Proyek film dokumenter pun dilakukan. Sebuah proyek yang katanya mampu membuka kecerdasan sejarah tentang masa lalu khilafah di nusantara. Tentu perlu kajian dan data ilmiah untuk meneselurui jejak itu. Namun, bukan kajian ilmiah, tetapi justru eks HTI kembali terjebak pada kajian ilusi.

Tanggal 17 Agustus adalah momen spesial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Menariknya secara kebetulan pada bulan Agustus ini tepatnya 20 Agustus aka nada pula perayaan istimewa bagi umat Islam.

Sudah banyak lembaran berita yang terbaca dari belahan negeri sana hingga negeri sini yang berisi tentang ujaran kebencian dan hinaan terhadap Islam. Pada prakteknya hinaan itu biasanya meluncur dengan menghina ajaran Islam atau paling banyak adalah melecehkan pribadi Rasulullah yang agung.

Islam adalah sebuah institusi agama besar, tetapi belum tentu memiliki umat yang memiliki karakter “muslim”. Apakah umat Islam sudah layak disebut seorang “muslim” yang dengan kepasrahan total hanya kepada Allah dan berbuat baik kepada sesamanya.

Esensi hari raya dalam Islam bukan pesta pora. Bukan pula sekedar kemeriahan. Tapi semangat berbagi kasih sayang.

Jika masih ada orang yang koar-koar dengan mengatakan berani berkorban demi agama, tetapi dengan cara menghancurkan kemanusiaan itu ekspresi berkorban secara biadab. Allah telah mengajarkan kepada umat manusia bagaimana berkorban secara beradab.

Lahir dari semangat penaklukan dan ekspansi Islam. Namun, keduanya juga memiliki latar sejarah dan semangat moralitas yang berbeda. Itulah bagian dari ijtihad masing-masing dalam memaknai moralitas Islam dalam politik.

Tidak ada hal yang perlu diangkat menjadi sangat dramatis sebenarnya dari kebijakan Erdogan. Apalagi jika didihubungkan dengan tanda-tanda khilafah dari Turki.

Dalam salah satu ceramahnya yang diunggah dalam berbagai media sosial, KH. Maimun Zubair (almarhum) atau Mbah Moen menerangkan makna falsafi lambang bintang pada sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan yang Maha Esa. Menurut ulama kelahiran Sarang, Rembang ini, lambang bintang memiliki arti yang cukup penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut beliau, negara Indonesia adalah negara Pancasila dan sebagaimana diketahui bersama …

Ada banyak kisah dalam al Qur’an yang diceritakan oleh Allah supaya dijadikan pelajaran oleh manusia. Terutama oleh para pegiat penyampai kebenaran. Kebenaran, sejelas dan seterang apapun pasti akan ada yang menentang, memusuhi bahkan berusaha dihancur-binasakan. Kisah Ashabul Qoryah bercerita tentang fenomena ini. Cerita suatu kaum pembangkang yang mendustakan para utusan Allah. Teka-teki Negeri Tempat Tinggal Ashabul Qoryah Dalam tafsir Jalalain …