kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473
kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Makna Fawqa Ketika Disandingkan dengan Asma Allah Swt

Secara harfiyah makna “fawqa” (فَوْقَ) adalah di atas. Sering kali para ulama’ menggunakan kata ini dalam menafsirkan sifat istiwa’, istila’ atau uluw bagi Allah swt yang secara harfiyah ketiga sifat tersebut memiliki makna sama di atas atau tinggi. Contoh perkataan ulama’ muhaqqiq sebagaimana dikutip imam al Qurtubi dalam Tafsir Al Qurtubi:

وَقَالَ الْمُحَقِّقُوْنَ أَأَمِنْتُمْ مَنْ فَوْقَ السَّمَاءِ

Artinya: “Ulama’ Muhaqqiq berkata: Apakah kalian tidak beriman kepada dzat yang berada di atas langit”

atau pernyataan Ibn Mas’ud sebagaimana dikutip juga oleh imam al Baihaqi:

والله تَعَالَى فَوْقَ الْعَرْشِ

Artinya: “Allah ta’ala yang di atas langit”

dan banyak contoh-contoh lain yang digunakan oleh para ulama’ dalam mensifati Allah swt tentang ketinggiannya.

Kata “fawqa” yang merupakan tafsir dari sifat ketinggian Allah swt, sering kali dijadikan dasar penguat oleh Salafi Wahhabi bahwa keyakinan mereka tentang keberadaan Allah swt ada di atas Arsy atau di atas langit didukung oleh ulama’-ulama’ tafsir. Lalu dengan bangganya Salafi Wahhabi mengklaim Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai kelompok yang mengingkari ayat-ayat al Qur’an yang menjelaskan tentang sifat ketinggian Allah swt. Kata lain, Ahlussunnah wal Jama’ah telah murtad karena tidak mengimani keberadaan Allah swt di atas Arsy padahal banyak ulama’ salaf atau pun khalaf mengakui Allah swt berada di tempat atas dengan bukti penggunaan kata “fawqa”.

Inilah kekeliruan yang nyata. Secara harfiyah memang benar lafadz “fawqa” memiliki makna di atas. Sehingga ketika kata “fawqa” disandingkan dengan asma Allah swt seperti di atas, maka dengan cepat kita akan menangkap Allah swt berada di tempat dan arah atas. Padahal tidak demikian yang dimaksud para ulama’. Kata “fawqa” yang disandingkan dengan asma Allah swt tidak menunjukkan arah atau tempat. Karena arah dan tempat merupakan sifatnya jisim, sementara Allah swt tidak berjisim. Imam al Qurtubi ketika menjelaskan sifat ketinggian Allah swt, ia berkata:

وَوَصْفُهُ بِالْعُلُوِّ وَالْعُظْمَةِ لَا بِالْأَمَاكِنِ وَالْجِهَّاتِ وَالْحُدُوْدِ لِأَنَّهَا صِفَاتُ الْأَجْسَامِ

Artinya: “Sifat Allah dengan ketinggian dan keagungan bukanlah tempat, arah dan batasan, sebab ketiga sifat tersebut merupakan sifat jisim”

Imam Fakhruddin Ar Rozi dalam Mafatihul Ghaib juga menjelaskan:

وَالْحَقُّ أَنَّ الْعُلُوَّ بِالْجِهَّةِ عَلَى اللّهِٰ تَعَالَى مُحَالٌ

Artinya: “Yang benar, sesungguhnya ketinggian Allah swt dengan arah itu mustahil”

Ini artinya, bahwa kata “fawqa” yang dijadikan tafsir dari kata “uluw” tidak bermakna atas yang merupakan arah. Karena hal itu pasti mustahil bagi Allah swt.

Lebih lanjut, Imam Fafruddin Ar Rozi juga menyampaikan bahwa setiap apa yang ada di atas kita adalah langit. Jadi langit merupakan ungkapan bagi apa yang ada di atas kita. Sehingga ketika Allah swt diyakini berada di atas langit, maka dalam aspek lain Allah swt juga langit bagi yang di bawahnya Allah swt. Jika demikian akan menjadi rancu ketika dikaitkan dengan ayat 2 surat Ar Ra’d:

اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّماواتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَها

Artinya: “Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat” (QS. Ar Ra’d: 2)

Maka berdasarkan hukum yang diperoleh dari ayat ini, berarti Allah swt butuh kepada dzat Allah yang lain. Sebab Allah adalah langit dan langit ditinggikan oleh Allah swt.

Kesimpulannya, makna “fawqa” yang sering digunakan ulama’ tidak bermakna atas yang berarti arah. Tetapi makna lain yang bersifat khusus bagi Allah swt. Apa yang terjadi terhadap keyakinan Salafi Wahhabi selama ini hakikatnya kesalahan pemahaman redaksi “fawqa” yang mereka artikan arah atas.

Wallahu a’lam

 

Bagikan Artikel ini:

About M. Jamil Chansas

Dosen Qawaidul Fiqh di Ma'had Aly Nurul Qarnain Jember dan Aggota Aswaja Center Jember

Check Also

al quran hadits

Bolehkah Menerima Hadits dari Perawi Syiah ?

Di dalam menilai kredibilitas suatu hadits, maka dapat dilihat dari dua aspek; Pertama, dari aspek …

rasulullah

Apakah Rasulullah Saw Pernah Berbuat Salah ?

Ulama’ Salaf dan Khalaf sepakat bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok manusia yang ma’shum (terjaga), …