HAM Perspektif Islam

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan semata-mata diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan juga berdasarkan martabatnya sebagai manusia (Jack Donnely).

“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” (UU 39 pasal 1 thn 1999).

Ciri HAM bersifat Hakiki, yaitu sudah ada sejak manusia lahir atau bahkan sebelum lahir (potensi untuk hidup). Dan juga bersifat universal, artinya berlaku umum untuk dan mengenai semua orang.

Jenis-jenis HAM ada yang disebut hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), hak memiliki (property). Beberapa contoh di antaranya seperti hak asasi pribadi (hak beragama, hak menentukan jalan hidup, dan hak bicara); hak asasi politik (hak mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi); hak asasi ekonomi (hak memiliki barang, menjual barang, mendirikan perusahaan/berdagang).

Hak asasi budaya (hak mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak mengembangkan seni budaya); hak kesamaan kedudukan dalam hukum dah pemerintahan: hak mendapat perlindungan hukum, hak membela agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk diperlakukan secara adil; hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan (hak dalam penyelidikan, penahanan, penyitaan, dan lain-lain).

Perpektif Islam

Pertanyaannya, bagaimana Islam merespons persoalan-persoalan HAM? Pembahasan tentang HAM dalam Islam dibangun di atas prinsip kesejajaran semua manusia di hadapan Allah, kecuali ketakwaannya.

Perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntunan ajaran Islam itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanen, kekal, dan abadi, tidak boleh diubah atau dimodifikasi.

Dalam Islam dikenal dengan istilah maqashid syariah yang terdiri dari hifdhu al-din (menjaga agama), hifdhu al-mal (menjaga harta), hifdhu al-nafs (menjaga diri), hifdhu al-nasl (menjaga keturunan), hifdhu al-’aql (menjaga akal/kebebasan berpendapat). Selain itu, monumen terbesar dan menurut banyak ahli merupakan konsensus pertama di dunia adalah Piagam Madinah di masa Rasulullah dan para sahabat.

Beberapa poin penting dalam Piagam Madinah itu di antaranya: (1) Semua pemeluk Islam adalah suatu umat meskipun mereka berbeda suku bangsa; (2) Hubungan antar komunitas muslim dan non-muslim didasarkan pada prinsip-prinsip berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, saling menasehati, dan menghormati kebebasan beragama.

Secara aktual, HAM dalam Islam juga teraktualisasi ke dalam Deklarasi HAM Islam di Kairo, yaitu berdasarkan pertemuan negara-negara Islam, atau yang lebih dikenal dengan Organization of the Islamic Conference (OKI) pada 5 Agustus 1990. Deklarasi Kairo merupakan respons terhadap HAM versi Barat.

Deklarasi HAM versi Barat, menurut sebagian kalangan dianggap kurang mengafirmasi perspektif Islam. Sejarah HAM yang dideklarasikan di Barat tersebut dapat dilacak pada, misalnya, di Inggris, yang dikenal dengan Magna Charta 1215 dan Bill of Right 1689, ttg batasan kekuasaan raja; di Perancis, revolusi tahun 1789 terhadap Raja Louis XVI; di Amerika Serikat, Declaration of American Independence 4 Juli 1776; dan secara lebih luas pada dokumen The Universal Declaration of Human Right, 10 Desember 1948.