ulama salaf
ulama salaf

Menjadi “Salafi”? Inilah Tradisi dan Karakter Ulama Salaf yang Harus Ditiru

Apa yang harusnya kita tiru dari para ulama salaf? Cara berpakaiannya, atau memakai nama salafi sebagai atribut gerakan? Saya kira bukan seperti itu. Identitas salaf tidak dibangun sebatas simbol pakaian atau atribut. Kalau hanya begitu lagaknya saja salafi, tetapi tidak memahami ilmu dan perilaku ulama salaf.

Ulama salaf perilakunya bukan sebatas itu. Mereka tidak berpikir tentang atribut, tapi lebih pada substansi. Mereka kuat dalam hal amali dan juga kuat dalam literasi. Di samping banyak ibadah, banyak pula menulis dan membaca. Itulah ciri generasi umat terbaik yang diceritakan oleh al Qur’an sebagai “Khairu ummah”.

Tegas, dalam Dzammu Kalam wa Ahlihi, Imam Syafi’i berkata, “Jika bukan karena para ulama yang menulis, niscaya orang-orang zindiq akan naik berceramah di atas mimbar-mimbar”.

Zindiq mengikut makna harfiahnya adalah kotoran yang membahayakan. Bila demikian, tukang pidato yang tidak memiliki kualitas keilmuan memadai masuk pada term makna bahasa ini. Sedangkan menurut Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad, zindiq adalah meraka yang menampakkan keislamannya dan menyembunyikan kekafirannya. Di masa Nabi disebut munafik.

Ulama salaf menyumbang kemajuan peradaban dengan karya yang tak lekang zaman, bukan sekedar kata berbusa-busa di atas mimbar. Bagi mereka iqra’ dalam wahyu pertama adalah tradisi baca. Sementara qalam adalah tradisi menulis. Senyatanya memanglah demikian. Dua tradisi ini menghasilkan peradaban. Sedangkan tradisi sok nyalaf tanpa iqra’ dan qalam hanya menghasilkan orang-orang zindiq.

Bayangkan, andai empat imam madhab tidak menulis, dari mana kita akan belajar ilmu fikih. Andai pula Imam Bukhari dan Muslim tidak menulis hadist, kepada siapa kita akan bertanya status hadis, shahih, Hasan, dhaif dan sebagainya. Mereka menghasilkan ribuan kitab berupa matan, syarah dan hasyiyah. Karya-karya itu dihasilkan dari tradisi iqra’ dan qalam, bukan sekedar dari pidato.

Mereka mengajarkan kita untuk banyak membaca dan rajin menulis supaya mengerti yang sebenarnya tentang agama. Juga supaya tidak taklid buta pada guru atau panutannya saja. Tapi lebih terbuka untuk memahami kebenaran dari luar lingkaran kecilnya.

Hal lain yang menjadi teladan ulama salaf adalah sikapnya yang rendah diri, tidak sombong dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Alih-alih cari dukungan, mereka justru melarang orang lain untuk mengikuti  pendapat mereka, kecuali bila telah mengetahui argumen dan dalil pendapat tersebut.

Satu hal lagi dari mereka, adalah sikap hati-hati dalam menjawab soal-soal hukum. Bila dirasa kurang pas, pending dulu untuk dilakukan kajian lebih lanjut dan lebih mendalam. Bandingkan dengan tukang pidato zaman now, bila ditanya, seratus pertanyaan sekalipun akan dilahapnya. Tak peduli apakah benar atau keliru. Dan, walaupun orang-orang akan menertawai kepongahan atas kualitas ilmunya.

Karena itu, kelucuan beragama di negeri yang banyak lahir ulama-ulama hebat dengan karyanya yang berkualitas semestinya segera berakhir. Syaikh Nawawi al Bantani, Syaikh Hasyim Asy’ari, Syaikh Khatib al Minangkabawi dan Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari, sebetulnya telah mengajarkan kita bagaimana cara untuk mengikuti para ulama salaf. Mereka memiliki banyak karya. Rajin membaca dan menulis.

Masyarakat pesantren adalah kelompok masyarakat yang terus melanjutkan tradisi ulama salaf. Mereka terus mengkaji kitab-kitab dan karya ulama salaf dengan begitu tekun dari tingkat dasar hingga yang tinggi. Dalam beberapa hal, ulama-ulama pesantren juga telah melahirkan kitab-kitab dalam rangka melanjutkan karya para ulama salaf. Karena itulah, menjadi salafi atau mengidealkan sebagai pengikut ulama salaf harus belajar, menguasai, berperilaku dan mengikuti produktifitas ulama salaf dalam membangun peradaban Islam melalui baca dan tulis.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

kopi sufi

Kopi dan Spiritualitas Para Sufi

Ulama dan Kopi apakah ada kaitan diantara mereka berdua? Kopi mengandung senyawa kimia bernama “Kafein”. …

doa bulan rajab

Meluruskan Tuduhan Palsu Hadits-hadits Keutamaan Bulan Rajab

Tahun Baru Masehi, 1 Januari 2025, bertepatan dengan tanggal 1 bulan Rajab 1446 H. Momen …