tanda tanda alam
tanda tanda alam

Membaca Tanda-Tanda Alam Ketika Lailatul Qadar Datang

Bulan Ramadhan memang memiliki pesona yang begitu sempurna. Pesona Ramadhan banyak ditopang oleh berbagai macam keistimewaan yang luar biasa. Di samping tawaran pahala yang berlipat ganda, pintu surga yang terbuka dengan lebar, gerbang neraka yang tertutup rapat, diskon (baca: ampunan) dosa yang mudah diraih, juga terdapat doorprize dahsyat bernama lailatul qadar.

Lailatul qadar merupakan satu malam yang mengalahkan seribu bulan (QS. Al-Qadr, 97: 3). Sungguh doorprize yang menggiurkan  dan menyita perhatian. Siapa yang tidak tertarik, siapa yang tak ingin memburunya.

Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan semua perhatian umat Islam tertuju dan terfokus padanya. Sesuai petunjuk Nabi bahwa malam kemuliaan itu agar dicari dan ditunggu-tunggu pada malam sepuluh terakhir. Sebagaimana cerita Siti Aisyah bahwa ketika masuk sepuluh terakhir beliau sangat tekun beribadah melebihi kebiasaan di luar hari-hari tersebut (Shahih Muslim No. 7).

Namun demikian, meskipun ada petunjuk untuk menjaga-jaga dan mencari malam yang istimewa itu pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan, tetapi tidak ada yang dapat memastikan pada malam tanggal berapa akan terjadi. Hal ini tetap menjadi rahasia Allah.

Beberapa ulama hanya memberikan rumus-rumus berdasarkan ijtihad mereka. Pelajaran yang dapat dipetik di balik rahasia tersebut agar para hamba Allah tekun dan bersungguh dalam mencari dan mengisi malam-malam sepuluh terakhir dengan kegiatan yang bernilai ibadah.

Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin memberikan dua faidah penting di balik kerahasiaan lailatul qadar.

Pertama, untuk menguji dan membedakan antara yang tekun dan semangat mencari dengan yang pemalas. Sebab orang yang tekun dan bersungguh-sungguh tidak akan merasakan lelah dan bosan untuk meraihnya walaupun harus rela menghabiskan waktunya di sepuluh malam terakhir. Sebaliknya, bagi orang yang malas akan mudah putus asa karean mencari dan menunggu sesuatu yang tidak jelas dan tidak pasti kapan terjadi.

 Kedua, sebagai konsekuensi dari faidah pertama, ketika tekun dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya tentu ia banyak melakukan amal ibadah, sehinga mendapatkan keberkahan dari amal yang dilakukannya. (Syekh Utsaimin, Silsilah Liqaat Bab al-Maftuh, Juz 85, hal. 9).

Akan tetapi, walaupun menjadi rahasia Allah, Kanjeng Nabi memberi petunjuk tentang terjadinya lailatul qadar dengan tanda-tanda yang dapat dilihat. Terdapat beberapa tanda yang mengindikasikan terjadinya lailatul qadar, namun di antara tanda-tanda yang ada kebanyakan terjadi setelah lailatul qadar berlalu.

Tanda-tanda tersebut antara lain matahari di pagi harinya lailatul qadar terbit dengan warna putih tidak memancarkan sinar terang yang menyilaukan seperti biasanya. Tanda ini dituturkan oleh Ubay bin Ka’ab yang pernah disampaikan oleh Rasulullah dalam hadis berikut:   

وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا. (أخرجه مسلم)

Artinya: “Adapun tanda-tanda lailatul qadar (ialah) matahari terbit pada pagi harinya berwarna putih tidak memancarkan sinar yang menyilaukan.” (HR. Muslim) (Shahih Muslim, No. 1821).

Imam Ahmad dalam riwayatnya menyebutkan di pagi hari itu matahari seolah-olah seperti baskom yang terbuat dari tembaga berwarna putih, Ibnu Abbas menambahkan, bersih dan jelas. Riwayat Ibnu Khuzaimah menyebutkan malam itu (lailatul qadar) adalah malam yang seimbang tidak panas dan tidak pula dingin matahari di pagi harinya terbit berwarna kemerahan dan sinarnya redup. Riwayat Ubadah bin Shamit menuturkan malam yang terang dan bersinar seolah-oleh ada sinar rembulan yang memancar, suasananya sejuk dan tenang, cuaca tidak panas dan tidak dingin. (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz 3, hal. 9).

Di antara tanda-tanda yang lain matahari pada pagi harinya terbit seimbang dan datar tidak memancarkan sinar yang menyilaukan seolah seperti rembulan di malam purnama. Al-Thabari mengisahkan dari penuturan suatu kaum bahwa pepohonan pada malam itu jatuh ke tanah lalu kembali ke tempat tumbuhnya. Segala sesuatu di malam itu bersujud. Al-Baihaqi menuturkan bahwa pada malam itu air asin menjadi tawar. (Ibnu Hajar, Fath al-Bari li Ibn Hajar, Juz 6, hal. 301).

Hikmah adanya tanda-tanda yang terjadi pasca terjadinya lailatul qadar agar umat Islam selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, bahwa mereka telah mengisi dan menghidupkan malam-malam sepuluh terakhir yang bertepatan dengan lailatu qadar. Jika ternyata mereka tidak berkesempatan mengisi malam harinya dengan amal ibadah, maka tanda tersebut menjadi catatan penyesalan untuk kemudian lebih tekun dan bersemangat di tahun berikutnya. (Tuhfah al-Ahwa, Juz 2, hal. 336). Allah sengaja tidak memberikan tanda-tanda sebelum terjadinya lailatul qadar agar malam yang sangat istimewa itu tetap tergenggam dalam rahasia-Nya. []

Wallahu a’alam bisshawab.

Bagikan Artikel ini:

About Zainol Huda

Alumnus Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo dan Dosen STAI Miftahul Ulum Tarate Sumenep.

Check Also

kaidah fikih

Kaidah Fikih: Serahkan kepada Ahlinya

Merupakan anugerah terindah Sang Pencipta ketika manusia yang ditugaskan menjadi khalifah di bumi memiliki beragam …

tergesa-tergesa

Kaidah Fikih: Beginilah Akibat Tergesa-gesa

Watak dasar manusia memang dirancang oleh Sang Pencipta sebagai makhluk yang suka tergesa-gesa, terburu-buru, dan …