taubat
taubat

Kisah Taubat Malik bin Dinar karena Sang Buah Hati

Abu Yahya Malik bin Dinar al-Mashri atau lebih di kenal dengan sebutan Malik bin Dinar merupakan salah seorang tabi’in yang terkenal ahli hadist. Beliau banyak meriwayatkan hadist shahih dari tokoh-tokoh Islam seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin. 

Malik bin Dinar dikenal sebagai murid dari Hasan Al Bashri tokoh yang dikenal memiliki wawasan yang luas. Meski Malik bin Dinar dikenal sebagai seorang hamba yang berilmu dan taat dalam ibadahnya, namun siapa sangka masa lalunya begitu suram. Beliau sempat menjadi seorang hamba yang memiliki perilaku sangat buruk.

Dahulunya beliau merupakan seseorang yang terbiasa bergelimang dengan keburukan. Memakan hasil riba, tidak segan-segan menzalimi orang lain, berbuat curang dan juga suka meminum khamr. Namun, kehidupan kelamnya sempat terhenti karena ia memutuskan untuk menikahi budak cantik yang ia beli dan budak tersebut memberikannya anak perempuan yang sangat ia sayangi dan di berikannya nama Fatimah.

Seiring berjalannya waktu rasa sayang di hati Malik terhadap anaknya semakin besar. Sampai pernah pada suatu ketika Fatimah mendatangi ayahnya yang sedang menegak Khamr, dan fatimahpun menyingkirkan minuman tersebut dari sisi ayahnya sampai mengenai baju sang ayah.

Malikpun merasa hal ini merupakan suatu pertanda hal yang mesti ia jauhi. Namun sayang ketika Fatimah memasuki umur tiga tahun, Allah memanggilnya untuk kembali ke sisinya.

Di sinilah letak ke frustasian Malik bin Dinar. Ia kembali dan semakin masuk ke dalam kehidupan hitam. Semakin ia terjerumus ke dalam kesesatan. Malik bin Dinar belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang harus bersabar atas segala cobaan dan musibah.

Di malam yang sunyi Malik bin Dinar kembali menegak Khamr. Dia ingin merasakan mabuk yang teramat sangat supaya ia dapat melupakan kepedihannya.  Minuman tersebut membuat Malik tertidur pulas dan memimpikan sesuatu yang mengerikan. Dalam mimpinya ia seperti melihat kiamat.

Dalam mimpinya ia melihat matahari berubah gelap, lautanpun menjadi api. Bumi serasa bergoncang. Mayat-mayat yang telah terkuburpun naik keatas permukaan bumi dan berkumpul secara berkelompok. Kemudian ia juga melihat ada ular sangat besar merayap berlari kearahnya.

Dengan penuh takut Malik meminta pertolongan oleh seorang laki-laki tua yang lemah. Namun, sayangnya laki-laki tersebut menolak untuk menolongnya. Laki-laki tersebut menyarankan Malik untuk terus berlari, namun sayangnya ia melihat jurang api di depannya. Dia pun kembali kepada laki-laki tersebut dan kembali minta bantuannya. Kembali laki-laki tersebut berbicara kepada malik bahwa tidak melihatkah Malik bahwa dirinya sangat lemah.

Laki-laki tersebut menyarankan Malik agar berlari menuju gunung. Malik berlari sekencang mungkin ke arah gunung agar terhindar dari ular yang hendak memangsanya. Di atas gunung, ia melihat anak-anak kecil dan mendengar teriakan. “Wahai Fatimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”

Malik bin Dinarpun kaget bercampur bahagia ketika melihat sosok anak perempuan yang sangat ia kasihi berada di depannya. Fatimahpun membantu sang ayah serta memegang tangan sang ayah kemudian iapun mengusir ular tersebut dengan tangan kirinya. 

Fatimah pun berkata kepada ayahnya :

۞ أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

Artinya : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Lalu dengan kebingungan iapun bertanya kepada Fatimah, mengapa ia dikejar oleh ular yang sangat besar? Fatimahpun menuturkan bahwa ular tersebut merupakan amal buruk yang ia kerjakan semasa hidupnya, maka ular tersebut yang nantinya akan menerkamnya ketika di hari akhir. 

Dan lelaki lemah yang ia mintai tolong tadi merupakan perwujudan dari amal saleh yang tidak pernah dipelihara. Fatimah berbicara kepada ayahnya, “Tahukah engkau Ayah, amal-amal di dunia akan berwujud kelak di akhirat,” kata Fatimah.

Malikpun terbangun dari mimpinya. Ia memohon ampun kepada Allah atas semua kelalaiannya. Iapun bangkit dan mandi untuk mensucikan diri, setelahnya diambilnya air untuk berwudhu dan solat serta melakukan pertaubatan.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah menarik ini adalah pintu taubat akan selalu terbuka bagi siapapun dengan rasa penuh sesal. Jalan hidup seseorang juga tidak linier. Seorang tokoh besar seperti Malik bin Dinar pun dahulu bukan orang suci tanpa dosa, tetapi karena taubat bisa menghapus segalanya.

Bagikan Artikel ini:

About Saparuddin

Check Also

debat

Debat adalah Metode Terakhir Berdakwah, Tetapi Jangan Lupa Etikanya

Sawala atau yang biasa disebut dengan debat merupakan suatu kegiatan adu argumantasi antara dua belah pihak …

kerja kepada non muslim

3 Sikap Islami untuk Mengais Rizki di tengah Pandemi

Manusia harus bekerja untuk dapat menghasilkan uang untuk mencukupi segala kebutuhannya dalam bertahan hidup, apalagi …