Inilah surah yang diturunkan oleh Allah untuk menghibur Rasulullah saat berduka.
Al-Qur’an adalah petunjuk dan pedoman bagi umat Islam. Kandungannya berisi berbagai tema kehidupan secara umum. Ada kalanya ayat al-Qur’an diturunkan secara khusus Nabi dan peristiwa tertentu tetapi juga mengandung pesan secara umum.
Dalam al-Qur’an ada salah satu surah pendek yang diturunkan oleh Allah untuk menghibur Rasulullah. Wahyu ini turun untuk menghibur dan meneguhkan hati Rasulullah ketika berduka. Surah tersebut bernama al-Kaustar.
Dalam ayat ketiga surah tersebut dinyatakan : “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus”. (QS. al Kautsar: 3).
Kata Abtar pada ayat di atas dalam bahasa Arab memiliki arti buntung atau terpotong. Orang Arab menyebut hewan yang terpotong ekornya dan laki-laki yang terputus kemaluannya dengan sebutan abtar. Penyebutan ini dalam tradisi bangsa Arab merupakan penghinaan yang keterlaluan.
Bila membaca ayat tersebut tanpa tafsir yang lengkap, tentu menyisakan pertanyaan ketika Allah menyebut orang yang membenci Nabi disebut abtar. Siapakah orang buntung dimaksud?
Riwayat hadis shahih menyebutkan orang tersebut adalah al ‘Ashi bin Wail. Saat kematian puteranya, Ibrahim, Rasulullah sangat berduka. Satu-satunya anak laki-laki beliau pergi untuk selamanya.
Tradisi orang Arab menganggap orang yang tidak memiliki anak laki-laki terputus keturunannya. Dalam kondisi demikian, secara tiba-tiba ‘Ashi bin Wail datang dan menghina Nabi dengan sebutan abtar. Penghinaan yang tiada bandingannya dalam kultur bahasa dan bangsa Arab.
Allah pun menghibur kekasihNya dengan mewahyukan surah al Kautsar. Surat terpendek dalam al Qur’an. Turunnya surah yang berjumlah tiga ayat ini sebagai berita gembira dan penghibur kepada Nabi.
Al Kautsar atau nikmat yang sangat banyak telah diberikan kepada beliau. Dan, merupakan pukulan telak kepada ‘Ashi bin Wail yang saat itu juga dia diberi gelar abtar oleh Allah. Abtar adalah julukan untuk orang yang telah menghina Nabi Muhammad.
Penegasan tentang makna abtar ini sejatinya juga telah mematahkan anggapan bahwa orang yang tidak memiliki anak laki-laki dianggap hina. Karena abtar memiliki makna orang yang terputus dari kebaikan. Seperti ‘Ashi bin Wail yang menolak untuk memeluk agama Islam.
Ibnu Asyur dalam karyanya, Tafsir al Tahrir wa al Tanwir, menerangkan bahwa abtar bermakna orang yang tidak mendapat kebaikan. Menurutnya, seseorang yang tidak memiliki anak laki-laki tidaklah terhina, karena hal itu sama sekali tidak mengurangi sifatnya, rupa dan akalnya.
Imam Thanthawi dalam tafsir al Wasith menjelaskan, abtar adalah mereka yang menghina dan membenci Nabi. Mereka buntung atau terputus dari segala kebaikan dan tidak layak digelari dengan kebaikan apapun.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa yang disebut orang buntung dalam ayat terakhir surah al Kautsar adalah mereka yang menghina Nabi. Secara langsung sewaktu beliau masih hidup atau setelah wafatnya. Begitu pula menghina Nabi dengan mengangkangi ajaran Islam yang telah beliau sampaikan.
Praktek beragama yang tidak sesuai dengan misi Rasulullah merupakan bentuk penghinaan juga. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, abtar adalah mereka yang menolak terhadap apa yang dibawa oleh Nabi. Berupa petunjuk, kebenaran, dan dalil menuju cahaya terang.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah