kriteria obat surga
kriteria obat surga

Kriteria Obat yang Menyebabkan Masuk Surga Tanpa Hisab

Selain obat untuk menyembuhkan penyakit, Rasulullah juga memberikan obat ampuh untuk masuk surga tanpa hisab. Apa itu kriterianya?


Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda, bahwa Allah tidak menurunkan penyakit kecuali disertakan pula obatnya. Terkait dengan obat ini, Rasulullah bahkan hingga memberikan gambarannya dengan detail.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas, yang didoakan oleh Rasulullah menjadi orang yang Paham takwil Al-Qur’an. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Ada tiga jenis obat, yaitu minum madu, melakukan bekam, dan membakar dengan api. Namun, umatku sangat dilarang melakukan tindakan yang terakhir itu.”

Terhadap dua obat yang pertama, yaitu minum madu dan melakukan bekam, ada banyak hadis yang meriwayatkan bahwa Rasulullah mempraktikkannya sendiri. Meskipun demikian, ia tetap memberikan himbauan agar obat tersebut dilakukan pada kondisi yang tepat dan hanya diberikan kepada orang yang sesuai. Sehingga, Rasulullah melarang bekam dilakukan terhadap anak kecil dengan alasan lebih dominan menyakitkan.

Selain jenis obat-obat seperti itu, Rasulullah juga pernah menggunakan tanah sebagai obat. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa pada saat di Madinah Rasulullah mendatangi orang yang sedang sakit demam sangat keras. Kemudian Rasulullah menempelkan jari telunjuknya ke tanah, lalu dengan mengucap kalimat basmalah, ia mengusapkan jari telunjuknya di bagian wajah orang yang sedang sakit tersebut.

Bahkan ada hadis lain yang menyebutkan Rasulullah pernah melakukan hal yang sama untuk mengobati luka. Teknisnya sama, Rasulullah menempelkan jari telunjuknya pada tanah, kemudian diusapkan pada bagian luka dengan membaca basmalah. Dalam konteks ini, Rasulullah menambahkan jika tanah Madinah itu sudah dijadikan sebagai obat untuk orang-orang muslim. Menurut sebagian ulama, seperti an-Nawawi, keajaiban tersebut terjadi karena keberkahan dari doa Rasulullah.

Namun, ada yang lebih penting dalam mempraktikkan semua itu sebagai sarana ikhtiyar untuk menghilangkan penyakit. Yaitu tawakal kepada Allah. Dan cara inilah yang menjadi penyebab masuknya tujuh puluh ribu umat Nabi ke surga tanpa hisab.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah pernah bersabda, “Telah dihadapkan kepadaku beberapa umat. Di sana juga terdapat para nabi yang berjalan diiringi para anak cucunya. Namun ada juga seorang nabi yang tidak memiliki pengikut, bahkan sampai ditunjukkan kepadaku suatu umat yang sangat banyak jumlahnya.

Lalu aku bertanya, “Apakah ini umatku?” Lalu dijawab bahwa itu bukan umatku, melainkan itu adalah nabi Musa beserta kaumnya.

“Kemudian aku disuruh untuk melihat pada bagian kutub tertentu, yang disana terdapat umat yang memenuhi kutub itu. Setelah itu aku diperintah untuk menghadap kutub langit, di sana sudah penuh dengan orang-orang. Lalu dikatakan bahwa itu adalah umatku, yang di antara mereka ada tujuh puluh ribu orang yang bisa masuk surga tanpa hisab.”

Setelah menceritakan itu, Rasulullah tiba-tiba masuk ke dalam rumah tanpa menjelaskan siapa atau apa kriteria tujuh puluh ribu itu. Sehingga para sahabat penasaran dan tidak sabar meminta penjelasan dari Nabi.

Semua sahabat yang hadir pada saat itu bergumam, “Kami semua beriman kepada Allah dan juga mengikuti Rasul-Nya. Apakah kita termasuk mereka atau orang-orang tua kita yang melahirkan kita dalam keadaan Islam. Sedangkan kami semua lahir dalam kalangan jahiliyah.”

Tidak lama kemudian Rasulullah pun keluar, lalu beliau berkata, “Mereka yang masuk surga tanpa hisab itu adalah, mereka yang tidak pernah mencuri pendengaran, tidak pernah melakukan adu nasib dengan burung (seperti adat Jahiliyah), dan tidak pernah melakukan pengobatan dengan cara membakar, namun mereka adalah yang berikhtiyar dengan selalu tawakal kepada Allah.

Wallahu a’lam bishowab.

Bagikan Artikel ini:

About Khoirul Anwar Afa

Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta.

Check Also

Serat Centhini

Konsep Amalan Harian dan Zaman Huru Hara dalam Sastra Jawa

hari Senin seperti yang dilakukan Nabi Isa, malam harinya tidak makan daging sembari mengucapkan kalimat “Ya Rahman Ya Rahim” sebanyak 103 kali.

syarat dai

Membaca Sikap Pendakwah Populer yang Jumawa

muncul para pendakwah populer yang didominasi para dai yang tidak memiliki latar belakang keilmuan agama dari pesantren ataupun dari sekolah keagamaan.