benci
benci

Benci Orangnya atau Perilakunya, Inilah Penjelasan Imam Ghazali Mengenai Benci karena Allah

Benci biasanya muncul akibat seseorang kecewa dengan perilaku orang lain yang berbuat dosa. Seyogyanya benci jangan diarahkan kepada sosok orang lain itu, melainkan kepada perilaku maksiatnya. Namun faktanya memang susah demikian.

Kita sebagai manusia seringkali mengarahkan kebencian itu kepada keduanya. Inilah yang harus dihindari, karena hakikatnya yang melekatkan sifat benci dan suka kepada kita adalah Allah SWT. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, di bawah ini ada penjelasan Imam Ghazali mengenai benci karena Allah.

Orang yang mencintai Allah tidak mempunyai pilihan lain kecuali benci karena Allah juga. Hal ini seperti seorang yang mencintai orang lain karena perbuatan baiknya akan benci kepada orang itu karena perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan baik, maksudnya perbuatan maksiat yang ia lakukan.

Kedua perasaan ini, yakni cinta dan benci sangat berhubungan erat satu sama lain dan sulit dipisahkan. Tatkala kedua hal itu diungkapkan dalam kata-kata mereka bisa disebut persahabatan dan permusuhan. Allah berfirman kepada Nabi Musa, “apakah engkau mengambil teman dan lawan karena Aku? engkau tidak mencintai seseorang kecuali karena kesetiaan dan ketaatannya dan engkau tidak membenci seseorang kecuali karena kejahatan dan kedurhakaannya. “

Bermacam-macam perbuatan yang bertentang itu bersatu pada diri seseorang. Sebagian disukai dan sebagian lagi dibenci oleh manusia. Kita mencintai karena satu alasan dan membenci karena alasan yang lain. Seperti contoh istri cantik yang durhaka, ia akan dicintai oleh suaminya karena suatu sifat dan dibenci karena sifat lain. Contoh lain seperti seseorang muslim boleh jadi dicintai karena keislamannya dan boleh jadi dibenci karena perbuatan dosanya.

Kebencian dapat diungkapkan dengan kata-kata dan perbuatan. Apabila kebencian dinyatakan dengan kata-kata, seharusnya kita tidak lagi berbicara dengan si pendurhaka dan kadang-kadang menggunakan kata-kata kasar. Sedangkan apabila kebencian diungkapkan dengan tindakan, kita terkadang menyakiti si pelaku dosa dan menghancurkan semua rencana jahatnya. Hal itu dilakukan sebanding dengan perbuatan dosanya. Kalau dia bertobat, hendaklah kita berusaha menutupi aibnya.

Kalau kita membenci dia karena kesalahannya dan dilakukan dengan berbagai cara. Seperti kita memprotes perbuatan dosanya, menjauhinya, tidak menemuinya dan sebagainya. Tindakan-tindakan tersebut harus kita tempuh untuk mengekspresikan kebencian kita, karena memang itu cara bertindak yang semestinya diambil.

Kita juga hendaknya tidak lagi menaruh simpati serta memberikan bantuan kepadanya. Tetapi kita seharusnya melakukan upaya-upaya lainnya di antaranya menghalangi agar perbuatan maksiat atau dosa itu tidak dikerjakan. Sehingga dia tidak melakukan perbuatan dosa itu lagi. Perbuatan-perbuatan di atas harus kita selesaikan manakala si pendosa ini bertobat.

Kisah Bencinya Abu Bakar kepada seseorang

Perbuatan sebagaimana di atas pernah ditempuh oleh sahabat Abu Bakar. Beliau benci kepada seorang bernama Musathathah bin Atsatsah. Musathathah ini kala itu menyebarkan fitnah (berita bohong) mengenai Aisyah RA, istri nabi Muhammad SAW. Maka Abu Bakar RA, sebagai seorang ayahnya Aisyah RA yang biasa memberikan bantuan kepada Musathathah, ketika mendengar hal itu lalu beliau menghentikan bantuan tersebut.

 Abu Bakar juga bersumpah tidak akan memberi bantuan lagi kepadanya. Tak berselang lama selepas sumpahnya Abu Bakar terucap, turunlah surat An-Nur ayat 22 kepada Nabi SAW.

وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

Meskipun dosa Musathathah sangat besar. Namun Abu Bakar merasa tidak tenang jiwanya dikarenakan sikapnya terhadap Musathathah yang sudah bertobat sehingga turun ayat tersebut. Memberi maaf kepada orang adalah sebagaian dari kebiasaan dan akhlak para shiddiqin.

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …