khidir
khidir

Kenapa Allah Memerintah Nabi Musa Berguru kepada Nabi Khidir

Nabi Khidir adalah sosok tokoh suci yang dikenal dengan kemisteriusannya. Beliau diketahui menguasai ilmu Laduni yakin ilmu yang mengetahui dan memahami sesuatu melalui pengajaran Ilahi dan pemahaman Rabbani bukan melalui perantara dalil-dalil rasional dan bukti-bukti referensial. Salah satu yang paling terkenal adalah kemampuan beliau yang sanggup membaca masa depan.

Umat muslim juga percaya bahwa Nabi Khidir memiliki berumur sangat panjang. Diungkapkan oleh Ibnu Abbas bahwa Beliau adalah seseorang yang sangat taat kepada Allah maka Allah memberikan karunia kepadanya yakni ditangguhkan ajalnya hingga kiamat datang.

Sebagai seorang Muslim, kita harus meyakini keberadaan Nabi Khidir. Pasalnya, kisah Beliau dengan Nabi Musa sendiri tertulis dalam Al-Qur’an. Terlepas dari kisahNya yang cukup unik serta ajaib, yang tidak diragukan Nabi Khidir merupakan sosok umat Allah yang bijaksana dan sangat taat kepada Sang Pencipta.

Al-Qur’an memiliki kisah yang begitu mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri dalam menarasikan sosok Nabi ini. Kisah tersebut tertuang dalam surah al-Kahfi, di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita perjalanan Nabi Musa mencari seorang guru.

Allah berfirman dalam surat Al-Khafi ayat 60:

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun“.

Nabi Musa bertekad untuk meneruskan perjalanan sampai Beliau mampu mencapai majma’ al-Bahrain (pertemuan dua buah lautan). Sebagian ulama beranggapan bahwa tempat itu adalah laut Persia dan Romawi. Namun ada pula yang mengatakan bahwa tempat itu adalah laut Jordania atau Kulzum. Namun mereka semua tidak dapat menunjukkan bukti yang kuat dari tempat-tempat yang mereka simpulkan.

Belajar Ilmu Hikmah: Mengambil Pelajaran di Balik Peristiwa

Bukan Rasul lebih tinggi derajatnya dari pada Nabi? Rasul mempunyai umat dan ajaran yang harus disampaikan, sementara Nabi adalah tokoh suci yang tidak menyampaikan ajaran. Lalu kenapa Allah memerintahkan Nabi Musa belajar kepada Nabi Khidir?

Nabi Khidir dikenal memiliki ilmu yang tinggi serta bijaksana. Dalam setiap perkataan Beliau mengandung hikmah. Itulah alasan mengapa Nabi Musa di utus oleh Allah untuk berguru kepadaNya. Dalam Al-Quran di jelaskan:

هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْد. قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً

Artinya: ‘‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.’‘ (QS. Al-Kahfi: 66–67)

Lalu Nabi Musa berkata:

سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ صَابِراً وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْراً

Artinya: ‘Insya Allah, kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun.’ (QS. Al-Kahfi: 69)

Tidak menunggu waktu lama, Nabi Musa merasa tidak bisa bersabar ketika melihat perilaku Nabi Khidzir yang telah merusak sebuah perahu. Lalu Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil, lalu yang terakhir adalah membangun sebuah rumah yang roboh. Saat itu Nabi Musa sudah tak kuat untuk bertanya.

Begitu diceritakan oleh Nabi Khidir, Nabi bani Israil tersebut pun tersentak karena apa yang dilakukan gurunya tak seperti yang Ia duga. Ada maksud lain di balik perilaku Nabi Khidir. Melihat semua kejadian tersebut, Nabi Musa pun mengakui kalau dirinya tak lebih berilmu dari gurunya.

Belajar Hikmah

Kisah ini mengajarkan kita umat Islam agar selalu belajar menyelami hikmah dari semua peristiwa. Terkadang ajarah formal Syariah begitu kering dan gersang jika tidak dikawinkan dengan ilmu hikmah. Semuanya menjadi kaku dan tidak bernilai manfaat.

Belajarlah ilmu hikmah untuk menyingkap nilai di balik peristiwa. Pelajaran lain, ilmu hikmah akan menundukkan seseorang yang beriman untuk tidak belajar agama secara harfiyah semata. Tidak mudah menyalahkan karena dasar kebenaran dalam diri sendiri. Hikmah akan membentuk kelembutan hati yang menghantarkan pada jiwa suci menemui Allah.

Belajar menguak nilai di balik peristiwa termasuk hukum Allah akan memudahkan umat Islam menyampaikan ajaran dengan baik. Ajaran yang benar akan menjadi tidak bermanfaat apbila disampaikan dengan cara tidak baik. Benar dan baik adalah cara mengawinkan antara Syariah dan hikmah. Semoga kita termasuk orang yang bisa menyelami hikmah-hikmah ajaran Allah.

Effa Novavita

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …