i'tikaf di rumah
i'tikaf di rumah

Silaturahmi Tidak Kenal Batas dan Identitas: Pelajaran dari Asma binti Abu Bakar

Asma’ merupakan putri dari khalifah pertama Abu Bakar as-Siddiq. Usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dibanding saudara satu ayah Aisyah istri Rasulullah. Asma’ terlahir dari ibu Qutailah binti abdul Uzza al-Amiri yang telah diceraikan Abu Bakar sebelum Beliau masuk Islam.

Menurut sejarah, Asma’ merupakan sahabat muhajirin yang terakhir meninggal dunia. Beliau hidup berumur hingga seratus tahun dan tidak ada satupun giginya yang copot. Asma’ wafat dalam keadaan buta sepuluh hari setelah peristiwa pembunuhan anaknya Abdullah bin Zubair ketika terjadi sengketa perebutan jabatan khalifah.

Suatu ketika ibunda Asma’ sangat merindukan putrinya, iapun memutuskan untuk mengunjunginya dan memberikan hadiah berupa kismis, mentega. Namun sayangnya, Asma’ merasa enggan menerima hadiah dari ibunya, karena ia takut akan hukum Allah ketika menerima tamu dari seorang non-muslim.

Karena merasa apa yang dilakukannya kurang pantas, maka iapun meminta agar Aisyah menanyakan tindakannya tersebut kepada Rasulullah. Mendengar cerita dari Aisyah maka Rasulullahpun menyuruh Asma’ untuk berbuat baik kepada ibunya serta ketika ia berkunjung haruslah sebagai anak ia mempersilahkan ibunya.

Dari kisah Asma’ tersebut maka Allah menurunkan firmannya dalam surat al-Mutahanah ayat 8 : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Silaturahmi Tidak Kenal Batasan

Kisah ini menjadi sangat penting sepenting Allah menurunkan wahyu untuk menjelaskan kejadian tersebut. Kenapa ini menjadi sangat penting karena Islam ingin menegaskan betapa pentingnya silaturahmi, menghargai orang tua dan yang berbeda keyakinan yang tidak menimbulkan mafsadat.

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak melarang kita umat muslim untuk berbuat baik bersilaturrahim, membalas kebaikan dan berbuat adil kepada kaum musyrikin baik kerabatmu maupun selain mereka yang tidak memerangi kamu dalam urusan agama dan tidak mengusir kita dari negeri kita. Islam adalah agama yang sangat menghargai perbedaan.

Tidak mengapa bagi kita kaum muslim untuk tetap menyambung tali silaturrahim dengan mereka, karena menyambung tali silaturrahim tidak akan menimbulkan mafsadat. Silaturahmi tidak kenal batas dan identitas agama sekalipun. Justru silaturahmi adalah media untuk menjalin persaudaraan dan perdamaian.

Perlu diingat bahwa Allah senantiasa menyukai hambanya yang mampu berbuat baik dan menjalin hubungan sesama mahluk ciptaan-Nya. Islam adalah agama rahmat yang tidak mengkotakkan rahmat kepada seagama dan seiman, tetapi rahmatan lil alamin, bagi semesta alam.

Dalam kisah ini betapa Islam sangat menganjurkan seorang anak untuk tidak menyakiti orang tua meskipun ia non-Muslim dan pentingnya toleransi antar agama. Islam merupakan agama yang membawa kasih kepada semesta alam. Sebagai umat Rasulullah menebar kedamaian pada semua umat manusia adalah sebuah keniscayaan. Jangan menjadikan perbedaan agama untuk menghalangi berbuat baik.

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …