tarawih kilat
tarawih kilat

Fenomena Tarawih Kilat, Bagaimana Sebenarnya Tarawih Rasulullah

Ada fenomena unik seputar shalat tarawih, mulai dari yang lambat biasa hingga yang super cepat. Beberapa pelaksanaan tarawih yang tayang di media menyajikan praktik shalat tarawih yang super kilat. Bahkan bacaan surat al Qur’an hampir tidak bisa dipahami. Untuk itu penting menyimak ulang potret shalat tarawih yang dilakukan oleh Nabi.

Dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi mengajak istrinya pada malam 21 Ramadhan untuk shalat malam sampai sepertiga malam, kemudian pada malam 22 sampai pertengahan malam. Lalu di malam ke 23 mereka shalat sampai dua pertiga malam. Kemudian di malam ke 24 Nabi mengajak isterinya kembali dan shalat sampai subuh. Setelah itu Nabi tidak mengajaknya lagi”.

Dari Abu Dzar ia berkata: Kami berpuasa bersama Nabi di bulan Ramadhan, dan beliau tidak pernah menghidupkan malam Ramadhan bersama kami (di masjid) kecuali pada malam ke dua puluh tiga, beliau shalat bersama kami sampai sepertiga malam. Di malam ke dua puluh empat, beliau datang kepada kami. Dan pada malam ke dua puluh lima beliau datang menjadi imam shalat kami, sampai pertengahan malam.

Kemudian di antara kami ada yang matur kepada beliau, “Apa tidak sebaiknya kita habiskan saja satu malam untuk beribadah sunnah ini”? Kemudian Nabi menjawab, “Barang siapa yang shalat malam bersama imam, maka seluruh malamnya dihitung sebagai ibadah. Dan beliau tidak datang kepada kami di malam ke dua puluh enam, dan datang lagi di malam ke dua puluh tujuh, dan kami shalat bersama beliau dengan jumlah makmum yang sangat banyak dengan shalat yang sangat lama sampai kami khawatir melewatkan sahur. (HR. Baihaqi).

Dari dua hadis di atas, secara nalar kita bisa mengetahui seberapa lama Nabi shalat tarawih. Shalat qiyam Ramadhan (tarawih) yang dilakukan oleh Rasulullah paling cepat berakhir pada sepertiga malam. Pada saat yang lain selesai pada pertengahan malam. Dan, pada kali yang lain para sahabat sampai khawatir tidak bisa menyantap makan sahur karena lamanya shalat tarawih Nabi.

Dalam kitab hadisnya, Imam Nasai menceritakan secara detail perihal shalat tarawih Nabi. Dari sahabat Khudaifah, bahwa Nabi membaca surat al-Baqarah, surat Ali-Imran dan surat al-Nisa’ dalam satu rakaat. Setiap melewati (membaca) ayat rahmah Nabi memohon, dan setiap kali melewati (membaca) ayat adzab beliau meminta perlindungan. (HR. Nasai).

Berdasarkan pengakuan Khudzaifah pada hadis di atas, Ibnu Hajar al ‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari memprediksi shalat tarawih yang dilakukan oleh Nabi setiap rakaat lamanya sekitar dua jam. Dari sini bisa dipahami, seakan Nabi ingin menghabiskan seluruh malamnya di bulan Ramadhan dengan shalat tarawih.

Dari Ibnu Abullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku shalat bersama Nabi dan beliau berdiri lama sekali sampai aku ingin melakukan sesuatu yang buruk”. Kami bertanya, “Apa yang akan engkau lakukan”?. Ibnu Mas’ud menjawab, “Aku ingin duduk saja dan meninggalkan Nabi”. (HR. Bukhari).

Paling cepat shalat qiyam Ramadhan Rasulullah adalah ketika shalat bersama keluarganya yang selesai pada sepertiga malam dan pertengahan malam.

Sebagai kesimpulan, Imam Bukhari dalam kitabnya shahihnya menyatakan, Nabi begitu serius ketika shalat malam, termasuk tarawih yang kala itu disebut shalat qiyah Ramadhan. Saking seriusnya, kaki beliau sampai memar.

Berbagai keterangan di atas mengungkapkan bagaimana Rasulullah menghabiskan malam Ramadhan dengan ibadah. Nabi memanfaatkan malam-malam di bulan Ramadhan dengan kesungguhan yang luar biasa. Shalatnya tenang, tidak buru-buru dan lama.

Potret shalat tarawih baginda Nabi semestinya menjadi teladan bagi umat Islam. Walaupun tidak bisa melakukan shalat tarawih seperti Nabi karena terlalu lama, minimal shalat tarawih dengan khidmat, tidak buru-buru apalagi sangat cepat dan bahkan super cepat.

Walaupun ada beberapa ulama, termasuk Abu Hanifah, yang tidak mensyaratkan tuma’ninah dalam shalat sunnah, namun bagaimanapun saat shalat kita sedang menghadap pencipta yang menciptakan kita bertujuan untuk beribadah kepada-Nya. Maka menjadi naïf kalau shalat tarawih yang kita lakukan terkesan main-main. Apalagi ini bentuk menghidupkan malam-malam Ramadhan.

Namun, di tengah pandemi saat ini tarawih kilat menjadi pilihan. Tentu hal ini bukan bagian dari pengalaman dalam kondisi normal. Tarawih dengan menjaga jarak dan mempercepat tarawih di beberapa daerah yang tidak termasuk zona merah mungkin menjadi pilihan. Namun, sekali lagi bukan tarawih super cepat yang hampir tidak dipahami bacaan sama sekali.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …