sifat allah
sifat allah

Apakah Allah Memiliki Sifat Bergerak ?

Keyakinan Salafi Wahhabi, Allah memiliki sifat bergerak. Dan tentu juga sifat diam. Keyakinan adanya sifat bergerak berangkat dari cara memahaminya terhadap teks syariah (al Qur’an dan al Hadits) secara tekstual atau harfiah saja. Sifat bergerak bagi Allah swt merepa pamahi dari hadits:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ

Artinya: “Tuhan kita tabaraka wa taala turun ke langit-langitnya dunia setiap malam ketika sudah sepertiga malam terakhir” (HR. Bukhari dan lainnya)

Mereka memahami, dzat Allah swt turun dari Arsy ke langit-langit dunia setiap malam, tepatnya pada sepertiga terakhir malam dengan turun secara haqiqi. Dzat yang berupa suatu benda tertentu turun dari atas ke langit-langit dunia sebagaimana turunnya benda pada biasanya.

Dari penafsiran ini, Salafi Wahhabi memahami Allah swt bergerak dari atas Asry menuju ke langit-langit bumi pada sepertiga malam, kemudian ia diam di selain waktu itu. Ini yang menjadi alasan mengapa Salafi Wahhabi menetapkan sifat bergerak dan diam bagi Allah swt.

Bagaimana dengan Ahlussunnah wal Jamaah ?

Ahlussunnah wal Jama’ah menolak keras menambah-nambah sifat Allah swt selain yang dijelaskan di dalam al Qur’an dan al Hadits, seperti sifat bergerak atau diam (tidak bergerak). Sifat ini tidak disebutkan secara sharih oleh Allah swt atau pun Rasul_Nya. Sebab itu, Ahlussunnah wal Jama’ah tidak memberikan sifat bergerak atau diam bagi Allah swt. Sekalipun secara akal sehat manusia itu tidak mungkin terjadi bagi Allah swt.

Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah, Allah swt tidak memiliki sifat bergerak. Karena sifat bergerak akan terwujud kalau ada sifat diam. Sesuatu dikatakan bergerak jika bisa diam. Tidak ada sesuatu yang bergerak tetapi tidak bisa diam, pasti bisa diam. Dan kedua sifat ini hanya terjadi kepada benda. Sementara Allah swt bukan benda. Sehingga tidak mungkin bergerak atau diam.

Di dalam kitab Al Asma’ was Sifat’, imam al Baihaki, salah satu pakar hadits Ahlussunnah wal Jama’ah al Asy’ariyah menegaskan Allah swt tidak memiliki sifat bergerak atau diam.

فَإِنْ قَالَ هَلْ يَتَحَرَّكُ إِذَا نَزَلَ ؟ فَقَالَ إِنْ شَاءَ يَتَحَرَّكُ وَإِنْ شَاءَ لَمْ يَتَحَرَّكْ. وَهَذَا خَطَأٌ فَاحِشٌ عَظِيْمٌ، وَاللهُ تَعَالَى لَا يُوْصَفُ بِالْحَرْكَةِ، لِأَنَّ الْحَرْكَةَ وَالسُّكُوْنَ يَتَعَاقَبَانِ فِيْ مَحَلٍّ وَاحِدٍ، وَإِنَّمَا يَجُوْزُ أَنْ يُوْصَفَ بِالْحَرْكَةِ مَنْ يَجُوْزُ أَنْ يُوْصَفَ بِالسُّكُوْنِ، وَكِلَاهُمَا مِنْ أَعْرَاضِ الْحَدَثِ، وَأَوْصَافِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَاللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مُتَعَالٍ عَنْهُمَا، لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

Artinya: Jika ada orang bertanya: Apakah Allah swt bergerak ketika turun ? Lalu orang lain menjawabnya: Jika Allah swt menghendaki maka ia bergerak, jika tidak maka tidak bergerak. Pernyataan ini adalah kekeliruan yang parah, dan besar. Allah taala tidak bisa disifati dengan bergerak. Karena sifat bergerak dan diam adalah sifat yang saling bergantian dalam satu tempat. Sesorang bisa disifati bergerak jika ia bisa disifati diam. Dan kedua sifat ini merupakan tabiat sesuatu yang baru dan sifatnya makhluk. Allah tabaraka wa taala maha agung dari kedua sifat ini. Allah swt tidak sama dengan sesuatu apapun

Jadi, di dalam Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini Allah swt tidak memiliki sifat atau diam. Karena kedua sifat ini merupakan sifatnya sesuatu yang baru. Sementara Allah swt qadim. Adapun pernyataan Nabi saw bahwa Allah swt turun pada langit-langit dunia bisa diarahkan kepada rahmat_Nya bukan dzat_Nya. Atau makna nuzulnya cukup diserahkan kepada Allah swt, yang jelas tidak diartikan turun dari arah atas ke arah bawah.

Wallahu alam

Bagikan Artikel ini:

About M. Jamil Chansas

Dosen Qawaidul Fiqh di Ma'had Aly Nurul Qarnain Jember dan Aggota Aswaja Center Jember

Check Also

al quran hadits

Bolehkah Menerima Hadits dari Perawi Syiah ?

Di dalam menilai kredibilitas suatu hadits, maka dapat dilihat dari dua aspek; Pertama, dari aspek …

rasulullah

Apakah Rasulullah Saw Pernah Berbuat Salah ?

Ulama’ Salaf dan Khalaf sepakat bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok manusia yang ma’shum (terjaga), …