makam nabi
makam nabi

Bukan Karena Pangkat dan Nasab, Ini Kriteria Orang Paling Dekat dengan Rasulullah

Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya bahwa kedudukan manusia di hadapan Allah adalah sama atau setara baik pejabat atau rakyat, bos atau seorang jongos, kyai atau santri, raja atau golongan sudra, konglomerat atau orang melarat, yang membedakan hanyalah ketakwaannya saja.

Begitu juga orang yang dekat dengan Nabi pada hari kiamat bukan karena kekayaannya atau jabatannya, apalagi karena nasabnya tetapi karena paling banyak membaca shalawat kepadanya, di manapun, kapanpun ia berada. Hal ini sebagai bukti kecintaan kepada Nabinya dan juga mengikuti perintah Tuhannya yang menganjurkan untuk memperbanyak bershalawat kepada Nabi.

Pepatah arab ““Barang siapa yang mencintai sesuatu, maka ia akan banyak menyebutnya”. Salah satu standar cinta seseorang kepada kekasihnya adalah banyak menyebut namanya. Begitu juga orang yang mengaku cinta kepada Nabi pasti berusaha semaksimal mungkin untuk mentaati perintahnya dan memperbanyak membaca shalawat kepadanya.

Allah sebagai Tuhan semesta alam memerintahkan kepada hambanya untuk selalu bershalawat kepada Nabi, padahal Nabi sudah penuh kebaikan dan kemuliaan. Ini bertujuan sebagai bukti syukur kita kepada Nabi sebagai orang yang mengenalkan kita kepada Tuhan.

Dalam sebuah hadits dijelaskan,

وعن ابن مسْعُودٍ رضي اللَّه عنْهُ أنَّ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: “أَوْلى النَّاسِ بِي يوْمَ الْقِيامةِ أَكْثَرُهُم عَليَّ صَلاَةً “رواه الترمذي

Artinya: diriwayatkan dari ibnu Mas’ud RA bahwasanya Rasulullah bersabda:”orang yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku. (HR. Turmudzi).

Menurut imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa orang yang paling dekat dengan Nabi dan yang paling berhak mendapatkan syafa’atnya adalah orang yang paling banyak bershalalawat kepadanya saat di dunia. Orang yang memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi menunjukkan bahwa dirinya sangat tulus mencintainya.

Sedangkan menurut imam Shan’ani dalam Subulus Salam menjelaskan bahwa hadist ini berisi anjuran untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi, terutama pada hari jum’at sebagai hari yang paling baik. Shalawat yang dibaca oleh seorang hamba akan diperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Maka dari itu, tak pantas mengaku umat Nabi bila seseorang tak suka membaca shalawat kepadanya. Kunci keberuntungan dan terkabulnya doa bahkan shalat lima waktu bila tak dibacakan shalawat dalam tahiyyat maka shalatnya tidak sah. Sebetulnya tujuan shalawat untuk apa sih?

Pertama, Orang yang memperbanyak shalawat akan mendapatkan keistimewaan terutama pada hari Jum’at.

Kedua, Shalawat kepada Nabi merupakan bentuk komunikasi batin antara Nabi dan umatnya bahkan doa tak akan dikabulkan bila tak dibacakan shalawat terlebih dahulu.

Ketiga, Para Nabi walau sudah meninggal tapi hakikatnya masih hidup di kuburan masing-masing. Bahkan saat Isra’ dan Mi’raj, Nabi mendapatkan perintah shalat lima puluh waktu, namun atas saran Nabi Musa yang sudah meninggal ribuan tahun lamanya kepada Nabi Muhammad shalat menjadi lima waktu saja.

Bagikan Artikel ini:

About Moh Afif Sholeh

Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Bahasa Arab di SMA Islam Cikal Harapan BSD

Check Also

Lemah Lembut dalam Pergaulan

Anjuran Bersikap Lemah Lembut dalam Pergaulan

Islam menekankan pentingnya bersikap yang baik dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesama

ulama nusantara

Siapa yang Pantas Menyandang Gelar Ulama

Ulama merupakan jama’ dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui ilmu dan mampu mengamalkannya.