Kisah memberikan pelajaran penting tentang keteguhan iman seorang istri dalam mendukung perjuangan sang suami.
Dalam kitab-kitab hadits dan sirah telah diceritakan suatu kisah penting dari akhlak mulia yang dimiliki Abu Dahdah Ra. Suatu ketika ia menyedekahkan semua hartanya kepada orang-orang fakir dan orang yang membutuhkan.
Abu Dahdah Ra berkata, “aku memiliki dua kebun, yang satu berada di dataran rendah dan yang lain di atas sana. Demi Allah aku tidak memiliki yang lainnya. Aku telah menjadikan keduanya sebagai pinjaman untuk Allah”.
Kemudian ia pergi hingga bertemu dengan istrinya. Pada saat itu istrinnya bersama anak-anaknya berada di dalam kebun itu berjalan-jalan di bawah pohon kurma. Ia berkata:
Semoga Allah memberimu petunjuk ke jalan yang lurus,
Jalan kebaikan dan kebenaran.
Menjauhlah dari tembok (kebun) itu dengan suka rela
Karena ia telah menjadi pinjaman hingga hari kiamat,
Sengaja aku meminjamkannya kepada Allah dengan tawakalku,
Dengan suka rela, tanpa mengumpat dan tanpa ragu,
Selain mengharap agar dilipat gandakan pada hari yang dijanjikan.
Maka keluarlah kamu bersama anakmu.
Kebaikan adalah bekal yang paling utama.
Yang akan di bawa seseorang di hari kebaikan kelak.
Di sini, apakah yang kalian bayangkan terhadap sikap istri ketika mendengar perkataan suami seperti itu? Bayangkan sesuatu yang paling indah dari harta yang ia cintai dan sebaik-baik yang ia miliki bersama suaminya akan hilang?
Ketika tidak ada keimanan yang kuat dalam hati, pasti sikap yang akan muncul adalah melarang, menolak, rasa berat hati dan yang lainnya. Akan tetapi, ketika sang istri memiliki keimanan yang mendalam, akidah yang kuat, dan keyakinan dengan apa yang akan diberikan Allah bagi hamba-Nya yang bersedekah, tentu akan menerimanya dan bergembira dengan apa yang dilakukan suaminya. Bahkan seorang istri juga akan mendukung dan mendorongnya di dalam keputusan yang mulia itu.
Begitulah yang terjadi pada Ummu Dahdah Ra. Ketika ia mendengar sang suami, Abu Dahdah Ra mengucapkan perkataannya tadi, ia menjawabnya dengan perkataan yang mencerminkan keteguhan iman seorang istri dan bersabar serta mengharapkan apa yang ada di sisi Allah di akhirat nanti.
Ia menjawabnya dengan berkata, “perniagaanmu telah beruntung, semoga Allah memberkahi apa yang telah engkau beli.” Kemudian ia berkata:
Allah telah memberikan kabar gembira kepadamu denga kebaikan dan kebahagiaan,
Orang sepertimu telah menunaikan apa yang dimilikinya dan telah memberi nasihat,
Allah telah memberi nikmat dan mengaruniai keluargaku,
Kurma Ajwa yang hitam dan balah yang siap dimakan,
Seorang hamba hanya berusaha, dan ia akan memperoleh apa yang telah ia upayakan,
Sepanjang malam, dan ia akan mendapatkan balasan dosa yang dilakukannya
Begitulah kisah pasangan mulia Abu Dahdah dan Ummu Dahdah dengan pelajaran penting keteguhan iman dan akhlak yang mulia. Kisah ini memberikan pelajaran berharga dan suri tauladan bagi kita, terkhusus wanita muslimah yang ingin menggapai ridho Allah.
Dari kisah Ummu Dahdah, seorang wanita muslimah dapat belajar, bagaimana seharusnya seorang istri berperilaku terhadap suaminya yang memiliki cita-cita besar demi menggapai ridho Allah. Bagaimana istri mengikhlaskan harta yang sangat berharga demi mendapatkan balasan yang lebih baik di akhirat kelak. Bagaimana istri senantiasa berjuang bersama suami di jalan yang Allah ridhoi. Bagaimana istri masih sangat setia ketika harta benda suaminya seolah hilang dari tanganya.
Tentu saja, banyak pelajaran-pelajaran penting yang bisa diambil dari kisah Ummu Dahdah. Namun, terpenting kaum wanita muslimah untuk kembali menghayati perjalanan hidup para wanita shalihah yang hidup sezaman dengan Rasulillah Saw. Mereka-para wanita muslimah-telah mengorbankan segala sesuatu yang paling mahal dan paling berharga demi kelancaran dakwah beliau.
Dari perjalanan dan kehidupan mereka ini, para wanita muslimah masa kini dapat pengambil pelajaran penting untuk membuat hidup penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.
Wallahu a’lam
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah