Nabi Adam dan Syaitan
Nabi Adam dan Syaitan

Kisah Iblis Menipu Nabi Adam AS dengan Mengatasnamakan Tuhan

Umat Islam pasti tahu betul bahwa makhluk Allah yang berwujud manusia pertama kali diciptakan ialah Adam, yang kemudian diangkat menjadi seorang nabi. Hidup beliau berada di surganya Allah penuh dengan kenikmatan. Maka tak heran jika setiap waktu, beliau mensucikan dan mengagungkan Allah sang pencipta.

Pertama kali permunculan nabi Adam, ada satu golongan makhluk yang sudah tidak suka dengannya, yakni iblis. Saat itu semua makhluk diperintah Allah untuk memberikan hormat takdzim kepada nabi Adam AS dengan bentuk bersujud. Semua makhluk lantas menaati perintah penciptanya, kecuali iblis. Ia merasa lebih terhormat dan hebat disbanding nabi Adam.

Akibat dari perbuatan durhaka dan sombongnya, Iblis dihinakan dengan dijanjikan akan ditempatkan di neraka oleh Allah. Namun iblis meminta siksanya untuk ditangguhkan dengan sementara menempati bumi. Selain itu, karena dendamnya yang begitu besar kepada Adam, maka iblis memohon diberikan daya upaya untuk menyesatkan Adam dan anak turunnya nanti.

 قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿٧٩﴾ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ﴿٨٠﴾ إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ﴿٨١﴾ قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٨٢﴾ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Iblis berkata, “Ya Rabbku! beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan!’ Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Iblis menjawab, “Demi kekuasaan-Mu! aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.[Q.S:Shaad/38:79-83].

Seiring berjalannya waktu, Allah SWT menciptakan teman hidup berwujud manusia tetapi dengan jenis yang berbeda bernama Hawa untuk teman hidup nabi Adam AS. Mereka hidup penuh dengan kebahagiaan dan ketaatan kepadaNya. Wujud dari ketaatannya ialah mereka selalu mematuhi perintah dan senantiasa mensucikan dan mengagungkan Allah seperti halnya para malaikat.

Iblis yang mengintai gerak gerik Adam dan Hawa selalu mencoba menipu mereka agar mereka sama-sama tersesat dan durhaka pada Allah. Karena mereka lebih pintar dan taat pada Allah, maka usaha iblis selalu sia-sia. Nabi Adam AS dan Hawa selalu mengingat-ingat pesan Allah yang terekam dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 117 di bawah ini,

فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ

Maka kami berkata, “Wahai Adam! Sesunggunya dia (iblis) musuh bagimu dan istrimu, maka sekali-kali janganlah dia sampai mengeluarkan kalian berdua dari surga sehingga kamu akan celaka.

Kelicikan Iblis dengan mengatasnamakan Tuhan

Seperti sumpahnya untuk selalu menipu Adam dan keturunanya, Iblis lalu mencari cara agar mereka berdua percaya kepada tipuannya untuk memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah. Kemudian setelah mengamati nabi Adam yang selalu mensucikan dan mengagungkan Allah, maka iblis berfikir untuk menipu Adam dan Hawa mengatasnamakan Tuhan.

Qadarullah, peristiwa itu pun terjadi. Nabi Adam dan istrinya tertipu oleh ajakan iblis/setan dengan mengatasnamakan Tuhannya. Hal ini ada dalam surat al-A’raf ayat 21,

وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

“Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu.”

Dalam tafsir at-Thabari, diceritakan mengenai kasus mengatasnamakan Tuhan pertama kali yang tergambar dalam ayat di atas. Awalnya nabi Adam AS sama sekali tidak pernah menggubris rayuan setan untuk makan buah khuldi. Setan merayu Nabi Adam hingga berkali-kali namun Nabi Adam tidak goyah sedikitpun. Setelah merasa bahwa rayuannya tidak berhasil, akhirnya setan menggunakan cara lain yang dirasa lebih ampuh.

Setan/iblis itu akhirnya mengatasnamakan Tuhan yakni Allah untuk merayu Nabi Adam AS dan Hawa. Setan/iblis itu berkata, “Wa Allahi, bahwa saya menyuruh kamu memakan buah khuldi itu. Wa Allahi, Allah sekarang sudah menghalalkan itu”.

Penyesalan dan Taubatnya Nabi Adam AS

Sedari awal memang nabi Adam selalu bahkan terlalu mengagungkan Allah. Sehingga beliau dan istrinya percaya dan tak menyangka ada makhlukNya yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk berbuat keburukan dan jahat. Parahnya zaman sekarang sudah banyak manusia yang mengikuti iblis/setan dengan sengaja mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan dan keburukkan yang ia akan lakukan agar berjalan lancar.

Setelah Nabi Adam dan Hawa memakan buah khuldi tersebut, Allah SWT lalu memanggil dan menghakiminya masalah keberaniannya melanggar larangan Allah tersebut. Masih dalam kitab Tafsir at-Thabari, Nabi Adam lantas menjawab pertanyaan Allah SWT dengan kalimat yang begitu jujur sebagai berikut,

وعزتك، فوالله ما أظن أن أحدا يخلف بك كاذبا

Wa izzatika, fawa Allahi ma adzunnu anna ahadan yakhlifu bika kadziban

“Demi kehormatanmu ya Allah, demi Allah, saya tidak pernah mengira ada hambamu kemudian mengatasnamakan Engkau kemudian dia dusta.”

Setelah mendengar langsung pengakuan dari Adam AS, tetap saja Allah menghukum mereka berdua dengan menurunkannya ke dunia sampai mereka dan anak keturunannya dibangkitkan kembali. Mula-mula di bumi, Adam AS selalu menangisi perbuatannya dan menginginkan doa taubatnya diterima oleh Allah SWT. Keinginannya dikabulkan dengan petunjuk (kalimât) dari Allah yang ada dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 37,

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab ad-Durul Mantsûr fît Tafsîril Ma’tsûr berdasarkan riwayat dari ath-Thabrani dalam al-Ausath memaparkan, ketika Nabi Adam diusir ke bumi, ia mendatangi Ka’bah lalu shalat dua rakaat. Allah pun memberika ilham doa berikut ini:

“Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku. Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau bagi untuk diriku.”

Allah kemudian menjawab doa Nabi Adam: “Hai Adam, Aku telah terima taubatmu dan telah Aku ampuni dosamu. Tidak ada seorang pun di antara keturunanmu yang berdoa dengan doa sepertimu kecuali Aku ampuni dosa-dosanya, Aku angkat kesedihan dan kesulitannya, Aku cabut kefakiran dari dirinya, Aku niagakan dia melebihi perniagaan semua saudagar, Aku tundukkan dunia di hadapannya meskipun dia tidak menghendakinya.”

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …