkan dihabisi langsung oleh rasulullah SAW sebab perbuatan ejekannya tersebut. Akan tetapi, perkiraan itu salah besar. Malah Rasulullah SAW mengusap dada dan ubun-ubun pemuda itu dengan tangan beliau yang mulia. Abu Mahdzurah langsung mengatakan, “Demi Allah, hatiku terasa dipenuhi keimanan dan keyakinan. Dan aku meyakini bahwa ia adalah utusan Allah.” (as-Suhaili dalam ar-Raudh al-Unfu Juz: 7 Hal: 239).
Setelah keislamannya, ia diajari adzan langsung oleh rasulullah SAW agar suara merdunya bermanfaat untuk dirinya dan orang banyak. Jadilah ia orang pertama yang mengumandakan adzan setelah Rasulullah meninggalkan Mekah menuju Madinah. Saat membersamai rasulullah dalam perang Hunain pun ia sempat diperintah oleh rasulullah untuk adzan. Abu Mahdzurah terus menjadi muadzin di Masjid al-Haram hingga akhir hayatnya.
Sa’ad al-Qarazh
Sa’ad al-Qarazh ialah bekas budak Ammar bin Yasir. Ia diperintah rasulullah SAW menjadi muadzin di Masjid Quba. Pada masa khalifahan Abu Bakar, Sa’ad ditugaskan untuk beradzan di Masjid an-Nabawi. Penyebabnya adalah Bilal tak mau lagi menjadi muadzin setelah Rasulullah ﷺ wafat. Setelah Sa’ad wafat, anaknya melanjutkan rutinitas sang ayah. Mengumandangkan adzan di masjid Nabi (al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Juz: 3 Hal: 65).