Andai Nabi Muhammad tidak diutus ke dunia, niscaya manusia sama seperti binatang. Peran penting misi kenabian beliau adalah menyelamatkan manusia dan jagad raya. Hal ini seperti tertuang dalam sebuah hadis qudsi. “Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini”. Dengan demikian, terutusnya beliau merupakan karunia tak terhingga bagai manusia.
Allah berfirman, “Sungguh-sungguh Allah telah memberikan karunia bagi orang-orang beriman tatkala Dia mengutus bagi mereka seorang Rasul”. (QS. Ali Imran: 164).
Sebab itulah, sebagai umat Islam dan orang beriman sudah selayaknya untuk memupuk rasa cinta kepada Nabi Muhammad dengan cinta yang melebihi segalanya. Bagaimana mungkin kita akan melupakan baginda Nabi, padahal karena beliau kita ada di dunia fana. Sebab beliau pula nanti di akhirat kita bisa selamat dan hidup abadi dalam lingkaran nikmat Allah yang tiada tara.
Wajar kalau Rasulullah bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai aku dijadikan orang yang paling ia cintai lebih dari anaknya, lebih dari orang tuanya, dan juga lebih dari seluruh manusia di atas planet ini”. (Muttafaq ‘Alaih).
Hadis semakin mempertegas kewajiban manusia untuk mencintai Rasulullah sebagai konsekuensi imannya kepada Allah. Cinta kepada Rasulullah secara otomatis telah memupuk cinta kepada Allah.
Wujud Cinta Kepada Rasulullah
Sebagaian ulama menerangkan, bentuk cinta kepada Nabi adalah dengan cara membela kehormatannya dan mengamalkan sunnahnya. Sebagian ulama yang lain menjelaskan bahwa cinta kepada Nabi dengan cara bershalawat kepada beliau.
Ada pula ulama yang mengekspresikan bentuk kecintaan itu dengan dengan memposisikan Nabi di atas segalanya. Adapula ulama yang menggambarkan cinta Nabi dengan bentuk rindu untuk bertemu dengan beliau dan selalu mengerjakan amal-amal yang disenangi Nabi.
Sampai di sini bisa dipahami, mencintai Nabi wajib bagi seluruh umat Islam. Bentuk cinta itu dimulai dengan mengerjakan sunnah beliau. Semaksimal mungkin meniru akhlak beliau yang banyak terekam dalam hadis maupun al Qur’an. Semisal sikapnya yang ramah kepada semua manusia tanpa memandang latar belakang, selalu tersenyum bila bertemu orang lain, pemaaf, toleran dan tidak suka bentuk kekerasan.
Dari sikap seperti ini cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Dan hal penting yang harus selalu terpatri dalam diri kita adalah senang bershalawat kepada beliau. Sebagaimana banyak dilakukan oleh para ulama dan kekasih-kekasih Allah. Bila rasa cinta ini mulai tumbuh subur, berislam secara kaffah dan rahmatan lil ‘alamin bukan mimpi lagi. Akan terbentuk pribadi muslim yang sesuai dengan cita-cita dan kesengan Nabi dan Rasul terakhir ini.