orang berilmu
orang berilmu

Mencintai Ilmu Berarti Mencintai Orang Berilmu

Dalam suatu kisah Imam Syafi’i pernah mencium tangan seorang laki-laki tua yang terlihat biasa-biasa saja secara penampilan. Tidak tampak pada dirinya sebagai orang yang mulia dan berilmu. Namun, dalam suatu kesempatan Imam Syafi’i menciumi tangan seorang laki-laki tua tersebut yang tak ada seorangpun mengenalnya.

Karena rasa penasaran tentang siapa laki-laki tua yang sangat di horrmati oleh imam besar pendiri madzhab tersebut, maka bertanyalah mereka pada Imam syafi’i, “Siapakah laki-laki tua yang telah engkau ciumi tangannya, padahal masih banyak ulama yang lebih pantas dicium tangannya daripada dia?”

Imam Syafi’i menjawab, “Beliau merupakan orang yang memberi tahuku akan suatu ilmu yang sekarang aku ketahui. Dulu aku pernah bertanya padanya, bagaimana mengetahui seekor anjing telah mencapai usia baligh? Orang tua itu menjawab, “Jika kamu melihat anjing itu kencing dengan mengangkat sebelah kakinya, maka ia telah baligh.”

Hanya secuil ilmu yang di dapat oleh Imam Syafi’i dari orang tersebut, namun ternyata Beliau tak pernah lupa akan secuil ilmu yang pernah ia dapatkan dan dari siapa Beliau mendapatkan ilmu tersebut. Baginya orang tua tersebut adalah seorang guru yang patut ia hormati.

Sikap Imam Syafii ini sepadan dengan penghormatan Sayyidina Ali terhadap siapapun yang telah mengajarinya ilmu. Perkataan beliau yang sangat terkenal “Aku adalah budak (hamba sahaya) bagi orang yang mengajariku walau hanya satu huruf”.

Dari berbagai kisah ini betapa para ulama terdahulu sangat menghormati seorang guru. Tentu saja tingginya pernghormatan terhadap guru karena erat kaitannya dengan ajaran Islam yang sangat mementingkan ilmu. Dan posisi guru menjadi sangat penting dalam proses transfer pengetahuan.

Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu. Ketika ia mencintai ilmu berarti harus pula mencintai orang yang menjadi sumber ilmu. Menghormati ilmu berarti harus menghormati pula orang yang memberi ilmu.

Allah berfirman dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam surat menjelaskan kepada umat muslim bahwa menuntut ilmu yang merupakan hal yang wajib dilakukan karena menuntut ilmu merupakan perintah langsung dari Allah. Dan ketika dalam suatu majlis seorang murid disuruh seorang guru untuk melakukan hal yang baik maka murid wajib untuk melaksanakannya. Allah akan meninggikan derajat kepada orang-orang muslim yang ikhlas dalam menuntut ilmu.

Pada umumnya guru tidak mengharapkan untuk di hormati oleh murid-muridnya. Namun jika seseorang sadar bahwasanya ia merupakan seorang murid yang harus sadar  akan pentingnya menghormati seorang guru, karena kesuksesan dari seseorang tak dapat ia raih jika tanpa peran serta guru dalam kehidupannya.

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …