nafisah
liustrasi sayyidah nafisah

Siapa Dzatu Al Nithaqain yang Berperan Suksesnya Hijrahnya Nabi?

Di siang hari, di bawah terik panas sinar matahari, Nabi berjalan kaki menuju rumah Abu Bakar. Hal yang tak biasa dilakukan oleh beliau. Bertamu di siang hari bukanlah kebiasaan orang Arab. Segera Abu Bakar mengerti bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang akan disampaikan oleh Rasulullah.

Setelah masuk ke dalam rumah sahabat yang pertama memeluk Islam dari kalangan orang dewasa ini, Nabi berkata kepadanya, “Aku telah mendapat ijin untuk ke luar dari Makkah”. Beliau juga menyampaikan kepada Abu Bakar bahwa dirinya yang akan menemani beliau hijrah. Abu Bakar begitu gembira ditunjuk sebagai satu-satunya sahabat yang akan menemani hijrahnya Nabi.

Sebagaimana banyak dikisahkan dalam literatur sejarah Islam, suatu malam rumah Nabi dikepung oleh para algojo kaum Quraisy yang bertujuan untuk membunuh beliau. Akan tetapi, berkat pertolongan Allah melalui malaikat Jibril yang memberi tahu kepada beliau rencana keji tersebut, Nabi berhasil ke luar dari rumahnya dengan selamat.

Malam itu juga, bersama Abu Bakar beliau meninggalkan kota Makkah menuju Madinah. Supaya tidak terdeteksi kaum Quraisy yang telah bertekad bulat akan membunuhnya, Nabi dan Abu Bakar mengambil jalur yang tidak biasa. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Madinah, dua manusia mulia ini bersembunyi di gua Tsur selama tiga hari. Dan, kaum Quraisy gagal menemukan mereka berdua walaupun telah memeriksa tiap jengkal tanah di Makkah.

Saat Nabi dan Abu Bakar di gua Tsur itulah, ada seorang wanita yang memiliki keberanian tinggi bertindak sebagai penyuplai logistik untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua. Padahal resikonya adalah penggal leher bila sampai ketahuan pihak Quraisy.

Tutur Aisyah, “Kami sekeluarga menyiapkan seluruh perbekalan mereka berdua. Kami juga menyiapkan makanan yang diletakkan di dalam wadah”.

Asma menuturkan, “Aku membuat makanan untuk Nabi dan Abu Bakar ketika mereka hendak bertolak ke Madinah”.

Asma mendapat tugas mengantar makanan tersebut. Bukan main, untuk sampai ke gua Tsur dengan medan naik turun karena area perbukitan, ia harus berjalan sejauh tujuh kilometer. Dengan demikian, rentang jarak pulang dan pergi berarti empat belas kilometer. Padahal saat itu Asma sedang hamil besar, tengah mengandung Abdullah bin Zubair.

 ini semata dilakukan oleh Asma demi keselamatan dan kelancaran perjalanan Nabi dan Abu Bakar ke Madinah. Kisah lain yang dialami Asma ketika membawa makanan untuk mereka berdua, saat itu  Asma tidak menemukan tali sebagai pengikat bekal makanan. Ia kemudian membelah selendangnya menjadi dua. Satu bagian digunakan untuk selendang hamil, dan satu bagian belahan yang lain digunakan untuk mengangkut bahan makanan.

Inilah sebabnya, putri Abu Bakar ini namanya tercatat harum dalam tinta sejarah sebagai perempuan tangguh dan semangat perjuangan tinggi untuk agama Islam, khususnya kepedulian terhadap baginda Nabi dan Abu Bakar, ayahnya, yang akan hijrah ke Madinah untuk melanjutkan estafet perjuangan agama Islam.

Dan, sebab membelah selendangnya menjadi dua seperti telah dijelaskan, Asma Binti Abu Bakar mendapat julukan “Dzatu al Nithaqain”. Perempuan pemilik dua selendang. Berkat peran besar yang dimainkan oleh Asma binti Abu Bakar inilah, dengan perbekalan yang cukup, Nabi beserta Abu Bakar selanjutnya melakukan perjalan hijrah ke Madinah dan sampai disana dengan selamat.

Dengan demikian, peran Asma binti Abu Bakar ini semestinya bisa ditiru oleh kaum hawa zaman sekarang. Semangat untuk melanjutkan perjuangan Nabi membumikan misi Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …