meneladani nabi
Nabi Muhammad

Mengenal Macam-Macam Syafaat Rasulullah

Konsensus ulama seratus persen menyatakan bahwa Nabi Muhammad memiliki hak syafaat kelak di akhirat berdasarkan beberapa hadis yang sudah populer. Mayoritas ahli tafsir mengarahkan firman Allah dalam surat al-Duha [93] ayat 5 untuk menguatkan argumentasi tentang hak syafaat tersebut.

Secara etimologi syafaat merupakan bentuk kata benda (mashdar) yang bermakna genap (syaf’u), lawan kata dari ganjil (al-witru). Seolah-olah orang yang membutuhkan pertolongan adalah sendirian (ganjil), kemudian ketika mendapatkan pertolongan dari orang lain menjadi berpasangan dan genap. Sedangkan secara terminologi syafaat berarti permohonan (pertolongan) untuk kebaikan dari orang lain untuk orang lain. Sementara ungkapan “syafaat Tuhanmu” bermakna ampunan Tuhanmu. (Fakhr al-Din al-Raziy, Tafsir Mafatih al-Ghaib, Jilid II, hal. 81., Syekh Muhammad Nawawi al-Banteni, Mirqat Shu’ud al-Tashdiq fi Syarh Sullam al-Taufiq, hal 7).

Syekh Nawawi al-Banteni dalam karyanya, Mirqat Shu’ud al-Tashdiq fi Syarh Sullam al-Taufiq menuturkan bahwa syafaat yang dimiliki Kanjeng Nabi Muhammad kurang lebih berkisar 20 macam. Namun, Syekh Nawawi menyebutkan beberapa di antaranya sebagai berikut:   

Pertama, syafaat yang agung (al-syafa’ah al-‘udhma/ al-syafa’ah al-kubra). Disebut agung, karena syafaat ini menyeluruh terhadap umat manusia, termasuk mereka yang kafir, dan syafaat ini tidak mampu dilakukan oleh seluruh nabi dan rasul selain. Mereka angkat tangan saat didatangi untuk dimintai pertolongan oleh semua umat manusia. Hal ini terjadi saat prahara medan makhsyar, saat manusia menjelang dihisab dalam pengadilan Hari Akhir. Kanjeng Nabi Muhammad mampu memberikan syafaat untuk mengistirahatkan umat manusia dari suasana berdiri yang amat lama dalam antrian hisab.

Syafaat ini juga disebut dengan istilah maqaman mahmuda (kedudukan yang terpuji), sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ [17] ayat 79. Disebut kedudukan yang terpuji dikarenakan mendapat pujian dari kalangan umat manusia sejak awal hingga akhir (al-awwalun wa al-akhirun).

Kedua, syafaat Nabi Muhammad untuk kaum beriman yang mampu mengantarkan mereka menuju surga tanpa dihisab terlebih dahulu. Mereka bangkit dari alam kubur langsung menuju ‘loteng-loteng’ tempat berkumpul untuk bebas tiket hisab. Ketiga, syafaat Rasulullah bagi orang-orang beriman yang melakukan maksiat saat hidup di dunia. Mereka sebenarnya menurut perhitungan hisab pantas dimasukkan dalam neraka. Namun, berkat syafaat Nabi mereka tidak usah mampir ke neraka, tetapi langsung dapat tiket menuju surga.

Keempat, syafaat Nabi untuk mereka penduduk neraka yang semasa hidupnya masih mengakui dan tertanam dalam hatinya, “La Ilaha illa Allah. Mereka itu masuk neraka lantaran dosa-dosa mereka selama di dunia, namun berhasil diangkis dari kubangan api neraka berkat syafaat Nabi Muhammad. Syafaat keempat ini tidak khusus dimiliki oleh Kanjeng Nabi Muhammad, tetapi juga dimiliki oleh para ulama’, para wali Allah, para nabi dan malaikat.

Kelima, syafaat Rasulullah bagi para penghuni surga. Melalui syafaat ini penduduk ahli surga akan meningkat derajatnya dari kedudukan sebelumnya. Siapakah yang dapat menerima keberuntungan ini? Adalah mereka yang hidupnya dilalui secara ikhlas, hanya menyembah dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Keenam, syafaat Nabi Muhammad untuk anggota keluarganya yang meninggal dalam keadaan non-Muslim. Seperti pamanda Nabi, Abu Thalib. Dengan syafaat Rasulullah azab yang kelak ditimpakan kepada Abu Thalib akan diringankan. Ini menurut pendapat yang mengatakan bahwa Abu Thalib tetap meninggal dalam keadaan kafir, tanpa dihidupkan kembali oleh Allah untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa Abu Thalib dihidupkan kembali oleh Allah untuk menyatakan beriman kepada Rasulullah, sehingga ia selamat dari siksa neraka, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibrahim al-Bajuri.

Ketujuh, syafaat Rasulullah bagi orang-orang shalih di kalangan umatnya, agar terhindar dari ketedoran mereka dalam ketaatan kepada Allah. Kedelapan, syafaat Rasulullah terhadap anak-anak orang musyrik agar mereka terbebas dari siksa. Kesembilan, syafaat bagi siapa saja yang meninggal di tanah Madinah. Kesepuluh, syafaat Rasulullah untuk dua kubur yang pernah dilewati Nabi Muhammad semasa hidupnya.

Syafaat Rsulullah akan diberikan kepada orang-orang yang berusaha mencintai Nabi Muhammad. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca shalawat kepada belaiu dengan harapan kelak kita mendapat aliran syafaatnya di hari pembalasan.[]

Wallahu a’lam Bisshawab!

Disadur dari karya Syekh Muhammad Nawawi al-Banteni, Mirqat Shu’ud al-Tashdiq fi Syarh Sullam al-Taufiq.

Bagikan Artikel ini:

About Zainol Huda

Alumnus Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo dan Dosen STAI Miftahul Ulum Tarate Sumenep.

Check Also

kaidah fikih

Kaidah Fikih: Serahkan kepada Ahlinya

Merupakan anugerah terindah Sang Pencipta ketika manusia yang ditugaskan menjadi khalifah di bumi memiliki beragam …

tergesa-tergesa

Kaidah Fikih: Beginilah Akibat Tergesa-gesa

Watak dasar manusia memang dirancang oleh Sang Pencipta sebagai makhluk yang suka tergesa-gesa, terburu-buru, dan …