Umat Nabi Muhammad oleh Allah dalam al Qur’an dijuluki umat terbaik “khairu ummah”. Terbaik itu berarti paling mulia. Kemuliaan dalam pandangan Allah ukurannya takwa. Semakin banyak mengerjakan perintah Allah semakin tinggi tingkat ketakwaannya.
Dilihat dari sini sekilas ada yang janggal menyebut umat Nabi Muhammad sebagai “khairu ummah”. Bagaimana bisa umat Nabi Muhammad yang umurnya relatif singkat, kisaran enam puluh tahun lebih sedikit, bisa mengimbangi kuantitas dan kualitas amal umat sebelumnya yang memiliki umur relatif lebih panjang. Bahkan ada yang lebih dari seratus tahun, bahkan mencapai seribu tahun.
Jawabannya, selain karena memandang kemuliaan Nabi Muhammad, juga karena umat beliau dianugerahi beberapa waktu yang memiliki keutamaan besar. Bila beribadah pada waktu-waktu tersebut nilainya sangat tinggi. Satu yang yang paling dikenal adalah malam Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan. Beribadah dimalam ini nilainya lebih dari beribadah seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun.
Maka bisa dihitung berapa kali umat Nabi Muhammad menjumpai bulan Ramadhan dan menjaga ibadahnya sebulan penuh, kemudian dikalikan seribu bulan. Sebab pada setiap Ramadhan pasti terdapat malam Lailatul Qadar walaupun dirahasiakan pada malam tanggal berapa.
Ada lagi satu malam yang memiliki nilai keutamaan sangat besar. Yaitu, malam Niafu Sya’ban, malam tanggal lima belas bulan Sya’ban. Seperti dijelaskan sendiri oleh Nabi, malam ini merupakan malam yang keutamaannya hampir menyamai malam Lailatul Qadar.
Pada malam ini, sebagaiman hadis dari Muadz bin Jabal, “Allah mendatangi semua makhluk-Nya dan memberikan ampunan kepada mereka atas segala dosa, kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang saling bermusuhan”. (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hinban, dan Thabrani).
Dari Aisyah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam nishfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang memiliki banyak kambing)”. (HR. Thabrani dan Ahmad).
Amalan di Malam Nisfu Sya’ban
Apa yang sebaiknya dikerjakan pada malam nishfu sya’ban?
Sayyid Muhammad Alawi al Maliki dalam kitabnya Madza fi Sya’ban menjelaskan, paling tidak tiga amalan ini yang dikerjakan pada malam tersebut.
Pertama, memperbanyak berdoa kepada Allah. Seperti dijelaskan dalam hadis riwayat Abu Bakar, Nabi bersabda, “(Rahmat) Allah turun ke bumi pada malam nishfu sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa orang musyrik (menyekutukan Allah) dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan)”. (HR. Baihaqi)
Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak mungkin. Anjuran ini sejak dari awal bulan Sya’ban sampai akhir. Lebih khusus pada malam nishfu sya’ban.
Ketiga, memperbanyak istighfar, minta ampun kepada Allah. Karena pada malam nishfu sya’ban peluang dosa kita akan diampuni oleh Allah sangat terbuka lebar sebab keutamaan yang dimiliki malam ini.
Dengan demikian, alangkah rugi orang yang melewatkan malam nishfu sya’ban berlalu begitu saja. Sama saja menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi bagian dari umat terbaik sebagaiman disebut oleh Allah dalam al Qur’an. Umur kita yang begitu singkat bila tidak memanfaatkan waktu-waktu istimewa seperti malam nishfu sya’ban tentu kerugian yang akan mendatangkan penyesalan dikemudian hari, saat kita telah tiba saatnya untuk meninggalkan dunia akan meratapi begitu sedikitnya amal yang dikerjakan semasa hidup.