madinah
madinah

Ummu Mahjan : Kisah Marbot Perempuan Tua yang Disayangi Rasulullah

Masjid merupakan tempat aktifitas ibadah dan umat Islam mendekatkan diri kepada Allah. Setidaknya sehari lima kali seorang hamba bersujud dan menengadahkan tangannya di dalam tempat ini untuk meminta ampunan dan pertolongan terhadap Allah.

Namu, selain untuk ibadah masjid juga berfungsi sebagai tempat mencari ilmu, bermusyawarah, dan silaturrahmi untuk memperkuat persaudaraan sesama Islam. Dengan ragam aktifitas itu masjid membutuhkan seseorang yang memberikan waktunya untuk menjaga, merawat dan menjaga kebersihan lingkungan di dalam dan sekitar masjid.

Di Indonesia profesi mulia ini disebut marbot. Walaupun kadang banyak orang yang memandang profesi marbot masjid dengan sebelah mata. Mungkin karena mereka hanya bekerja sebagai penanggungjawab untuk kebersihan masjid dan mendapat penghasilan yang tidak menentu, tergantung dari uluran tangan para jamaah dimasjid yang mereka bersihkan.

Dewasa ini, profesi marbot banyak ditekuni oleh kaum laki-laki. Namun, tidak dalam masa Rasulullah. Suatu masa, hiduplah seorang wanita tua berkulit hitam yang juga berprofesi sebagai pembersih masjid Nabawi. Dia adalah Ummu Mahjan.

Mungkin banyak dari kita yang tidak banyak mengetahui sejarah ataupun siapa Ummu Mahjan ini. Karena kadang sejarah itu lebih memihak pada sesuatu cerita yang besar. Cerita tentang sahabat yang pemberani dalam perang, sahabat yang kaya raya, sahabat yang tekun beribadah dan lainnya.

Namun, cerita pinggiran tentang seorang sahabat seperti Ummu Mahjan mungkin tidak banyak diminati. Dia bukanlah sahabat Rasulullah yang ikut berjihad dalam peperangan demi menegakkan Islam, bukan pula seorang kaya yang memberikan sebagian hartanya ke jalan Allah. Dan tentu saja tidak ada riwayat tentang ketekunan ibadahnya.

Ummu Mahjan hanyalah seorang wanita renta yang mengabdikan diri untuk Islam melalui perannya membersihkan masjid yang di bangun oleh Rasulullah. Wanita tua ini tidak memiliki keturunan, dan ia bertempat tinggal di kota Madinah.

Ummu Mahjan sangat menikmati profesi ini hingga ujung usianya. Ketika malam menjelang, Ummu Mahjan wafat. Ketika itu para sahabat membawa jenazahnya dan mereka pergi ke rumah Rasulullah. Namun, sayangnya Rasulullah telah tertidur.

Akhirnya para sahabat tersebut memutuskan untuk tidak membangunkan Rasulullah. Para sahabat langsung mensholatkan serta menguburnya di Baqi‘ul Gharqad.

Ketika pagi menjelang, Rasulullah kebingungan mencari keberadaan wanita tersebut. Lantas Beliau bertanya kepada para sahabat tentang keberadaan wanita tersebut dan merekapun menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.”

Karena Rasulullah sangat merasa kehilangan, maka Beliaupun menegur para sahabat karena tentang peristiwa penting itu. Teguran Nabi tersebut dikisahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah merasa kehilangan wanita tersebut, lantas beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata, “Dia telah wafat.” Rasulullah bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele.”

Rasulullah bersabda, “Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah kemudian beliau menyalatkannya, lalu bersabda: “Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.” [Lihat al-Ishabah(VIII/187)].

Kisah marbot perempuan memberikan kisah sangat berharga bagi kita semua. Pertama, tentu tentang keikhlasan seorang dalam membela Islam sesuai dengan perannya masing-masing. Peran itu tidak boleh dinafikan seolah tidak penting dan lebih penting mereka yang keliatan besar dalam membela Islam.

Kedua, jangan memandang sepele sebuah peran untuk kebaikan. Ummu Mahjan mungkin dianggap sepela hanya berperan membersihkan masjid. Namun, Rasulullah justru sangat kehilangan orang seperti Ummu Mahjan. Seorang yang ikhlas berjuang dengan apapun yang dia punya untuk Islam.

Umat Islam jangan pernah memandang sepele profesi seorang marbot atau bidang lain yang sepertinya tidak penting. Amal sekecil apapun tetapi dilakukan dengan ikhlas dan demi cinta pada Islam akan bernilai besar. Lihatlah seorang marbot perempuan nyatanya mampu membuat Rasulullah merasa kehilangan dan begitu menyayanginya.

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …