puasa nisfu syaban1
puasa nisfu syaban1

Amalan Nisfu Sya’ban (Bagian I) : Puasa Nisfu Sya’ban Sunnah atau Bid’ah?

Apakah puasa nisfu Sya’ban adalah sunnah atau bid’ah? Mana dalil puasa nisfu Sya’ban? Bagaimana pendapat ulama tentang amalan ini?


Semenjak Islam dikotakkan dalam dua pilihan ahli sunnah dan ahli bid’ah, umat kian waspada bahkan terkadang mencurigai bid’ah atau tidaknya setiap amalan yang sudah terbiasa diamalkan. Pertanyaanya yang selalu dikemukakan apakah amalan ini ada dalilnya? Adakah teks syar’i atau pendapat ulama’ salaf soal ini?

Termasuk yang masuk ladang dalam perdebatan sunnah dan bid’ah tersebut adalah amalan puasa nisfu Sya’ban. Apakah puasa nisfu Sya’ban adalah ada dalilnya? Apakah puasa ini anjuran atau justru bid’ah?

Mencari Dalil Puasa Nisfu Sya’ban

Dalam suatu kesempatan Rasulullah bersabda :

حدثنا الحسن بن علي الخلال قال : حدثنا عبد الرزاق قال : أنبأنا ابن أبي سبرة ، عن إبراهيم بن محمد ، عن معاوية بن عبد الله بن جعفر ، عن أبيه ، عن علي بن أبي طالب ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” إذا كانت ليلة النصف من شعبان ، فقوموا ليلها وصوموا نهارها ، فإن الله ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا ، فيقول : ألا من مستغفر لي فأغفر له ألا مسترزق فأرزقه ألا مبتلى فأعافيه ألا كذا ألا كذا ، حتى يطلع الفجر

Dari Ali Ibn Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah bersabda:  bila malam nisfu sya’ban telah tiba, maka berqiyamullaillah pada malam harinya, dan berpuasalah pada siang harinya. Karena sesungguhnya (kebaikan) Allah turun pada malam itu ke langit dunia tepatnya saat matahari mulai tenggelam, kemudian Allah berkata: adakah orang yang meminta ampun kepadaKu? Maka akan Aku ampuni. Adakah orang yang mengharap riski berlimpah kepadaKu? Maka akan Aku limpahkan riskinya.adalah orang yang sedang terkena ujian (sakit)?maka akan Aku sembuhkan.  Dan permohonan lainnya hingga fajar terbit. (HR: Ibnu Majah: 1384).

Hadits ini dinilai hadits dhaif karena terdapat salah satu perawi hadits yang cacat yaitu Abu Sabrah. Menurut Ahmad Ibn Hanbal dan Ibnu Ma’in, Abu Sabrah dikenal sebagai Pemalsu Hadits. Bila hanya gara-gara Abu Sabrah, maka sesungguhnya hadits ini dhaif dari sisi sanadnya saja, sementara dari sisi matan (isinya) shahih.

Menurut Ibnu Rajab, berpuasa pada nisfu Sya’ban (15 sya’ban) tidaklah dilarang. Kenapa? Karena tanggal 15 adalah hari terakhir ayyam al-bidh, di mana pada ayyam al-bidh (hari-hari putih atau malam-malam purnama) disunnahkan untuk berpuasa puasa. (Lathaif al-Ma’arif 189).

Bacaan Niat Puasa Nisfu Sya’ban

Lalu bagaimana ketika orang yang meyakini kesunnahan puasa nisfu Sya’ban. Ini adalah niat puasa nisfu Sya’ban:

نويت صوم غد من يوم النصف من شعبان سنة لله تعالى

Nawaitu showma ghadin min yawmin nisfi min sya’bana sunnatan lillahi ta’ala

Saya berniat puasa sunnah besok pada pertengahan bulan sya’ban karena semata mata Allah.

Masihkah, untuk melakukan kebaikan, kita menunggu dalil yang shahih, tidakkah kita nantinya akan tertinggal oleh kereta. Di saat orang lain, sudah tiba di Mekah, kita masih ada di Tanah Abang.

Kebaikan apapun semata dilakukan karena Allah. Apalagi wilayah ibadah ini menjadi furuiyah di arena khilafiyah yang juga dipraktekkan oleh ulama salaf. Karena itulah, sikap saling menghormati atas pendapat dan keyakinan menjadi penting ditanamkan atas segala jalan dalam meraih kebaikan.  

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …