Abid Al Jabiri
Abid Al Jabiri

Krisis Inovasi dalam Pemikiran Arab Kontemporer Menurut Muhammad Abid Al-Jabiri

Muhammad Abid Al-Jabiri, seorang pemikir Islam kontemporer asal Maroko pernah menganalisa kecenderungan pemikiran Arab kontemporer yang mengalami stagnasi. Dalam karyanya Isykaliyat al-Fikr al-‘Arabi al-Mu’ashir (1989), Al-Jabiri membedakan antara pemikiran sebagai isi/muatan (muhtawa) dan perangkat (adat).

Pemikiran sebagai muhtawa, berarti produk pemikiran yang sudah menjadi ideologi atau bidang tertentu. Sedangkan pemikiran sebagai adat, merupakan alat produksi beragam pemikiran, baik diproduksi dalam kerangkan internal ideologi (dakhil al-idiyulujiyya) atau internal ilmu pengetahuan (dakhil al-‘ilmi).

Usaha melakukan klasifikasi model pemikiran di atas, masyarakat Arab menurut Al-Jabiri mengalami krisis inovasi (azmat al-ibda’) di dua level sekaligus. Karenanya, bangsa Arab sangat sulit berubah dan menjadi bangsa yang maju.

Krisis inovasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, sikap konservatisme yang secara umum dialami orang-orang Arab, terutama dalam mempertahankan tradisi (turats), yang berakibat pada sikap eksklusivisme dan tentu saja dapat menghambat kemajuan. Tradisi diperlawankan dengan modernitas.

Abid al-Jabiri mengakui bahwa modernitas Eropa mampu menjadi representasi kebudayaan “universal”. Namun, modernitas Eropa tidak mampu menganalisis realitas kebudayaan Arab yang terbentuk jauh di luar dirinya.

Menurutnya, konsep modernitas—pertama dan paling utama—adalah dalam rangka mengembangkan sebuah metode dan visi modern tentang tradisi. Karena modernitas adalah upaya melampaui pemahaman tradisi, untuk mendapatkan sebuah pemahaman modern, dan pandangan baru tentang tradisi.

Modernitas dan tradisi

Karena itu, gagasan modernitas bukan untuk menolak tradisi melainkan untuk meng-up grade pendirian dengan mengandaikan pola hubungan dengan tradisi dalam kebudayaan kontemporer. Konsep modernitas diproyeksikan dalam rangka mengembangkan sebuah metode dan visi modern tentang tradisi.

Modernitas adalah sebuah keharusan bagi seorang intelektual—selain diri sendiri—supaya dia mampu menjelaskan segenap fenomena kebudayaan serta tempat di mana modernitas muncul. Modernitas yang demikian ini, menjadi sebuah pesan dan dorongan perubahan dalam rangka menghidupkan kembali berbagai mentalitas, norma pemikiran beserta seluruh apresiasinya.

Kedua, dari aspek pengetahuan. Faktor penghambat dan penghalang bagi kemajuan dan inovasi dalam pemikiran Arab adalah metode salafi. Metode ini telah memalingkan pemikiran Arab modern dan kontemporer dari realitas sosial.

Selain itu, corak pemikirian salafi mendorong untuk selalu melibatkan diri dengan semua bentuk probabilitas kognitif (al-mumkinat al-dzihniyyah) sebagai sebuah fakta-fakta ideal. Metode salaf telah menciptakan memori kesadaran (al-dzakirahi), emosi (al-’atifah) serta mengukuhkan irasionalitas pemikiran, dan selanjutnya menggantikan posisi dan otoritas akal.

Menurut Al-Jabiri, independensi merupakan keniscayaan agar Arab terbebas dari berbagai model dan pemikiran analogis. Al-Jabiri menyerukan agar intelektual Arab membebaskan diri mereka dari “otoritas referensial”, baik model warisan Arab-Islam maupun model kebudayaan dan pemikiran Eropa.

Ketika melihat realitas Arab kontemporer, kritik terhadap nalar Arab adalah sebuah keniscayaan. Hal ini dilakukan ketika para pemikir Arab kontemporer hendak melampaui capaian para pendahulunya.

Abid al-Jabiri menawarkan agar para pemikir muslim kontemporer tidak hanya mencerap produk pemikiran Islam klasik, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan menyingkap struktur epistemologi sehingga terlahir pengetahuan baru.

Itulah pentingnya inovasi, yang dalam bidang pemikiran teoritis secara umum berarti menggunakan model pembacaan baru terhadap persoalan lama, tetapi dengan bentuk, metode dan pola yang selalu diperbarui.

Sedangkan dalam ilmu pengetahuan, term inovasi berarti penciptaan atau penemuan baru melalui langkah-langkah penelitian secara mendasar terhadap suatu objek empiris, baik melalui metode eksperimentasi (tajribiyah) atau melalui sejumlah proses penggunaan referensial yang dipandu oleh logika tertentu.

Bagikan Artikel ini:

About Ali Usman

Pengurus Lakpesdam PWNU DIY

Check Also

kemerdekaan palestina

Gilad Atzmon dan Pandangannya tentang Kemerdekaan Palestina

Gilad mendukung penuh “hak pulang kampung” rakyat Palestina dan “solusi negara tunggal” bagi penyelesaian konflik yang sudah berlangsung lama itu.

asmaul husna

Kearifan Sufi dan Terapi Asmaul Husna

Menjadi seorang sufi, atau menjalankan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah tantangan. Dikatakan demikian, …