ratu sejagat
ratu sejagat

Halusinasi Keraton Agung Sejagat dan Mimpi Khilafah Global

Tidak disangka setelah masyarakat Jakarta dan sekitarnya dikejutkan dengan musibah banjir di awal tahun, publik kembali dihebohkan dengan kehadiran sebuah kerajaan yang mengklaim sebagai penerus Majapahit. Terletak di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo kemunculan Keraton Agung Sejagat mendadak viral.

Layaknya sebuah kerajaan pada umumnya, Keraton ini dipimpin oleh seorang raja dan ratu. Sang Raja dipanggil Sinuwun Toto Santoso Hadiningrat dengan Sang Ratu yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitarja yang bernama asli Fanni Aminadia.

Kemunculannya mendadak viral karena keraton ini mengklaim sebagai induk dari semua negara di dunia ini. Kekuasaannya tidak terbatas di Desa kecil kemunculnnya, tetapi melampaui negara Indonesia bahkan lintas batas negara.

Sang Raja dengan gagah mengaku kekuasaanya telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Mungkin agak sedikit menggelikan karena keraton ini dikatakan telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Kehebohan pun berujung penangkapan. Pihak Kepolisian mengamankan sang raja dan ratu untuk dilakukan pemeriksaan. Banyak kejanggalan dari kedua pasangan ini dari bukan pasangan resmi hingga sangkaan penipuan dengan penarikan uang dari anggotanya.

Terlepas dari motif dan penipuan yang sedang diselidiki, fenomena ini menjadi sangat unik untuk diteliti lebih lanjut. Pasalnya selain keraton ini banyak juga ditemukan kerajaan-kerajaan baru yang berdiri layaknya kekuasaan dalam negara. Ada kemungkinan gejala psikologis yang disebut halusinasi yang mengidap seseorang untuk tidak berpikir realistis atau irasional.

Gejela halusinasi bisa menjangkiti siapapun baik individu maupun komunal yang memimpikan diri mempunyai peran penting dan terpilih untuk menyelematkan dunia. Mereka meyakini sebagai titisan atau utusan dari sejarah besar atau kekuatan besar untuk menata kembali masyarakat dan dunia.

Halusinasi ini ditasbihkan dengan simbol-simbol kejayaan masa lalu dengan memberikan harapan dengan munculnya kekuasaan sebagai kelanjutan dari masa sebelumnya. Majapahit dipilih oleh keraton ini untuk mentasbihkan legitimasi. Ia bukan kerajaan yang baru muncul, tetapi kelanjutan dari sejarah emas masa lalu.

Halusinasi keraton sejagad adalah halusinasi kekuasaan secara global. Ia sedang berimajinasi menjadi negara induk dari negara-negara yang sudah ada. Fenomena ini mengingatkan kita pada suatu gerakan tiada henti yang ingin mendirikan kekuasaan khilafah secara global. Apakah ini juga halusinasi, impian atau mimpi?

Gerakan khilafah banyak ragamnya. Pernah pula Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mendeklarasikan khilafah yang lintas batas negara yang mengklaim kekuasaan tertinggi umat Islam seluruh dunia. Kelompok ini pun layaknya Keraton Agung Sejagad juga membius umat Islam untuk melakukan hijrah ke medan perang tersebut.

ISIS dengan “amirul mukminin”nya bernama Abu Bakar al-Baghdady mengklaim sebagai khilafah ala Manhaj nubuwwah dan kekuasaan yang telah dijanjikan. Kemunculannya sebagai bagian dari tanda akhir zaman munculnya sang penyelamat, Imam Mahdi.

Mengklaim sebagai khilafah global memang membius dan menghebohkan. Tidak jarang apabila banyak sebagian kecil umat Islam yang lama bermimpi khilafah akhirnya terpikat dan terjebak. Halusinasi khilafah sejagat ISIS pun runtuh dan tertolak.

Gerakan khilafah yang lain yang tidak pernah kunjung padam adalah gerakan Hizbut Tahrir yang didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani. Gerakan ini telah menyebar di berbagai negara-negara dengan impian untuk menegakkan khilafah sejagat. Di berbagai negara gerakan ini mendapatkan penolakan bahkan di negara kelahirannya.

HT di Indonesia dikenal dengan HTI. Pemerintah telah resmi melarang keberadaan organisasi ini karena dianggap bertentangan dengan Pancasila. Keinginan untuk mendirikan negara lintas batas negara atas impian kejayaan khilafah masa lalu dan menggantikan ideologi negara telah menyebabkan nasib HTI sama dengan HT di negara-negara lain yang tertolak.

Kembali pada halusinasi Keraton Agung Sejagat, pemerintah memang mengakui adanya pemerintah mengakui adanya keraton dan kesultanan di Indonesia yang masih berdiri di bawah naungan NKRI. Namun, cukup jelas bahwa negara ini tidak mentolerir kekuasaan yang berdiri sendiri bahkan melampauai batas negara.

Pada akhirnya, Keraton Agung Sejagat maupun gerakan kekuasaan lintas batas negara yang hidup di negara bangsa akan menjadi kehebohan masyarakat.  Keberadaannya ibarat halusinasi dan mimpi di tengah berdirinya negara-negara yang sudah ada.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbuka puasa ala Rasul

Bingung Puasa Sunnah Syawal atau Membayar Hutang Puasa?

Setiap tahun, umat Islam dihadapkan pada pilihan yang penting: apakah lebih baik melaksanakan puasa sunnah …

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …